Skala Usaha Ayam Broiler dan Pengaruhnya pada Kemitraan di Indonesia

Abstract

Peternakan ayam broiler yang telah berkembang dengan sukses di dunia, seperti Charoen Pokphand di Thailand dan cabang-cabangnya di negara lain, adalah bisnis berskala besar dan terintegrasi secara vertikal. Sebaliknya, di Indonesia, sebagian besar peternakan ayam broiler dijalankan dalam skala kecil. Peternakan ayam broiler skala kecil umumnya bekerja sama dengan perusahaan integrasi berskala besar dalam bentuk kemitraan. Kecenderungan skala besar dan terintegrasi vertikal usaha broiler yang ada di dunia menjadi dasar untuk mempertanyakan rasionalitas perusahaan broiler yang bermitra dengan peternak kecil di Indonesia. Berdampingannya peternak skala kecil dan besar yang tergabung dalam kemitraan ayam broiler di Indonesia diduga memiliki struktur biaya produksi yang relatif berbeda yang berpengaruh terhadap partisipasi peternak dalam kemitraan ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi economies of scale pada peternakan ayam broiler yang bergabung dalam kemitraan, (2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi skala usaha peternakan ayam broiler, dan (3) menganalisis pengaruh skala usaha peternakan ayam broiler terhadap partisipasi kemitraan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Survei Rumah Tangga Usaha Ternak 2014 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jumlah sampel sebanyak 362 unit peternakan ayam broiler yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Sampel tersebut terdiri dari 228 peternak mitra dan 134 peternak mandiri. Skala usaha ayam broiler dihitung dalam satuan ekor. Sebaran peternak dibagi menjadi empat kelompok skala usaha menggunakan analisis cluster berdasarkan kemiripan karakteristik berupa biaya produksi rata-rata, jumlah produksi broiler, tingkat pendidikan, dan pengalaman usaha. Identifikasi economies of scale dilakukan dengan menggunakan dua metode pendekatan, yaitu secara statistik deskriptif menurut skala usaha dan model regresi linear dengan melihat hubungan biaya produksi rata-rata dan skala usaha dengan beberapa karakteristik peternak lainnya. Analisis faktor skala usaha dilakukan dengan melihat pengaruh sejumlah karakteristik peternak yang terbagi menjadi tiga aspek, yaitu kemampuan manajerial, penguasaan sumberdaya, dan lingkungan yang terhadap skala usaha ayam broiler menggunakan model regresi linear berganda. Sementara analisis pengaruh skala usaha terhadap partisipasi kemitraan diukur menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM).. Hasil penelitian menunjukkan industri peternakan ayam broiler yang bergabung dalam kemitraan di Indonesia ditemukan mengalami economies of scale. Biaya produksi rata-rata pada peternakan ayam broiler secara signifikan semakin murah pada skala usaha yang semakin besar. Hal ini mengindikasikan bahwa industri peternakan ayam broiler akan memperoleh cost advantages dengan memperbesar skala. Skala usaha ternak ayam broiler, yang diukur dengan jumlah populasi ternak, ditentukan secara nyata oleh faktor kemampuan manajerial peternak (pengalaman beternak), ketersediaan sumberdaya (anggota keluarga dan luas kandang), dan lingkungan (kelompok ternak). Semakin tinggi kemampuan manajerial dan semakin banyak ketersediaan sumberdaya yang dikuasai peternak, skala usaha peternakan ayam broiler cenderung semakin besar. Kehadiran kelompok ternak di lingkungan industri peternakan, menjadi fasilitas untuk menghimpun peternak berskala kecil. Hasil analisis PSM menunjukkan bahwa skala usaha peternakan ayam broiler secara nyata menjadi penentu partisipasi peternak dalam kemitraan. Hal ini mengindikasikan bahwa model kemitraan pada peternakan ayam broiler yang berkembang di Indonesia secara nyata didasari pertimbangan rasional untuk memperoleh cost advantages. Skala usaha bukan hanya menjadi isu penting dalam kemitraan, tetapi juga berkaitan dengan daya saing. Dalam menghadapi pasar bebas, negara Indonesia dituntut untuk menghasilkan produksi ayam broiler yang efisien dan kompetitif. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa efisiensi dan keunggulan kompetitif dapat dilakukan melalui pengusahaan ayam broiler dalam dalam skala besar, namun di sisi lain, keberadaan peternak kecil tetap harus dilindungi keberadaannya untuk memberikan kesempatan memperoleh sumber pendapatan dari kegiatan usahaternak ayam broiler. Peternak-peternak mitra yang berskala kecil berpotensi tidak mampu mempertahankan keberlangsungan usahaternaknya karena tidak unggul secara kompetitif dengan peternak mitra yang berskala besar. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan kemitraan ayam broiler perlu mempertimbangkan skala usaha. Pemerintah bekerjasama dengan perusahaan broiler perlu menerapkan alternatif model kemitraan berbasis kelompok ternak bagi para peternak berskala kecil. Model kelompok ini dapat menciptakan economies of scale yang bersumber dari internak dan eksternal kelompok. Secara eksternal, pengembangan skala usaha melalui penguatan kelembagaan dan fungsi dalam bentuk kelompok dari gabungan peternak berdasarkan wilayah yang berdekatan akan mendorong peningkatan daya tawar peternak, mempermudah petugas penyuluh lapang (PPL) dalam transfer teknologi kepada peternak karena dapat berdiskusi dan berbagi pengetahuan manajemen terkait pemeliharaan ayam broiler yang baik antar peternak dan mendorong pembangunan serta pemanfaatan infrastruktur bersama yang mendukung peningkatan efisiensi termasuk pada biaya transaksi usahaternak ayam broiler.