Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102995
Title: Peran Kelembagaan Pangan Dalam Resiliensi Komunitas Petani Sawah Tadah Hujan Menghadapi Perubahan Iklim.
Authors: Pandjaitan, Nurmala K
Martua, Sihaloho
Mariyani, Siti
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Pertanian sawah tadah hujan tergolong sebagai ekosistem yang beresiko tinggi (high risk nvironmentst) karena terancam oleh kekeringan, kebanjiran, atau kegaraman (salinity) (Ladha et al. 1998). Resiko tersebut akan bertambah parah ketika komunitas petani sawah tadah hujan mengalami gangguan perubahan iklim. Kondisi perubahan iklim berupa tidak menentunya waktu musim tanam karena perubahan curah hujan menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen yang mengakibatkan produksi sawah menurun sehingga mengancam kerawanan pangan komunitas petani sawah tadah hujan. Komunitas memiliki kelembagaan pangan yang terdiri dari norma-norma dan aturan yang mengatur kebutuhan pangan komunitas sehingga dapat diliihat sejauhmana kelembagaan pangan membantu komunitas beradaptasi terhadap perubahan iklim. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis kelembagaan pangan komunitas petani sawah tadah hujan dalam menghadapi kerawanan pangan akibat perubahan iklim; dan (2) menganalisis peran kelembagaan pangan dalam membangun resiliensi komunitas petani sawah tadah hujan menghadapi perubahan iklim. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif didukung kualitatif dengan menggunakan metode survei. Kuisioner diberikan kepada 100 responden dari 352 warga komunitas yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif (descriptive analysis). Dikumpulkan juga data kualitatif untuk memperjelas data kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion pada warga komunitas. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Dusun 1 dan Dusun 4 Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan karena di Dusun tersebut merupakan komunitas petani sawah tadah hujan yang mengalami dampak akibat perubahan iklim serta masih memiliki kelembagaan lumbung pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas petani di Dusun 1 dan Dusun 4 memiliki sumberdaya yang terdiri dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya ekonomi. Sumberdaya alam yang dimiliki komunitas seperti lahan pertanian dan perkebunan tergolong cukup, tetapi sumber pengairan untuk kegiatan pertanian belum memadai. Selain itu sumberdaya manusia pada komunitas masih kurang karena tingkat pendidikan formal masih tergolong rendah. Sumberdaya ekonomi yang dimiliki komunitas meliputi kegiatan on farm dan non farm tegolong cukup baik karena komunitas memiliki sumber usaha lain diluar bidang pertanian. Kapasitas adaptasi komunitas dilihat dari empat dimensi, yaitu: 1). pembangunan ekonomi (economic development); 2). modal sosial (social capital); 3). informasi dan komunikasi (information and communication); dan 4). kompetensi komunitas (community competence). Komunitas memiliki tingkat pembangunan ekonomi yang tergolong sedang. Hal ini dilihat dari peluang bekerja, peluang usaha, kemampuan memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan serta kemampuan membiayai pendidikan dan kesehatan rumahtangganya. Komunitas memiliki modal sosial terutama ikatan dan komitmen komunitas yang tergolong tinggi. Akan tetapi intensitas komunikasi dan kompetensi komunitas masih tergolong sedang. Hal ini karena komunitas belum mampu mengatasi masalah serangan hama secara kolektif. Komunitas petani sawah tadah hujan di Dusun 1 dan Dusun 4 Desa Marga Kaya memiliki dua jenis kelembagaan pangan yaitu kelembagaan lumbung pangan dan kelembagaan jimpitan. Kelembagaan lumbung pangan sudah berdiri lama sejak tahun 1970-an secara swadaya atas inisiatif dari warga komunitas dan tetap bertahan sebagai kearifan lokal komunitas. Kelembagaan lumbung pangan hadir sebagai kebutuhan komunitas dan merupakan aksi kolektif dalam upaya mengatasi ancaman kerawanan pangan ketika gagal panen dan musim paceklik. Komunitas petani di Dusun 1 dan Dusun 4 melalui kapasitas adaptif terutama modal sosial yang tergolong tinggi dan mengelola sumberdaya yang dimiliki, komunitas mampu mempertahankan kearifan lokal kelembagaan lumbung pangan sehingga komunitas resilien terhadap ancaman kerawanan pangan akibat perubahan iklim. Kelembagaan lumbung pangan pada komunitas petani di Dusun 1 dan Dusun 4 memiliki kegiatan dalam simpan pinjam gabah, peminjaman modal dan tunda jual sehingga kelembagaan lumbung pangan berperan penting dalam resiliensi komunitas menghapi ancaman kerawanan pangan akibat perubahan iklim. Keberadaan kelembagaan lumbung pangan menjadi penting karena menopang ketahanan pangan komunitas melalui ketersediaan pangan yang cukup. Komunitas petani di Dusun 1 dan Dusun 4 sudah memiliki ketersediaan pangan yang baik dilihat dari hasil perhitungan skor ketersediaan pangan yaitu sebanyak 10,41 karena sudah mendekati skor maksimal yaitu 12. Kelembagaan lumbung pangan sebagai salah satu bentuk aksi kolektif komunitas yang merupakan bagian dari modal sosial yang dimiliki komunitas akan mengalami ancaman keberlanjutannya apabila anggota lumbung pangan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan lumbung seperti kegiatan simpan pinjam. Kelembagaan lumbung pangan telah menjadi tata kelakuan yang ada pada komunitas. Apabila kelembagaan lumbung pangan sudah tidak dibutuhkan lagi, maka kelembagaan pangan akan hilang. Kelembagaan lumbung pangan masih sangat diperlukan sebagai upaya menuju kemandirian pangan. Kemandirian pangan tentunya harus dipenuhi dari ketersediaan pangan yang cukup. Maka dari itu kelembagaan lumbung pangan diharakan tetap eksis pada masa mendatang.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102995
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File SizeFormat 
2020sma1.pdf
  Restricted Access
39.13 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.