Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103118
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSaharjo, Bambang Hero-
dc.contributor.advisorSutikno, Sigit-
dc.contributor.authorSilviana, Sinta Haryati-
dc.date.accessioned2020-07-17T03:21:13Z-
dc.date.available2020-07-17T03:21:13Z-
dc.date.issued2020-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103118-
dc.description.abstractPembuatan drainase yang buruk dan berlebihan tanpa memperhatikan kondisi ekologis lahan gambut menyebabkan tinggi muka air gambut turun drastis sehingga gambut mengalami kekeringan dan rentan terbakar. Kebakaran lahan gambut akan berdampak terhadap fungsi hidrologi yang juga berkaitan dengan vegetasi maupun kondisi lahan gambut. Salah satu bentuk restorasi lahan gambut yang dilakukan saat ini adalah dengan penyekatan saluran drainase/kanal (canal blocking). Penyekatan merupakan konsep pembasahan gambut (rewetting) dalam mengatur tinggi muka air, agar gambut tetap lembab pada musim kemarau sehingga risiko kebakaranpun dapat dihindari. Penelitian mengenai pengaruh kebakaran pada lahan gambut yang dipulihkan dengan metode rewetting di Indonesia dan gambut tropis masih sangat sedikit. Selain itu, upaya rewetting pada lahan gambut masih dalam tahap awal dan praktik waktu pemulihan lahan gambut setelah terbakar masih sangat terbatas. Fokus penelitian ini adalah melihat pengaruh kebakaran terhadap kawasan restorasi ekosistem gambut dengan analisis contoh tinggi muka air tanah, komposisi vegetasi dan cadangan karbon tropis. Penelitian dilakukan di Desa Sungaitohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Waktu pelaksanan dari Bulan November 2018 – Juni 2019. Penelitian ini menggunakan sampel berpasangan dengan 3 ulangan yang diaplikasikan dengan perlakuan kebakaran. Adapun rincian ulangan pengamatan tinggi muka air tanah yang dilaksanakan pada lahan tidak terbakar meliputi perkebunan sagu, perkebunan karet dan hutan sekunder dan sebagai pembanding pada lahan bekas terbakar meliputi lahan terbakar-1, lahan terbakar-2 dan lahan terbakar-3. Pada pegamatan tinggi muka air tanah dilakukan pembuatan sumur pantau tegak lurus pada satu aliran kanal tunggal yang membagi lahan menjadi dua bagian yaitu sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri berbatasan langsung dengan jalan. Jumlah sumur pantau pada lahan tidak terbakar berjumlah 33 sumur pantau dan pada lahan tidak terbakar berjumlah 33 sumur pantau. Adapun jarak antar titik sumur pantau yaitu 1 m, 10 m, 50 m, 100 m, 250 m dan 350 m dari kanal. Pada setiap jarak selain dilakukan pengamatan tinggi muka air tanah yang dilakukan setiap 2 minggu sekali, dilakukan juga pengamatan terhadap vegetasi baik komposisi maupun cadangan karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan tinggi muka air tanah terdapat korelasi nyata antara tinggi muka air tanah rata-rata dengan jarak dari kanal dan kebakaran (P<0.01). Kebakaran menyebabkan penurunan atau hilangnya ketebalan gambut sehingga mengakibatkan peningkatan rata-rata tinggi muka air tanah sebesar 22 cm yaitu dari 73 cm menjadi 51 cm di bawah permukaan tanah. Pada pengamatan vegetasi tanah didapatkan hasil bahwa kebakaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan biomassa yang ada dengan perbandingan 2.67 : 1 atau (P<0.01). Selain itu, kebakaran menyebabkan kuantitas bahan bakar mati atau (nekromassa) lebih dominan dibandingkan kuantitas bahan bakar hidup (biomassa) pada lahan terbakar. Jumlah nekromassa yang lebih tinggi akan menyebabkan lahan semakin rentan terbakar apalagi didukung hal-hal pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti cuaca yang ekstrim. Pada pengamatan pengaruh kanal terhadap massa dan C-stock vegetasi didapatkan hasil bahwa semakin dekat dengan drainase terjadi penurunan massa vegetasi dan C–stock baik pada hutan sekunder, lahan terbakar-1 dan lahan terbakar-2. Rata-rata jumlah massa vegetasi pada hutan sekunder berkisar antara 28.242 ton ha-1 - 52.89 ton ha-1 dan Cstock vegetasi yang tersimpan berkisar 13.275 ton ha-1 – 24.839 ton ha-1. Rata-rata jumlah massa vegetasi pada lahan terbakar-1 berkisar antara 14.885 ton ha-1 – 24.657 ton ha-1 dan C-stock vegetasi yang tersimpan berkisar 6.995 ton ha-1 – 11.59 ton ha-1. Rata-rata jumlah massa pada lahan terbakar-2 berkisar antara 9.951 ton ha- 1 – 26.766 ton ha-1 dan C-stock vegetasi yang tersimpan berkisar 6.995 ton ha-1 – 11.59 ton ha-1. Berbeda pada perkebunan karet dimana rata-rata massa dan C-stock vegetasi lebih tinggi pada jarak awal yang disebabkan penggunaan lahan dikhususkan dekat dengan kanal. Rata-rata jumlah massa vegetasi pada perkebunan karet berkisar antara 19.285 ton ha-1 - 25.117 ton ha-1 dan C-stock vegetasi yang tersimpan berkisar 9.064 ton ha-1 - 11.805 ton ha-1.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcTropical silvicultureid
dc.subject.ddcRewettingid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePengaruh Kebakaran dan Rewetting terhadap Tinggi Muka Air, Komposisi Vegetasi dan Cadangan Karbon Lahan Gambut Tropisid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordhidrologiid
dc.subject.keywordkebakaranid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid
dc.subject.keywordrestorasiid
dc.subject.keywordsekat kanalid
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File SizeFormat 
2020shs.pdf
  Restricted Access
32.73 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.