Persepsi dan Preferensi Taman Publik di Kota Bogor untuk Era Normal Baru

Abstract

Pada 31 Maret 2020, Indonesia menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran Covid19. Peraturan tersebut berimbas kepada penutupan sekolah, tempat kerja, tempat ibadah, dan fasilitas umum, termasuk taman publik. Pada akhirnya nanti, fasilitas umum akan dibuka kembali dalam era normal baru. Oleh karena itu, taman publik sebagai salah satu fasilitas umum perlu disiapkan sedemikian rupa sebelum dibuka kembali agar tidak memperburuk keadaan atau justru menimbulkan gelombang pandemi baru. Ini adalah peluang yang sangat baik untuk membangun lebih baik dengan menerapkan protokol kesehatan untuk masa depan yang lebih sehat, serta transformasi lanskap yang berkelanjutan di masa depan. Penelitian ini mengkaji dua taman publik di Kota Bogor, kota satelit megapolitan Jakarta yang paling terdampak Covid19, yaitu Taman Sempur dan Taman Kencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi dan preferensi pengguna dalam menggunakan taman publik dalam rangka merencanakan protokol kesehatan taman publik di era normal baru. Data dikumpulkan melalui survei kuesioner daring. Sebanyak 192 responden dianalisis. Data dan instrumen valid dan reliabel, dengan nilai Cronbach Alpha keseluruhan sebesar 0,896. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi penggunaan taman pra-LSSR dan pasca-LSSR berbeda nyata. Penelitian ini menemukan bahwa persepsi penggunaan Taman Sempur (Sig. = 0,000) dan Taman Kencana (Sig. = 0,027) antara pra-PSBB dan pasca-PSBB berbeda secara signifikan, tetapi persepsi pemanfaatan taman serupa. Motivasi responden berkunjung ke Taman Sempur sebelum PSBB adalah untuk berolahraga (M = 4,12 SD = 0,819) dan menemukan kegembiraan (M = 3,73 SD = 0,868), sementara setelah PSBB adalah berolahraga (M = 3,69 SD = 1,041), berhubungan dengan alam (M = 3,31 SD = 1,114), dan menikmati pemandangan (M = 3,24 SD = 1,067). Untuk Taman Kencana, penggunaan taman yang umum sebelum PSBB adalah alasan gastronomi (M = 3,92 SD = 0,950), untuk bersantai (M = 3,44 SD = 1,091), dan menemukan kegembiraan (M = 3,44 SD = 1,037), dan setelah PSBB adalah alasan gastronomi (M = 3,53 SD = 1,121), untuk mencari kesenangan (M = 3,10 SD = 1,153), dan untuk bersantai (M = 3,04 SD = 1,186). Hal ini menandakan bahwa motivasi serta kesediaan untuk mengunjungi dan memanfaatkan taman umum menurun secara signifikan, oleh karena itu penerapan protokol kesehatan merupakan suatu keharusan di masa yang akan datang. Studi ini juga menemukan bahwa kondisi eksisting taman dianggap cukup sesuai dengan protokol kesehatan dan perlu dimodifikasi secara moderat. Diketahui bahwa terlepas dari jenis tamannya, preferensi pengunjung terhadap protokol kesehatan yang diperlukan pada taman serupa, yaitu pengadaan fasilitas cuci tangan, bangku taman yang ditempatkan paling sedikit 1 meter, dan bangku taman solo. Studi ini menunjukkan bahwa preferensi aplikasi protokol kesehatan dalam desain taman publik adalah sama, terlepas dari jenis tamannya. Kata kunci: normal baru, persepsi, preferensi, PSBB, taman publik

On 31st March 2020, Indonesia pulls out a large-scale social restriction (LSSR) policy to depress the spread of Covid19. The regulation leads to the lay-off of schools, workplaces, worship places, and public facilities, including public parks. Despite the time, it is only a matter of time until the new normal and reopening of all public facilities. For that, public parks as public facilities should be prepared in a way before it is reopened so as not to worsen the situation or even create a new pandemic wave. It is an excellent opportunity to build better by applying health protocol for a healthier future and transforming the future sustainable landscape. This research was studying two public parks in Bogor City, a satellite city of the megapolitan Jakarta area, which was affected the most by Covid19, i.e., Sempur Park and Kencana Park. This research aimed to explore users’ perceptions and preferences of using public parks to plan health protocols for public parks in the new normal era. Data was collected through an online questionnaire survey. As many as 192 responses are analyzed. The reliability and validity of data and instruments were tested. Data and instruments are valid and reliable, with an overall Cronbach alpha value of 0.896. Results showed that the perception of park use pre-pandemic and during the pandemic was significantly different. This study found that the park utilization perception of Sempur Park (Sig. = 0,000) and Kencana Park (Sig. = 0,027) between pre-LSSR and after-LSSR differed significantly. However, the perception of park utilization is similar. The respondents’ motivation visiting Sempur Park are for physical exercise (M = 4,12 SD = 0,819) and found joy (M = 3,73 SD = 0,868) in pre-LSSR period, then physical exercise (M = 3,69 SD = 1,041), connect with nature (M = 3,31 SD = 1,114), and enjoy the scenery (M = 3,24 SD = 1,067) in post-LSSR period. For Kencana Park, the motivations are gastronomic reason (M = 3,92 SD = 0,950), to relax (M = 3,44 SD = 1,091), and found joy (M = 3,44 SD = 1,037) in pre-LSSR period, then gastronomic reasons (M = 3,53 SD = 1,121), to find joy (M = 3,10 SD = 1,153), and to relax (M = 3,04 SD = 1,186) after LSSR period. This indicates that the motivation also willingness to visit and use public parks were decreasing, therefore applying health protocol is a necessity in the future. This study also found that existing parks are perceived to be not appropriate in accordance with health protocols and need to be moderately modified. Another finding was that the considered most required health protocols application were procurement of handwashing facility, park benches placed at least 1 meter apart, and solitary park bench. It is elicited that despite the type of park, the visitors’ preference was the same.

Keywords: health protocol, new normal, parks, perception, preference