Sistem Manajemen Kinerja Karyawan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

Abstract

Karyawan atau Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu faktor strategis yang harus dikelola dengan tepat. Ukuran keberhasilan perusahaan harus mencakup investasi pada karyawannya untuk meningkatkan kinerja karyawan dan tingkat produktivitas. Pada gilirannya karyawan akan berkontribusi pada pertumbuhan organisasi dan profitabilitas. Pada beberapa organisasi, seperti organisasi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara, karyawan yang bekerja tidak mudah untuk dilakukan pemberhentian, karena peraturan yang mengikat hubungan antara manajemen dengan karyawan. Penelitian dilakukan di BPJS Ketenagakerjaan. Sebuah badan hukum publik yang merupakan transformasi dari PT Jamsostek (Persero). PT Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang mengelola dana peserta (tenaga kerja) untuk program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Ketika bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan, organisasi ini menjadi Badan Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Setiap karyawan dalam periode tertentu harus diukur kinerjanya. Hal ini bertujuan agar tercipta keselarasan (alignment) antara pencapaian sasaran organisasi dan pencapaian sasaran karyawan sebagai individu. Keselarasan antara kinerja organisasi dengan kinerja karyawan di BPJS Ketenagakerjaan tidak tercipta. Hal itu mengakibatkan ketidaktepatan pengambilan keputusan organisasi dalam hal kebijakan pengelolaan Sumber Daya Manusia, diataranya karir, remunerasi dan pengembangan karyawan. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memahami kemampuan organisasi dalam mengendalikan faktor-faktor penyebab permasalahan sistem manajemen kinerja karyawan yang objektif dan realistis yang akan berpengaruh pada kinerja organisasi. Secara rinci tujuan penelitian adalah memetakan sistem kinerja karyawan dan regulasi yang terkait perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pemantauan di BPJS Ketenagakerjaan, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi sistem manajemen kinerja karyawan, merancang model konseptual pengendalian organisasi terhadap faktor-faktor sistem manajemen kinerja karyawan yang objektif dan realistis, dan merumuskan rekomendasi yang dapat diberikan kepada manajemen BPJS Ketenagakerjaan untuk memperbaiki sistem manajemen kinerja karyawannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengkuantifikasi data dengan menggunakan analisis deskriptif, dan statistik Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS). Pendekatan kualitatif dilakukan dengan pendekatan sistem Soft System Methodology (SSM). Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner secara daring dan wawancara-wawancara serta diskusi-diskusi dengan para ahli yang berasal dari internal dan eksternal BPJS Ketenagakerjaan. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan di BPJS Ketenagakerjaan ataupun dari sumber lainnya berupa: data organisasi, dan data kinerja karyawan. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa Organizational Culture (OC) memiliki pengaruh paling kuat terhadap Employee Performance (EP) dibandingkan dengan High Performance Work System (HPWS) dan faktor Performance Governance (PG). Hal ini dapat diartikan bahwa karyawan yang telah mengimplementasikan budaya organisasi memiliki pengaruh paling kuat untuk mencapai kinerja. Selain itu diketahui bahwa Performance Governance mempengaruhi Organization Culture dan mempengaruhi High Performance Work System dalam pencapaian kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan adanya peran penting dan signifikan dari variabel Performance Governance kepada masing-masing variabel. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis situasional dan metode Soft System Methodology (SSM) diketahui bahwa situasi problematik dari sistem manajemen kinerja karyawan di BPJS Ketenagakerjaan adalah karyawan mengacu pada rencana strategis badan dimana kinerja karyawan harus menunjang level-level diatasnya. Hal inilah yang masih menjadi tantangan, masih sangat kurang dari sisi leadership dan budaya yang diterapkannya sehingga menyebabkan kesuksesan pencapaian kinerja menjadi tidak pasti. Hal ini juga ditunjang dari pengelolaan manajemen kinerja organisasi yang belum mapan dan ditengah pandemi covid-19, manajemen karyawan belum siap dengan penerapan sistem kerja Work From Home, Work at Office, dan/atau Work from Anywhere. Model konseptual sistem manajemen kinerja karyawan di BPJS Ketenagakerjaan dibentuk berdasarkan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh performance governance yang fairness dan objektif, organizational culture yang baik, high performance work system, dan employee performance. Hal ini juga penting untuk mendorong working environment yang mendukung pengembangan kinerja sehingga dapat terwujud indeks kepuasan konsumen yang tinggi, dan pada akhirnya dapat mengendalikan pelayanan dan kinerja organisasi, manajemen kinerja yang baik, dan manajemen kinerja organisasi yang baik. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi kebijakan kepada manajemen BPJS Ketenagakerjaan untuk memperbaiki sistem manajemen kinerja karyawan, kinerja unit kerja, dan kinerja organisasi. Pengelolaan Kinerja Karyawan BPJS Ketenagakerjaan didasarkan pada Peraturan Direksi tentang Pedoman Pengelolaan Kinerja Karyawan BPJS Ketenagakerjaan Berbasis Strategi. BPJS Ketenagakerjaan memerlukan penerapan strategi yang memperkuat manajemen karyawan sehingga nantinya akan mendorong peningkatan kinerja karyawan, dan menyelaraskannya dengan kinerja organisasi. Penerapan strategi tersebut diharapkan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi sistem manajemen kinerja karyawan, yaitu Organizational Culture, High Performance Work System, dan Performance Governance.