Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103257
Title: Pengaruh Kemitraan terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil Tahu di Indonesia.
Authors: Rifin, Amzul
Jahroh, Siti
Halik, Rizky Ariesty Fachrysa
Issue Date: 2019
Publisher: IPB University
Abstract: Kemitraan merupakan suatu bentuk kerja sama yang perlu dilakukan untuk pengembangan sebuah usaha. Dalam hal ini pengembangan usaha yang dimaksud ialah peningkatan kinerja usaha. Sejak tahun 1997, pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai kemitraan antara usaha mikro dan kecil dengan usaha besar. Pengembangan kemitraan ini merupakan penguatan usaha dalam rangka meningkatkan kinerja usaha mikro dan kecil agar mampu bersaing dengan usahausaha lainnya. Hal ini dikarenakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam peningkatan perekonomian nasional. Terbukti dari kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2017 yaitu sebesar 62 persen. Usaha tahu merupakan salah satu usaha mikro dan kecil yang memiliki prospek bagus di Indonesia. Permintaan pasar untuk tahu ini cukup tinggi, dibuktikan dari data perkembangan konsumsi tahu selama tahun 2012 hingga 2016 mengalami peningkatan. Hal ini yang menyebabkan permintaan tahu semakin lama semakin meningkat. Demi meningkatkan kinerja usaha tahu, perlu dilakukan kerjasama antara usaha tahu dengan usaha besar atau BUMN. Saat ini usaha tahu, utamanya usaha tahu yang belum bermitra mengalami beberapa kesulitan dalam usaha, diantaranya yaitu kesulitan dalam permodalan, kesulitan memperoleh bahan baku, kesulitan dalam memasarkan produk, kesulitan memperoleh tenaga kerja yang terampil, serta kesulitan dalam memperoleh mesin yang baik. Adapun kesulitan memperoleh bahan baku dan permodalan yang paling banyak dialami oleh usaha tahu di Indonesia, khususnya pada usaha tahu yang belum bermitra. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kemitraan dan faktor lain terhadap kinerja usaha tahu di Indonesia. Usaha tahu dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu usaha yang bermitra dan usaha non mitra. Kinerja usaha yang dianalisis adalah pendapatan usaha dan omset penjualan. Usaha mikro dan kecil yang diteliti adalah usaha tahu sebanyak 237 unit usaha tahu. Data sekunder yang digunakan berupa data cross section tahun 2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun data pendukung dan beberapa literature terkait penelitian ini diperoleh dari Kementerian Koperasi dan UKM, publikasi internasional, publikasi nasional serta sumber lain yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemitraan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha yaitu pendapatan usaha dan omset penjualan. Pada model persamaan pendapatan usaha, dummy kemitraan memiliki nilai p-value sebesar 0,037, yang mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Selain itu, nilai koefisien dari dummy kemitraan sebesar 0,4569. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji beda rata-rata pendapatan usaha tahu yang bermitra dan usaha tahu non mitra, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pendapatan usaha tahu yang bermitra dan non mitra pada taraf nyata 5 persen. Adapun nilai rata-rata pendapatan usaha tahu yang bermitra lebih besar dibandingkan nilai ratarata pendapatan usaha tahu non mitra dengan selisih sebesar Rp 12 345 568. Pada model persamaan omset penjualan, diperoleh nilai koefesien dari variabel kemitraan, yaitu sebesar 0.3061. Adapun nilai p-value dari variabel kemitraan sebesar 0.020, yang mana nilai tersebut juga lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Selain itu, hasil uji beda rata-rata omset penjualan usaha tahu yang bermitra dan usaha tahu non mitra, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata omset penjualan usaha tahu yang bermitra dan non mitra pada taraf nyata 5 persen. Adapun nilai rata-rata omset penjualan usaha tahu yang bermitra lebih besar dibandingkan nilai rata-rata omset penjualan usaha tahu non mitra dengan selisih sebesar Rp 23 043 161. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda juga diperoleh faktorfaktor lain yang memengaruhi pendapatan dan omset penjualan. Faktor lain yang memengaruhi pendapatan, yaitu umur usaha, bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan alokasi pemasaran. Sedangkan faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pendapatan usaha ialah tenaga kerja. Faktor lain yang memengaruhi omset penjualan, yaitu umur usaha, bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan alokasi pemasaran. Sedangkan faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap omset penjualan ialah bahan baku. Dari analisis tersebut, disimpulkan bahwa usaha tahu yang menjalin kemitraan memiliki pendapatan dan omset penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha tahu yang tidak menjalin kemitraan. Hal ini juga terlihat juga dari hasil uji beda rata-rata pendapatan usaha dan omset penjualan usaha tahu yang bermitra lebih tinggi dibandingkan dengan usaha tahu non mitra. Adapun kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi oleh usaha tahu utamanya usaha tahu non mitra yang dapat diatasi dengan adanya kemitraan yang terjalin, kesulitan yang paling sering dihadapi ialah memperoleh bahan baku dan memasarkan produk. Jika usaha tahu ingin menjalin kemitraan untuk meningkatkan kinerja usaha atau mengurangi kendala yang sering dihadapi, dapat dilakukan kemitraan bahan baku untuk mengatasi bahan baku yang langka. Setelah berproduksi dan akan memasarkan produk, dalam hal ini pemasaran menjadi salah satu kendala yang paling sering dihadapi, maka kemitraan pemasaran dapat dilakukan oleh usaha tahu.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103257
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File SizeFormat 
2019raf.pdf
  Restricted Access
43.12 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.