Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/107028
Title: Optimasi Pemanfaatan dan Perancangan Identitas Ekoregional Etnis Gayo untuk Pembangunan Ekowisata di Provinsi Aceh
Authors: Avenzora, Ricky
Darusman, Dudung
Kusmana, Cecep
Aswita
Issue Date: 2021
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Isu konservasi yang berkembang saat ini telah mendorong pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik lokal, nasional maupun internasional menggunakan ekowisata sebagai alat konservasi. Namun kompleksitas isu konservasi dalam pembangunan ekowisata semakin rumit dengan hadirnya ancaman terhadap kelestarian sumberdaya alam dan budaya daerah. Menyikapi isu tersebut, maka diperlukan konsep baru untuk pembangunan ekowisata; diantaranya adalah konsep identitas ekoregional. Paduan konsep identitas dan ekoregional ini penting sebagai ciri khas ekologi daerah yang menjadi jati diri sekelompok masyarakat dalam satu batasan wilayah yang mempunyai karakteristik ekologi yang relevan antara bentang alam, budaya dan Etnis. Pengembangan konsep ini perlu untuk segera digaungkan dan dimatangkan agar berbagai dampak negatif yang bersifat laten seperti over-exploration (maupun over-explotation) dapat dieliminir secara optimum, dan domino-effect yang dapat ditimbulkan oleh suatu gangguan pada suatu ecological-chain (seperti defragmentasi ekosistem) pada suatu wilayah dapat dicegah sedini mungkin; baik pada skala tapak, destinasi maupun pada skala yang lebih luas. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh optimasi model pemanfaatan dan perancangan identitas ekoregional untuk pembangunan ekowisata Dataran Tinggi Gayo, Provinsi Aceh yang mampu menjawab persoalan dan masalah-masalah tersebut di atas. Berbagai rangkaian penelitian perlu dilakukan untuk mencapai tujuan utama tersebut, yaitu: 1). Menganalisa identifikasi potensi identitas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata; 2). Menganalisa klasifikasi identitas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata; 3). Menganalisa verifikasi identitas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata; 4). Memvalidasi model identitaas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata, dan 5). Membangun sintesa optimasi pemanfaatan dan perancangan identitas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan phenomenology, dimulai dengan fase identifikasi untuk menganalisa berbagai data sekunder terkait data potensi identitas ekoregional untuk pembangunan ekowisata. Data potensi tersebut digunakan untuk mendesain serangkaian survey guna menggali dan memetakan serta menganalisa berbagai orientasi pemangku kepentingan; yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner semi tertutup dengan mengadopsi metoda One Score One Criteria/Indicator Scoring System (Avenzora 2008). Proses penilaian dilakukan pada tujuh aspek penting penelitian, yaitu ekologi dan konservasi, sosial budaya, sosial ekonomi, social politik, pembangunan, wilayah dan ekowisata. Secara total, responden dalam penelitian berjumlah 630 orang untuk tiga kabupaten penelitian yang dipilih secara purposive dalam dua fase pelaksanaan penelitian, yaitu fase klasifikasi dan fase verifikasi. Fase klasifikasi, jumlah responden 360 orang yang terdiri dari 120 orang untuk setiap kabupaten dan 30 orang untuk setiap kelompok pemangku kepentingan yaitu lembaga, masyarakat adat, masyarakat umum, dan wisatawan. Sedangkan fase verifikasi, jumlah responden 270 orang yang terdiri dari 90 orang untuk setiap kabupaten dan 30 orang untuk setiap kelompok pemangku kepentingan, yaitu lembaga, masyarakat adat, dan masyarakat umum. Analisis data dilakukan menggunakan analisis One Score One Criteria System (Avenzora 2008), uji korelasi Rank Spearman dan analisis CFA (Confirmatory Factor Analysis). Kemudian melakukan sintesa atas hasil dan model identitas ekoregional yang telah diperoleh untuk membangun model optimasi pemanfaatan dan perancangan identitas ekoregional untuk pembangunan ekowisata guna menemukan dan menganalisa isu-isu internal dan eksternal berdasarkan pendekatan matrik SWOT untuk menghasilkan strategi dan model optimasi pemanfaatan dan perancangan identitas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata. Hasil analisis pada fase identifikasi diperoleh potensi identitas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata dengan jenis yang sama dan berbeda serta memiliki karakteristik spesifik masing-masing kabupaten penelitian. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Dataran Tinggi Gayo yang berada dalam satu bentang alam dengan budaya dan Etnis yang sama memiliki karakteristik ekologi kedaerahan masing-masing. Kabupaten Bener Meriah ditemukan 328 jenis potensi identitas ekoregional (238 jenis dari potensi sumberdaya alam dan 90 jenis dari potensi budaya daerah), Kabupaten Aceh Tengah, ditemukan 327 jenis potensi identitas ekoregional (230 dari potensi sumberdaya alam dan 97 dari potensi budaya daerah), dan Kabupaten Gayo Lues ditemukan 338 potensi identitas ekoregional (242 jenis dari potensi sumberdaya alam dan 96 jenis dari potensi budaya daerah). Hasil analisis pada fase klasifikasi diperoleh persepsi yang rendah atas identitas ekoregional untuk pembangunan ekowisata, dengan motivasi yang sama dan berbeda antar aspek dan antar kelompok pemangku kepentingan. Umumnya persepsi pemangku kepentingan di Kabupaten Bener Meriah hanya 40%, Aceh Tengah sebesar 41% dan Gayo Lues sebesar 43% dari seluruh potensi identitas ekoregional yang teridentifikasi. Sedangkan motivasi pemangku kepentingan atas identitas ekoregional memiliki skor tertinggi dan skor terendah, dengan prioritas semua pemangku kepentingan atas identitas ekoregional yang sedang tren dan memiliki nilai ekonomi penting saat ini. Uji korelasi Rank Spearman antar aspek umumnya menghasilkan korelasi signifikan dengan hubungan searah (positif), kecuali aspek social politik dengan aspek ekowisata (-0,070). Namun masingmasing kabupaten menghasilkan korelasi dan hubungan yang berbeda-beda, seperti Kabupaten Bener Meriah terjadi korelasi signifikan dan hubungan searah antar aspek, kecuali sosial politik dengan aspek ekologi & konservasi (-0,093), dan sosial budaya (-0,083), Kabupaten Aceh Tengah terjadi korelasi signifikan dan hubungan searah antar aspek, kecuali aspek social politik dengan ekowisata (-0,061), sedangkan Kabupaten Gayo Lues semuanya terjadi korelasi signifikan dan hubungan searah antar aspek. Rendahnya pengetahuan dan apresiasi responden terhadap berbagai elemen identitas ekoregional yang mereka miliki menunjukkan rendahnya tingkat efektifitas komunikasi pembangunan maupun berbagai kampanye konservasi yang dijalankan selama ini di wilayah tersebut. Fakta ini setidaknya memberikan 4 isu penting yang perlu menjadi perhatian semua pemangku kepentingan di Dataran Tinggi Gayo, yaitu: a). Adanya dinamika komunikasi pembangunan konservasi serta ekowisata selama ini yang masih bersifat infertil dan/atau tidak efektif; b). Adanya ancaman defragmentasi ekosistem yang dapat mempercepat kehancuran dan/atau kepunahan suatu ekosistem maupun sumberdaya plasma nutfah yang ada di dalamnya; c). Adanya ancaman devaluasi tata nilai kehidupan sosial budaya yang dapat memutus dan menghancurkan kekuatan mata rantai spiritual and cultural bounding; serta d). Adanya dinamika kerugian ekonomi akibat tidak dimanfaatkannya berbagai sumberdaya ekonomi potensial. Semua isu penting tersebut menjadi sangat krusial dengan adanya efek domino yang dapat ditimbulkan oleh setiap isu tersebut. Infertilitas dan/atau rendahnya efektifitas komunikasi dan program konservasi tidak saja dapat menimbulkan hilang/salahnya arah atau misi pembangunan, melainkan juga dapat menjadi penyebab terjadinya dinamika over exploitation dan atau over exsploration yang akan melahirkan berbagai dampak negatif yang tak terpulihkan pada berbagai komponen lingkungan secara luas. Hasil analisis fase verifikasi juga menghasilkan identitas ekoregional yang berskor tertinggi dan berskor terendah, dengan preferensi yang sama dan berbeda antar kelompok pemangku kepentingan. Namun yang menjadi prioritas semua semua kelompok pemangku kepentingan juga merupakan identitas ekoregional yang sedang tren dan memiliki nilai ekonomi penting saat ini. Hasil konfirmasi pemangku kepentingan tersebut dapat melemahkan dan menghilangkan nilai penting identitas ekoregional lain untuk pembangunan ekowisata. Uji korelasi Rank Spearman antar kelompok pemangku kepentingan, secara umum terjadi korelasi signifikan baik hubungan searah maupun tidak searah. Hasil uji korelasi ini menunjukkan bahwa antar kelompok pemangku saling terkait satu sama lain meskipun memiliki pandangan dan keinginan masing-masing atas identitas ekoregional untuk pembangunan ekowisata. Hasil analisis pada fase validasi menghasilkan model pengukuran identitas ekoregional untuk pembangunan ekowisata yang sesuai, valid dan realibel. Hal ini bisa dilihat dari nilai Variance Extracs (VE) yaitu 0,51 diatas nilai yang ditentukan (0,50), dan nilai CR sebesar 0,88 melebihi nilai yang ditentukan (0,7). Kemudian hasil pengolahan untuk pengujian goodness of fit menghasilkan nilai GFI (0,97), NFI (0,96), CFI (0,97), dan IFI (0,77) diatas nilai yang ditetapkan yaitu 0,90, artinya model yang dihasilkan sudah good fit dan bisa digunakan pada wilayah lain yang memiliki karakteristik ekologi daerah yang relevan. Hasil sintesa optimasi pemanfaatan dan perancangan identitas ekoregional untuk pembangunan ekowisata diperoleh strategi optimasi yaitu menjalankan, mempertahan dan menggaungkan kembali sistem pemerintahan adat Sara Opat/Jema Opat yang memiliki prinsip membangun hubungan manusia dengan pencipta, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Strategi optimasi pemanfaatan dan perancangan identitas ekoregional Etnis Gayo penting guna menjaga kelestarian sumberdaya alam dan budaya daerah untuk pembangunan ekowisata yang berkelanjutan; mendukung Dataran Tinggi Gayo sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan menjadikan Dataran Tinggi Gayo sebagai Kawasan Pusat Ekowisata Aceh. Berdasarkan strategi tersebut, maka sebaiknya perlu dilakukan pembentukan 3 sistem kinerja sebagai penggerak yang akan menjadi model optimasi pemanfaatan dan perancangan identitas ekoregional Etnis Gayo untuk pembangunan ekowisata di Provinsi Aceh. Sistem kenerja berupa: 1) Badan Kelembagaan, 2) Ekonomi Ekowisata, dan 3) Social Budaya akan digerakkan oleh Badan Kelembagaan sebagai modal penggerak utama. Kesemuanya harus ditujukan untuk mengoptimalkan berbagai nilai manfaat yang ada, baik secara intrinsik maupun ektrinsik. Rekomendasi yang diberikan adalah perlu sosialisasi informasi pembangunan dan konservasi secara konprehensif bagi semua pemangku kepentingan. Kemudian perlu mengelaborasi suatu dokumen identitas ekoregional dan diundangkan secara syah melalui suatu Peraturan Daerah; sebagai fondasi dan payung hukum untuk membuat berbagai peraturan serta kebijakan dan budgeting yang diperlukan untuk membangun serta mengembangkan berbagai identitas ekoregional yang mereka miliki secara berkelanjutan. Berikutnya, juga diperlukan suatu strategi dan program yang terukur untuk mengoptimasi berbagai crowd fund yang dibutuhkan bagi berbagai pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunannya; dimana salah satunya adalah dapat mempertimbangkan potensi pola pendanaan komunal, dan juga diperlukan serangkaian program permberdayaan masyarakat yang tidak hanya bersifat projek dalam skala UMKM, melainkan dari awal harus diarahkan dan didesain untuk menjadi kongkomerasi bisnis yang bersifat komunal.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/107028
Appears in Collections:DT - Forestry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover560.75 kBAdobe PDFView/Open
E362150051_Aswita.pdf
  Restricted Access
Fullteks2.7 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran530.62 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.