Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103006
Title: Model Sistem Dinamis Swasembada Beras Menuju Ketahanan Pangan,
Authors: Hubeis, Musa
Cahyadi, Ruddy Eko
Fristovana, Trista
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap individu yang cukup, aman, bergizi dan terjangkau. Pemenuhan kecukupan pangan diutamakan dari produksi dalam negeri. Target utama pemenuhan ketahanan pangan adalah swasembada beras. Swasembada beras penting karena berperan dalam menjaga stabilitas politik, sosial ekonomi dan budaya. Keberlanjutan swasembada beras di masa mendatang menghadapi banyak tantangan akibat peningkatan produksi beras tidak secepat peningkatan kebutuhan beras. Tantangan dari sisi produksi beras adalah konversi sawah, kerusakan irigasi dan pengaplikasian pupuk dan benih unggul bersertifikat belum sesuai rekomendasi. Tantangan lain adalah puso akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)/Dampak Perubahan Iklim (DPI), tingginya lossses pascapanen, dan rendahnya rendemen. Kebutuhan beras mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk dan besarnya konsumsi beras per kapita per tahun. Indonesia meraih swasembada beras tahun 1984, 2007-2009 dan 2016. Keberlanjutan swasembada beras harus terus dijaga karena sifatnya yang dinamis dan meraihnya kembali tidaklah mudah. Sifat dinamis sistem disebabkan faktor-faktor penyusun sistem berubah tiap satuan waktu. Faktor penyusun swasembada beras berinteraksi secara kompleks. Oleh karena itu, swasembada beras harus dipelajari secara menyeluruh dengan pendekatan sistem. Dalam pendekatan sistem, model digunakan sebagai alat untuk memahami proses dan memprediksi perubahannya yang dinamis. Tujuan penelitian ini mensimulasikan skenario pencapaian swasembada beras dan merumuskan rekomendasi kebijakan. Penelitian ini dilaksanakan di Kementerian Pertanian pada bulan September 2018 hingga Maret 2019. Data penelitian meliputi data sekunder dan data primer. Tahapan penelitian meliputi: (1) analisis kebutuhan; (2) formulasi masalah; (3) identifikasi sistem; (4) pemodelan sistem; (5) validasi dan (6) implementasi. Penelitian ini membandingkan Self Sufficiency Ratio (SSR) dan biaya yang dibutuhkan antar skenario. SSR merupakan perbandingan antara produksi beras dengan kebutuhan beras. Biaya pembangunan pertanian meliputi biaya pembelian benih, pupuk, combine harvester (CH), dryer, revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK), pengendalian OPT/DPI, rehab saluran irigasi, cetak sawah, optimasi rawa dan layanan penyuluhan. Validasi model menggunakan uji AME (Absolute Mean Error). Data input validasi telah disesuaikan (backasting) dengan data BPS tahun 2018. Nilai uji AME terhadap perkembangan output produksi padi 2.56%, luas panen sawah 2.90% dan jumlah penduduk 0.13%. Nilai uji AME ketiganya kurang dari 5%, sehingga model yang digunakan dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya. Simulasi dilakukan mulai tahun 2018-2045. Simulasi dilakukan terhadap nilai input faktor-faktor berikut: rehab saluran irigasi, aplikasi benih varietas unggul bersertifikat, aplikasi pupuk, layanan penyuluhan, cetak sawah, optimasi rawa, penggunaan CH, penggunaan Dryer, revitalisasi PPK, konversi lahan dan diversifikasi pangan. Hasil simulasi menggunakan input kebijakan saat ini menunjukkan swasembada beras tidak berlanjut hingga tahun 2045. Perbaikan terhadap seluruh input faktor di atas menghasilkan skenario ideal (skenario 5). Skenario 5 merupakan kombinasi kebijakan intensifikasi, penekanan losses, ekstensifikasi, penurunan konsumsi beras dan penekanan konversi sawah. Kombinasi kelima kebijakan tersebut memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap nilai SSR. Grafik nilai SSR skenario 5 terus meningkat, namun diiringi pula dengan peningkatan total biaya pertanian. Skenario 5 memungkinkan diterapkan apabila seluruh stakeholder terlibat dalam pendanaan biaya pertanian. Skenario 5 sangat sulit diterapkan, jika stakeholder yang terlibat dalam pendanaan pertanian hanya petani dan pemerintah. Skenario 6 menjadi skenario operasional pencapaian swasembada beras. Skenario 6 menitikberatkan perbaikan pada penekanan konversi sawah, intensifikasi dan penekanan losses. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang berpengaruh kuat terhadap keberlanjutan swasembada beras adalah penekanan konversi lahan. Faktor pendukung lain yang berpengaruh adalah cetak sawah, diversifikasi pangan, rehab saluran irigasi dan pengaplikasian benih varietas unggul bersertifikat. Rekomendasi bagi pemerintah adalah: (1) menetapkan dan melindungi sawah abadi; (2) identifikasi dan pemetaan areal yang berpotensi untuk pengembangan cetak sawah secara berkala; (3) kerjasama lintas sektoral, dalam rangka mengkampanyekan perbaikan pola konsumsi pangan yang sehat dan bergizi, serta beragam (diversifikasi pangan) untuk penurunan konsumsi beras; dan (4) melibatkan seluruh stakeholder dalam pembiayaan swasembada beras, di mana 40% pemerintah, 30% petani dan 30% swasta. Jika pemerintah mentargetkan swasembada beras, maka secara teknis pemerintah harus melakukan perbaikan: (1) rehab saluran irigasi 6%/tahun dari kerusakan irigasi; (2) penggunaan benih unggul bersertifikat 20% dari luas tanam padi sawah dan 10% luas tanam padi ladang/rawa; (3) pengaplikasian pupuk sesuai rekomendasi 15% dari total luas tanam padi sawah dan 10% luas tanam padi ladang/rawa; (4) pengendalian OPT 10% dari total luas tanam; (5) pengendalian DPI 5% dari total luas tanam; (6) penambahan CH dan dryer masing-masing sebanyak 1% dari jumah eksisting; dan (7) revitalisasi PPK 0.1% dari jumlah PPK yang belum direvitalisasi; dan (8) penekanan konversi sawah.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103006
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File SizeFormat 
2020tfr.pdf
  Restricted Access
21.96 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.