Strategi Pengembangan Produksi Peternakan Sapi Perah di Daerah Pesisir Pantai (Bangka Botanical Garden Pangkalpinang)

Abstract

Bangka Botanical Garden (BBG) merupakan kawasan di Pulau Bangka yang didirikan pada tahun 2006 untuk menyediakan area agrowisata di Kota Pangkalpinang. Salah satu daya tarik BBG karena memiliki peternakan sapi perah dengan populasi ternak 153 ekor. Lokasi peternakan BBG memiliki keunikan karena kondisi peternakan yang dekat dengan daerah pesisir. Kondisi daerah BBG kurang ideal terhadap fisiologis ternak perah terutama sapi peranakan friesian holstein (PFH) sehingga perlu dikaji untuk perbaikan dan pengembangan BBG. Keberhasilan peternakan sapi perah dilihat pada efisiensi produksi susu baik secara kuantitas hingga kualitas. Kualitas susu segar telah diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dan diharapkan peternakan sapi perah mencapai standar yang telah ada. Aspek penilaian peternakan sapi perah yang baik dapat dilihat pada performa individu ternak, produktivitas susu, manajemen pakan, lingkungan perkandangan, respons fisiologis ternak terhadap stress, dan kualitas susu hasil pemerahan. Indikator yang diamati dibandingkan dengan standar yang ada di Indonesia, lalu diamati kekurangan aspek dan dibuat strategi untuk meningkatkan produktivitas peternakan sapi perah di BBG. Metode penelitian evaluasi manajemen dilakukan secara deskriptif dengan prosedur pengambilan data menggunakan pengumpulan data yang telah ada dan dilakukan pengujian sampel susu. Indikator yang diamati dibandingkan dengan standar untuk mengetahui permasalahan yang terjadi. Analisis manajemen dilakukan dengan metode fault tree analysis (FTA) untuk menjabarkan permasalahan dan dampak secara deskriptif. Failure mode effect analysis (FMEA) merupakan analisis lanjutan FTA secara kuantitatif dengan metode house of risk (HOR) fase 1 dan fase 2. FMEA berfungsi untuk mengetahui kejadian risiko, agen risiko, serta menyusun strategi penanganan risiko. Penelitian bertujuan menghasilkan strategi pengembangan produksi ternak perah di BBG.

Bangka Botanical Garden (BBG), an agro-tourism area in Bangka Island, was established in 2006 to provide an agro-tourism area in Pangkalpinang City. One of the vacilities in BBG is a dairy farm with a cattle population of 153 heads. The location of a dairy farm in BBG is unique because it is close to the coastal areas. BBG locations had not ideal conditions for dairy cattle's physiology, especially Friesian Holstein breed cattle (PFH). The success of dairy farming had seen in the efficiency of milk production both in quantity and quality. The quality of fresh milk has been regulated in the Indonesian National Standard (SNI), and it is hoped that dairy farming will reach the existing standards. A good assessment of dairy farming can be seen in livestock, milk productivity, feed management, housing environment, the physiological response of livestock in distress, and quality of milk produced. The indicators that were observed were compared with the existing standards in Indonesia. Then it was observed that there is a lack of aspects and strategies to increase the productivity of dairy farming on BBG. The management evaluation research method was carried out descriptively with data collection procedures using existing data collection and sample testing. The observed indicators were compared with the standard to determine the problems that occur. Management analysis method using the fault tree analysis (FTA) to describe problems also impacts. Failure mode effect analysis (FMEA) is continued analytical tools after FTA to quantitative data with house of risk (HOR) phase 1 and phase 2. FMEA used to find severity risk, occurency of agen risk, and carried risk solving strategy. This research aim to resulted strategy development productivity of dariy farm in BBG.