Rancang Bangun Sistem Cerdas Pengendalian Mutu Agroindustri Suku Cadang Otomotif Berbasis Karet

Abstract

Bagi Industri Kecil Menengah (IKM) produksi komponen karet lokal, terkait kualitas produk dan harga jual yang menjadi tantangan, selain masih memiliki kendala seperti kemampuan IKM dalam memenuhi persyaratan Quality- Cost-Time dan Demand (QCTD), harga jual produk yang belum bisa bersaing, serta kesiapan sistem pengelolaan industri komponen otomotif terutama untuk memenuhi permintaan. Pengelolaan yang dulu masih dilakukan secara manual kini sudah harus menuju sistem yang terkomputerisasi dengan kompleks dan terintegrasi, sehingga pengelolaan data dan informasi dapat dilakukan cepat, tepat dan akurat. Untuk memenuhi mutu (Q) produk yang terbaik pemantauan pengendalian kualitas tidak dilihat pada hasil akhir (output), melainkan sudah mulai dipantau dari proses produksinya atau produk yang masih berada dalam proses. Beberapa industri yang menjadi obyek penelitian menghasilkan antara lain Rubber Seal (Oil Seal, Valve Steam Seal, O-Ring dan Rubber Parts) sebanyak 500.000.000/tahun. Sistem produksi perusahaan bersifat make to order. Rubber Seal adalah salah satu jenis dari sekian banyak suku cadang penyusun kendaraan bermotor. Untuk menghasilkan produk Rubber Seal terdiri atas beberapa tahapan proses. Dalam proses produksinya sering terjadi pengerjaan ulang akibat adanya kegagalan, seperti renggang, kotor, pecah, melintir, permukaan kasar dan sebagainya. Kondisi ini dapat merugikan perusahaan dan memperpanjang jadwal penyelesaian. Failure Mode Effect and Analysis (FMEA)sebagai cara dimana suatu bagian atau suatu proses yang mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, cacat atau ketidaksesuaian dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi. Risk Priority Number (RPN) sebagai nilai hasil dari suatu teknik menganalisa risiko yang berkaitan dengan masalah-masalah yang potensial yang telah diidentifikasikan selama pembuatan FMEA. Setelah dilakukan perhitungan nilai menggunakan RPN dan FRPN, terdapat perbedaan nilai dan peringkat. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat adanya perbedaan antara nilai, kategori dan peringkat antara RPN dan FRPN. Hal ini disebabkan perhitungan dengan menggunakan RPN hanya dilakukan dengan mengalikan S, O, dan D saja serta tidak memperhatikan derajat kepentingan setiap input. Sehingga menyebabkan perhitungan dengan RPN kurang akurat dan berbeda hasilnya dengan perhitungan fuzzy RPN (FRPN). Pada Fuzzy-FMEA (FFMEA) aturan If-then digunakan untuk memperoleh output RPN atau Fuzzy- RPN berdasarkan hasil S, O, dan D yg telah dirubah menjadi variabel linguistik disimpulkan FFMEA. Hasil perhitungan risiko dengan FFMEA yaitu dapat diketahui jenis produk yang rusak. Pada dasarnya metode FFMEA lebih konsisten dibanding metode FMEA karena dapat langsung terlihat peringkat setiap kegagalan. jenis kegagalan dapat ditentukan mana yang dijadikan prioritas utama yaitu yang memiliki peringkat pertama atau 1. Berdasarkan perhitungan masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh perusahaan adalah untuk proses injection foarming karena memiliki peringkat 1 dan 2 pada perhitungan FRPN. Pada tahap selanjutnya adalah perhitungan biaya kualitas yang merupakan bagian dari biaya produksi sehingga penurunan maupun kenaikan biaya mutu akan berakibat pada penurunan ataupun kenaikan biaya produksi. Berdasarkan hasil perhitungan biaya mutu mengalami penurunan sebesar Rp.10.450.000. Penurunan biaya ini merupakan bagian dari biaya produksi. Jadi biaya mutu dapat membuat biaya produksi lebih efisien sebesar Rp.10.450.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menambah jumlah karyawan pada saat pemeriksaan bahan baku dan pembantu, maka kemungkinan adanya bahan baku yang bermutu rendah menurun sehingga produk yang dihasilkan memiliki mutu yang lebih baik dan akan berdampak pada jumlah penjualan yang naik. Akan tetapi hal ini membuat jumlah biaya mutu yaitu biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu akan bertambah atau naik. Desain model pada peramalan suku cadang otomotif berbasis karet menggunakan integrasi pendekatan Agent Based Model (ABM) yang diintegrasikan dengan teknik Double Exponential Smoothing (DES) dilakukan dengan menggunakan pendekatan desain agen berbasis diagram kelas (class diagram) dan definisi function untuk setiap agen dalam bentuk model matematika termasuk di dalamnya peramalan berbasis DES. Desain agen berbasis kelas memiliki struktur yang terdiri dari ID agen, atribut-atribut yang akan dilakukan proses perhitungan oleh komputer dan terakhir adalah function/proses yang terdiri dari function yang memiliki nilai dan void (tidak terstruktur). Mengintegrasikan DES dan ABM dapat memandu kita untuk melihat perkiraan akurasi peramalan, dapat memantau perkiraan shortage (kekurangan stock) dan kelebihan stock akibat error pada peramalan DES. Oleh karena itu pendekatan Agent Based Modelling Double Exponential Smoothing (ABMDES) sangat sesuai untuk memodelkan permintaan suku cadang otomotif berbasis karet dalam simulasi bisnis.

The Small and Medium Enterprise (SMEs) production of local rubber components related to quality, and selling prices as a challenge, in addition to still improving security such as the ability of SMEs to fulfill the requirements of Quality-Cost-Time and Demand (QCTD), the selling price of products that cannot compete, along with the readiness of the automotive components industry regulatory system for demands. The management management that has always been done manually now it must be done more quickly to integrated complex computerized systems. Therefore the data management and information can be done quickly, precisely and accurately. To meet the quality (Q) of the product that best controls quality not seen in the final output (output), it is agreed that it has begun to be monitored from the production process or products that are still in process. Some industries which are the object of research produce, among others, Rubber Seals (Oil Seals, Valve Steam Seals, O-Ring & Rubber Parts) of 500 000 000 / year. The production system of rubber based automotive SMEs is make to order. Rubber seals are one type of many spare parts. Rubber Seals production consist of several process results. In the production process, there is often a rework due to the gap, dirty, broken, twisted, rough surface and others. This condition can harm the company and extend the settlement schedule. Failure Mode and Analysis Effects (FMEA) as a way in which parts or processes that may fail to meet specifications, defects or discrepancies and influence customers when failure modes are not prevented or corrected. Risk Priority Number (RPN) as the as the outcome of a risk problems analysis technique related to potential problems that have been identified during the creation of FMEA. After calculating the values using RPN and FRPN, there are differences in values and ranks. Based on the calculation results, there are differences between values, categories and ranks between the RPN and FRPN. This is because the calculation using RPN is only done by multiplying S, O, and D only and does not pay attention to the degree of importance of each input. The RPN calculations results are inaccuracies and there are differences in results with FRPN. In Fuzzy- FMEA (FFMEA) If-then rules are used to obtain RPN or Fuzzy RPN output based on the results of S, O, and D which have been changed to linguistic variables concluded by FFMEA. The results of the calculation of risk with FFMEA can be seen the type of product that is damaged. Basically the FFMEA method is more consistent than the FMEA method because it can immediately see the ranking of each failure. The type of failure can be determined which is the first priority, which has the first rank or 1. Based on the calculation of the problem that must be resolved first by the company is for the injection foarming process because it has rank 1 and 2 on the FRPN calculation. In the next stage is the calculation of quality costs which are part of the production costs so that a decrease or increase in quality costs will result in a decrease or increase in production costs. Based on the results of the calculation of The quality cost has decreased by Rp.10 450 000. This cost reduction is part of the cost of production. So the quality costs can make production costs more efficient at Rp.10 450 000. The results showed that by increasing the number of employees during the inspection of raw and auxiliary materials, the possibility of low quality raw materials decreases so that the products produced have better quality and will have an impact on the number of sales that rise. However, this makes the amount of quality costs, namely the cost of inspection of raw materials and helpers will increase or increase. Model design in rubber-based automotive parts forecasting using the integration Agent Based Model (ABM) approach which is integrated with the Double Exponential Smoothing (DES) technique is carried out using a class diagram based agent design approach (class diagram) and function definitions for each agent in the form of models mathematics includes DES-based forecasting. Class-based agent design has a structure consisting of agent ID, the attributes that will be calculated by the computer and finally the function / process that consists of functions that have values and voids (unstructured). Integrating DES and ABM can guide us to see the forecast forecast accuracy, can monitor the estimated shortage (stock shortages) and excess stock due to errors in DES forecasting. Therefore the Agent Based Modeling Double Exponential Smoothing (ABMDES) approach is very suitable for modeling the demand for rubber-based automotive parts in business simulations.