Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103455
Title: Analisis Pertumbuhan Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Faktor Internal dan Interaksi Spasial dengan Wilayah Sekitarnya
Authors: ustiadi, Ernan
Ardiansyah, Muhammad
Masita, Dewi
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten adalah bagian dari wilayah suburban Megacity Jakarta yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang yang terbentuk pada 29 Oktober 2008. Jumlah penduduk dan area terbangun di Kota Tangerang Selatan meningkat pesat yang jika tidak dapat dikendalikan dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah di masa datang. Meluasnya area perkotaan dipengaruhi faktor-faktor internal di dalam kota dan juga oleh interaksi spasial dengan wilayah-wilayah di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengidentifikasi dan menganalisis pertumbuhan kota berdasarkan perluasan area terbangun; 2) menganalisis faktor internal yang diduga mempengaruhi pertumbuhan kota secara global maupun pengaruh secara lokal pada masing-masing kelurahan; 3) menganalisis indeks interaksi spasial antara Kota Tangerang Selatan dengan wilayah sekitarnya dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan kota secara global maupun pengaruh secara lokal pada masing-masing kelurahan; dan 4) menganalisis pengaruh faktor gabungan, yaitu internal dan eksternal (interaksi spasial) terhadap pertumbuhan kota secara global maupun pengaruh secara lokal pada masing-masing kelurahan. Identifikasi dan analisis pertumbuhan kota dilakukan melalui analisis NDBI citra satelit Landsat 5 TM tahun 2010 dan Landsat 8 tahun 2017. Analisis pengaruh dan hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal (interaksi spasial dengan wilayah sekitarnya) digunakan metode regresi linier berganda dan untuk mengetahui keragaman spasial pengaruh faktor internal dan faktor eksternal di tiap lokasi kelurahan digunakan Geographically Weighted Regression (GWR). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa luas area terbangun Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 adalah sebesar 6 440 hektar (40% dari luas wilayah) dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 10 260 hektar (63% dari luas wilayah). Dengan kata lain area fisik perkotaan mengalami perluasan sebesar 3 820 hektar (59%). Variabel faktor internal yang berpengaruh signifikan terhadap perluasan area terbangun adalah pertumbuhan penduduk dan fasilitas dengan tingkat signifikansi dan tingkat pengaruh positif yang beragam pada setiap kelurahan. Pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan di 30 kelurahan di wilayah kota bagian selatan tengah, sedangkan 24 kelurahan di bagian utara tidak signifikan. Perubahan fasilitas berpengaruh di 9 kelurahan di sisi barat laut wilayah kota. Interaksi spasial dengan Kota Tangerang secara signifikan berbanding terbalik dengan pertumbuhan kota pada 10 kelurahan di sisi barat laut, sedangkan interaksi spasial dengan Kota Jakarta Selatan pada seluruh kelurahan. Interaksi spasial dengan Kabupaten Tangerang secara signifikan berbanding lurus terhadap pertumbuhan kota pada 26 kelurahan di bagian barat laut hingga utara, sedangkan interaksi spasial dengan Kota Jakarta Utara pada 29 kelurahan bagian barat laut hingga utara Kota Tangerang Selatan. Faktor internal dan eksternal yang berpengaruh signifikan mendorong pertumbuhan kota adalah pertumbuhan penduduk, fasilitas, interaksi spasial dengan Kabupaten Tangerang dengan tingkat dan level pengaruh berbeda pada masing- masing kelurahan. Pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan di seluruh kelurahan, dimana kelurahan-kelurahan di barat daya sampai selatan mendapat pengaruh terbesar. Perubahan fasilitas berpengaruh beragam pada wilayah kota, dimana 22 kelurahan di sisi barat laut dan utara terpengaruh secara signifikan. Interaksi spasial dengan Kabupaten Tangerang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan perkotaan di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan, dimana kelurahan pada sisi barat laut dan utara memperoleh pengaruh lebih besar. Interaksi spasial dengan Kota Jakarta Selatan cenderung menekan pertumbuhan luas area terbangun di 21 kelurahan di sisi tengah dan timur. Interaksi spasial dengan Kota Tangerang juga bersifat menekan pertumbuhan luas area terbangun di 26 kelurahan pada sisi barat laut dan utara. Pengendalian urban sprawl di Kota Tangerang Selatan dapat dilakukan melalui pengendalian kependudukan, zonasi permukiman, strategi pengembangan infrastruktur serta kerjasama interaksi (termasuk sistem transportasi) dengan wilayah-wilayah sekitarnya dengan arah pendekatan beragam dan bersifat spesifik lokasi kelurahan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103455
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2020dma.pdf
  Restricted Access
Fulltext48.85 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.