Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103013
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorHidayat, Aceng-
dc.contributor.advisorIsmail, Ahyar-
dc.contributor.authorWirendeni-
dc.date.accessioned2020-06-02T03:03:08Z-
dc.date.available2020-06-02T03:03:08Z-
dc.date.issued2020-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103013-
dc.description.abstractSampah padat yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat Kota Bogor diangkut dan dibuang ke Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Galuga. Praktek pengelolaan sampah ini berakibat pada meningkatnya timbunan sampah yang merupakan sumber pencemar bagi lingkungan disekitar TPA Galuga. Pengelolaan TPA yang direncanakan menggunakan metode controll landdfill tidak berjalan sesuai perencanaan bahkan menyerupai metode open dumping. Kondisi tersebut menambah beban TPA Galuga dalam memproses akhir sampah padat ke lingkungan dengan aman. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada cara pengelolaan sampah yang dapat mengurangi sampah yang akan ditimbun di TPA. Memanfaatkan kembali sampah menjadi produk bahan bakar alternatif (BBA) yakni Refuse Derived Fuel (RDF). Salah satu industri yang telah memanfaatkan RDF adalah PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. (ITP). ITP berada di Kecamatan Citeurep, Kabupaten Bogor berjarak 60 km dari TPA Galuga. Pemanfaatan sampah menjadi RDF sebagai BBA dipabrik semen menggunakan metode co-processing yakni memanfaatkan sampah untuk memenuhi kebutuhan kalori yang besar dalam memproduksi produk clinker pada unit Rotary Kiln. Dengan kandungan jenis sampah di TPA Galuga yang beragam menyebabkan ITP harus melakukan pre-tretment mulai dari pemilahan, pengeringan di fasilitas biodrying, pencacahan menjadi berukuran 5 cm di fasilitas shredder, pencampuran dengan material lain seperti biomass dan limbah dari sektor industri di fasilitas kolam pengadukan hingga diangkut menggunakan belf conveyor ke fasilitas feeding ke dalam rotary Kiln sebagai BBA. Fasilitas dan metode pemanfaatan sampah menjadi RDF di ITP dapat diintegrasikan kedalam pengelolaan sampah di TPA Galuga. Untuk itu diperlukan kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sebagai pengelola TPA Galuga dan pihak swasta yakni perusahaan ITP. Sebagai bahan bertimbangan bagi kedua belah pihak diperlukan kajian kegiatan pemanfaatan sampah menjadi RDF. Kajian dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini pengelolaan sampah di TPA Galuga, mengetahui nilai ekonomi dari kegiatan pemanfaatan sampah di TPA Galuga menjadi RDF dan mengetahui persepsi kedua belah pihak untuk menjajaki peluang kerjasama keduanya. Metode yang digunakan untuk mendalami kondisi pengelolaan sampah di TPA Galuga adalah menggunakan metode gap analysis. Hasil dari analisis menyatakan bahwa pengelolaan TPA Galuga baru memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian kerjasama antara Pemkot Bogor dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sebesar 80%. Penyebab tidak terpenuhinya kewajiban yang disepakati ini adalah keterbatasan anggaran Pemkot Bogor dalam pengadaan tanah penutup timbunan sampah, kapasitas pengolahan air lindi dan pemanfaatan gas metana. Untuk itu diperlukan cara lain yang sesuai kondisi anggaran yang tersedia dalam mengelola sampah dan mampu mengurangi sampah yang ditimbun. Berdasarkan kajian pustaka pemanfaatan sampah menjadi RDF mampu mengurangi sampah yang akan ditimbun di TPA. Metode yang digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi kegiatan pemanfaatan ini adalah dengan menggunakan pendekatan harga pasar dan metode Net Present Value (NPV). Agar dapat memberikan gambaran nilai ekonomi kegiatan ini adalah dengan mensimulasikan beberapa skenario yakni skenario optimis, moderat dan pesimis selama tahun 2020 hingga tahun 2030. Skenario optimis adalah dimana alokasi permintaan RDF sebesar 5% dari kebutuhan target BBA ITP, skenario moderat sebesar 3% dan skenario pesimis sebesar 1%. Hasil simulasi ketiga skenario menunjukan bahwa dengan menerapkan skenario optimis akan menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 14 milyar, skenario moderat menghasilkan Rp. 38 milyar dan pesimis menghasilkan minus sebesar Rp. 11 milyar. Dari hasil estimasi tersebut disimpulkan bahwa dengan menerapkan skenario optimis dan moderat dalam kerjasama antara Pemkot Bogor dan ITP adalah layak secara ekonomi karena meghasilkan NPV positif. Sedangkan skenario pesimis tidak direkomendasikan untuk diterapkan. Metode Focused Group Discussion (FGD) digunakan untuk mendalami pendapat atau persepsi kedua belah pihak. Hasil FGD menyimpulkan bahwa kegiatan pemanfaatan sampah menjadi RDF merupakan cara yang tepat untuk mengurangi sampah yang akan ditimbun dan dapat menjadi solusi permasalahan sampah Kota Bogor. Namum usaha ini terkendala beberapa hal yakni birokrasi, anggaran, teknologi dan pengelaman Pemkot Bogor. Sedangkan dari pihak ITP menyatakan kendala pada kebijakan perusahaan untuk melakukan investasi di luar pabrik ITP dalam sektor usaha pengelolaan sampah karena ITP bukan perusahaan pengelolaan sampah. Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan pihak swasta ketiga sebagai investor dan operator yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Dengan kondisi ini bentuk pola kerjasama yang direkomendasikan adalah dengan cara Build Operate and Transfer dalam perjanjian triparti antara Pemkot Bogor, ITP dan pihak pelaksana.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEnvironmental economicsid
dc.subject.ddcWaste managementid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleNilai Ekonomi Pemanfaatan Sampah Menjadi Refuse Derived Fuel melalui Pola Kemitraan Pemerintah dan Swasta (Studi Kasus: TPA Galuga).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordTPA Galugaid
dc.subject.keywordSampah padatid
dc.subject.keywordEconomic valueid
dc.subject.keywordRefused Derived Fuelid
dc.subject.keywordFocused Group Discussionid
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File SizeFormat 
2020wir.pdf
  Restricted Access
54.37 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.