Efektivitas Kegiatan Patroli Terpadu Dalam Verifikasi Titik Panas Sebagai Indikator Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan

Abstract

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK menginisiasi upaya peningkatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk pencegahan karhutla pada tahun 2016 dengan membentuk “Patroli Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”. Patroli Terpadu mengutamakan prinsip pencegahan karhutla, deteksi dini dan pemadaman dini. Sejak adanya kegiatan Patroli Terpadu dan adanya fenomena La Nina lemah di tahun 2016, titik panas di Sumatra Selatan (Sumsel) mengalami penurunan dari 39 804 titik menjadi 1 176 titik dan pada Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dari 21 496 titik menjadi 183 titik. Fokus penelitian ini adalah Kabupaten OKI. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis spasial kegiatan Patroli Terpadu dalam verifikasi titik panas dan juga menganalisis tingkat efektivitas kegiatan Patroli Terpadu dalam menurunkan titik panas di Kabupaten OKI Provinsi Sumatra Selatan. Patroli Terpadu Kabupaten OKI tahun 2016 tidak melakukan verifikasi pada semua titik panas. Hasil analisis data kegiatan Patroli Terpadu Kabupaten OKI tahun 2016 terdapat 67 titik kegiatan. Jumlah kegiatan Patroli Terpadu lebih sedikit dibanding titik panas yang muncul pada tahun tersebut sebanyak 183 titik. Hal ini dikarenakan: 1) keterbatasan aksesibilitas dan banyaknya kegiatan masyarakat di sekitar jaringan jalan dan sungai; 2) lokasi titik panas yang sulit untuk dijangkau karena berada pada areal gambut; dan 3) titik panas yang muncul diduga berada pada areal konsesi sehingga tidak dapat di groundcheck. Areal konsesi bukan prioritas utama dari Patroli Terpadu. Estimasi luas karhutla yang didapatkan menggunakan model NBR seluas 40.95 hektar dan MCD64A1 seluas 200 hektar. Citra Landsat-8 OLI memiliki kelemahan dengan tutupan awan, jika tutupan awan menutupi area terbakar maka model NBR tidak dapat memproses hasil area terbakar dengan baik. MCD64A1 sangat efektif bila digunakan pada tingkat provinsi atau negara. Penggunaan NBR dan MCD64A1 belum cukup efektif digunakan untuk menghitung estimasi luas karhutla. Pengecekkan langsung tetap dibutuhkan untuk menghitung luas kebakaran agar hasil perhitungan lebih baik. Akan tetapi Model NBR dan MCD64A1 dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam proses identifikasi awal areal kebakaran. Sebanyak 52.23 % kegiatan Patroli Terpadu Kabupaten OKI tahun 2016 berada di sekitar titik panas untuk memverifikasi titik panas.

Forest and land fires occurences in 2015 encouraged Ministry of Environment and Forestry of Indonesia to enhance innovation by establishment of Integrated Forest and Land Fires Prevention Patrol in 2016. Integrated Patrol prioritizes the principles of forest and land fire prevention, early detection and early suppression. Since the Integrated Patrol activity started in 2016, it has reduced hotspots in South Sumatra from 39 804 points to 1 176 points and in Ogan Komering Ilir Regency from 21 496 points to 183 points. The focus of this research is Ogan Komering Ilir Regency. This study aims to conduct spatial analysis of Integrated Patrol activities in hotspots verification and to analyze the level of effectiveness of Integrated Patrol activities in reducing hotspots in OKI Regency, South Sumatra Province. The Integrated Patrol does not verify all hotspots. The results of data analysis on the Integrated Patrol activities of Ogan Komering Ilir Regency in 2016 contained 67 activity points. The number of integrated patrol activities is less than the hotspots that appear as many as 183 points. This is due to: 1) limited accessibility and a lot of community activities around the road and river network; 2) the location of the hotspots that are difficult to reach because they are in a peat area; and 3) the hotspots that appear are thought to be in the concession area so they could not groundcheck. The concession area is not the main priority of the Integrated Patrol. The estimated area of ​​forest and land fires obtained using the NBR model of 40.95 hectares and MCD64A1 covering 200 hectares. Image Landsat-8 OLI has a weakness with cloud cover, if the cloud cover covers the burned area, the NBR model cannot process the burned area properly. MCD64A1 is very effective when used at the provincial or country level. The use of NBR and MCD64A1 has not been effectively used enough to calculate the estimated area of ​​forest and land fires. Direct checks are still needed to calculate the area of ​​fire so that the calculation results are better. However, the NBR and MCD64A1 models can be used as a tool in the initial identification of fire areas. A total of 52,23% of the 2016 OKI Regency Integrated Patrol Activities were around the hotspots to verify the hotspots.