Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103236
Title: Eksperimen Pembuatan Fungal Comb Melalui Pengembangbiakan Rayap Penumbuh Jamur
Authors: Sudirman, I Lisdar
Nandika, Dodi
Anwar, Khoirul
Issue Date: 2019
Publisher: IPB University
Abstract: Rayap penumbuh jamur (subfamili Macrotermitinae) hidup di Kawasan Asia dan Afrika dengan sebaran habitat yang sangat luas. Spesies-spesies rayap dari subfamili Macrotermitinae ini memiliki kebiasaan unik yaitu membuat kebun jamur atau fungal comb (komb) di dalam sarangnya di dalam tanah. Komb tersebut merupakan substrat tumbuh bagi jamur Termitomyces yang merupakan sumber makanan rayap. Pada saat musim hujan, komb biasanya menghasilkan tubuh buah jamur yang muncul ke permukaan tanah. Jamur tersebut bersifat edible serta berkhasiat sebagai obat. Namun, hingga saat ini belum ada peneliti atau masyarakat yang berhasil membudidayakan jamur Termitomyces karena kompleksitas simbiosisnya dengan rayap. Jamur Termitomyces hanya tumbuh pada komb yang dibuat oleh rayap, tetapi hingga saat ini proses pembuatan komb tersebut belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati proses pembuatan fungal comb oleh spesies-spesies rayap penumbuh jamur. Masing masing sepasang laron dari tiga spesies rayap penumbuh jamur yaitu Microtermes insperatus Kemner, Macrotermes gilvus Hagen, dan Odontotermes bogoriensis Kemner dipelihara dalam wadah botol kaca ukuran 150 cc yang berisi tanah dan kertas tisu lembab. Setiap pasangan laron dari masing-masing spesies rayap diberi perlakuan introduksi basidiospora Termitomyces sp., sedangkan pasangan lainnya tidak diintroduksi basidiospora (kontrol). Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan. Proses pembentukan komb pada masing-masing spesies rayap diamati selama 52 minggu (1 tahun). Komb yang terbentuk yang berasal dari perlakuan introduksi basidiospora dan isolat kultur Termitomyces sp. selanjutnya dianalisis secara molekuler berdasarkan fragmen ITS1-5.8S-ITS2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua spesies rayap yang diintroduksi dengan basidiospora maupun yang tidak diintroduksi basidiospora berhasil membentuk komb. Rayap M. insperatus yang diintroduksi dengan basidiospora Termitomyces sp. berhasil membuat developed comb 100 %, sedangkan yang tidak diintroduksi basidiospora berhasil membuat developed comb 33.33 % atau berhasil membuat undeveloped comb 66.67 %. M. insperatus yang berhasil membuat developed comb memiliki pola pertumbuhan anggota koloni yang relatif sama antara yang diintroduksi basidiospora dengan yang tidak diintroduksi basidiospora, namun berbeda dengan M. insperatus yang tidak berhasil membentuk developed comb. M. gilvus dan O. bogoriensis yang diintroduksi dengan basidiospora Termitomyces sp. hanya mampu membentuk undeveloped comb saja dan memiliki pola pertumbuhan koloni yang sama antara yang diintroduksi dengan yang tidak diintroduksi basidiospora. Developed comb berarti komb menghasilkan nodul dan ukurannya terus mengalami peningkatan, sedangkan undeveloped comb berarti komb tidak ditumbuhi nodul dan pertambahan luasnya terhenti. Baik undeveloped maupun developed komb pada masing masing spesies rayap mulai terbentuk pada minggu ke-15 setelah penangkaran dan pertambahan luas undeveloped comb terhenti pada minggu ke-16. Struktur awal komb yang mula-mula terbentuk berupa pilar yang tersusun dari kumpulan pelet atau mylosfer (pseudofeses), yaitu kotoran padat rayap yang berbentuk bulat yang telah tercampur dengan enzim pencernaan rayap. Rayap pekerja selanjutnya menambahkan pelet baru pada pilar tersebut sehingga ukuran developed comb terus mengalami peningkatan hingga mencapai ukuran terbesar 314 mm2 yang teramati pada minggu ke-32, sedangkan ukuran terbesar undeveloped comb adalah 8 – 9.62 mm2. Pola pertambahan luas antara developed comb yang diintroduksi dengan basidiospora sama dengan developed comb yang tidak dintroduksi basidiospora. Jumlah nodul pada developed comb yang teramati selama 52 minggu berkisar 30-150 dan pertama kali teramati pada minggu ke-15. Pola pertambahan jumlah nodul pada developed comb yang diintroduksi basidiospora sama dengan developed comb yang tidak diintroduksi basidiospora. Pada developed comb juga ditemukan struktur primordium-like structure yang secara mikroskopik mirip dengan pseudoriza dari tubuh buah. Struktur tersebut pertama kali teramati pada minggu ke-19 dengan jumlah 4 – 11. Jumlah tertinggi primordium-like structure terjadi pada minggu ke-32. Jumlah primordium-like structure pada developed comb yang diintroduksi dengan basidiospora lebih banyak dibandingkan dengan jumlah primordium-like structure pada developed comb yang tidak dintroduksi basidiospora. Hasil analisis filogenetik jamur pada developed comb dari spesies M. insperatus yang diintroduksi dengan basidiospora dan isolat kultur Termitomyces sp. menunjukkan bahwa keduanya berada dalam satu clade dengan Termitomyces cylindricus. Pada undeveloped comb yang tidak diintroduksi dengan basidiospora tidak dilakukan pengamatan. Pembentukan undeveloped comb tampaknya dipengaruhi oleh interaksi antara spesies rayap dengan keberadaan basidiospora. Oleh karena itu keberadaan basidiospora dari spesies jamur tertentu dan interaksinya dengan spesies rayap tertentu masih perlu dipelajari lebih lanjut. Selain itu, juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembentukan komb dalam wadah yang lebih besar untuk mempelajari pengaruh ketersediaan ruang dengan peluang berkembangnya primordium-like structure menjadi tubuh buah.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103236
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2019kan.pdf
  Restricted Access
18.04 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.