Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102928
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSartono, Bagus-
dc.contributor.advisorSusetyo, Budi-
dc.contributor.authorHerlina-
dc.date.accessioned2020-06-02T02:40:52Z-
dc.date.available2020-06-02T02:40:52Z-
dc.date.issued2020-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102928-
dc.description.abstractFood Agriculture Organization (FAO) menginisiasi pengukuran kerawanan pangan menggunakan pendekatan akses untuk mendapatkan makanan. Hasil studi FAO sejak tahun 2013 melalui Voices of Hungry Project (VoH-FAO) menghasilkan pengukuran Skala Pengalaman Kerawanan Pangan (Food Insecurity Experience Scale/FIES). FIES merupakan skala referensi global yang menjadi acuan untuk membandingkan prevalensi kerawanan pangan antara negara dan wilayah. Tantangan penggunaan instrumen FIES di masing-masing negara adalah adaptasi linguistik yang sesuai dengan budaya dan bahasa. Hal ini akan memudahkan responden untuk memahami setiap butir FIES tanpa mengubah makna aslinya. Penting untuk mengkaji instrumen FIES agar menghasilkan informasi yang konsisten dan menjamin keterbandingan lintas budaya dan negara (Ballard et al. 2013). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis validitas pengukuran FIES di Indonesia, meliputi analisis internal, eksternal dan pengaruh wilayah. Instrumen FIES dibangun berdasarkan urutan pengalaman kerawanan untuk mengakses pangan yang umum terjadi di dunia. Instrumennya meliputi delapan butir pertanyaan yang langsung ditanyakan kepada responden (individu atau rumah tangga). Responden akan menjawab “ya” (kode 1) atau “tidak” (kode 0) pada setiap butir pertanyaan. Jawaban responden sesuai dengan tingkat keparahan kerawanan pangan yang pernah dialami, setidaknya satu kali dalam setahun. Inilah konstruk teori yang mendasari pengukuran FIES, dimana tingkat kesulitan butir FIES dan keparahan kerawanan pangan responden berada pada skala yang sama (kontinum). Analisis internal pengukuran FIES menggunakan validitas dan reliabilitas. Cafiero et al. (2014) menyimpulkan validitas pengukuran FIES ditunjukkan dengan semakin sedikit respon terhadap suatu butir menunjukkan butir yang semakin parah. Pengukuran reliabilitas berguna untuk memastikan semua atau sebagian besar butir sudah sesuai dengan skala pengukuran. Asumsi dasar pengukuran FIES yakni peluang merespon “ya” (kode 1) pada suatu butir berhubungan dengan tingkat kesulitan atau kemampuan responden yang tidak dapat diamati (sifat laten). Berdasarkan hal tersebut maka kajian ini menggunakan pendekatan model psikometrik Teori Respon Butir (Item Respon Theory/IRT), khususnya model logistik satu parameter atau dikenal Rasch Model (RM). Pengukuran validitas dan reliabilitas item FIES Indonesia dikalibrasi dengan skala referensi global. Kalibrasi dilakukan untuk memastikan bahwa skala setiap butir FIES mewakili pengalaman kerawanan pangan yang sebanding dengan skala referensi global. Perbedaan skala butir kalibrasi dengan skala referensi global sebesar kurang dari 0,35 menunjukkan sebagai butir yang umum. Pengukuran FIES mensyaratkan setidaknya 5 butir termasuk umum (Cafiero et al. 2017; Nord 2014; FAO 2018). Analisis eksternal pengukuran FIES menggunakan analisis korelasi Pearson antara agregasi tingkat kabupaten pada setiap butir FIES yang dijawab “ya” dan karakteristik determinan kerawanan pangan rumah tangga. Koefisien korelasi yang diharapkan menunjukkan arah korelasi positif. Selain itu, juga diamati nilai koefisien korelasi yang semakin kecil mulai dari butir 1501 sampai dengan butir 1508. Hal ini sesuai dengan konstruk teori FIES, dimana respon yang semakin kecil pada butir FIES menunjukkan urutan keparahan butir. Selain itu juga menganalisis korelasi antara skor mentah rumah tangga dengan rata-rata skor mentah rumah tangga. Pengukuran korelasi dari skor mentah ini untuk membuktikan penyataan Tobler (Anselin dan Rey 2010). Teorinya menyatakan bahwa segala sesuatu saling berkorelasi namun sesuatu yang dekat akan lebih berpengaruh daripada sesuatu yang jauh. Koefisien korelasi skor mentah rumah tangga dalam satu desa bernilai positif menunjukkan instrumen FIES sudah cukup baik dalam mengukur kerawanan pangan. Instrumen FIES mulai diintegrasikan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2017. Unit amatan adalah rumah tangga yang menjawab semua butir FIES. Pengolahan RM menggunakan total sampel rumah tangga serta memilah sampel (subsampel) menurut wilayah tempat tinggal dan pangsa pengeluaran pangan. Analisis internal pengukuran FIES di Indonesia menunjukkan terpenuhinya asumsi unidimensi dan independensi lokal. Namun butir 1501 teridentifikasi pencilan, yang mengindikasikan beragamnya interpretasi rumah tangga terhadap butir tersebut. Koefisien reliabilitas bernilai 0.78 menunjukkan pengukuran FIES Indonesia sudah sesuai dengan konstruk teori FIES. Nilai yang sama diperoleh dari pengukuran reliabilitas pada subsampel wilayah tempat tinggal dan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini menunjukkan konsistensi pengukuran FIES. Pengukuran FIES Indonesia dibandingkan dengan skala referensi global (global reference scale) menggunakan prosedur kalibrasi. Validasi skala butir FIES Indonesia terhadap skala referensi global menunjukkan perbedaan butir unik menurut sampel seluruh data dan subsampel. Butir FIES Indonesia yang terindikasi butir unik adalah butir 1501 dan 1504. Sedangkan butir unik pada subsampel perdesaan yaitu butir 1503 dan 1508. Perbedaan butir unik juga ditemui pada subsampel pangsa pengeluaran pangan 60 persen atau lebih yaitu butir 1501 dan 1502. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan asumsi invariansi parameter. Analisis eksternal pengukuran FIES mengidentifikasi bahwa butir 1501 dan butir 1504 sebagai butir yang tidak valid (butir unik). Selain itu, diperoleh koefisien korelasi terbesar antara butir FIES dengan peubah determinan kerawanan pangan. Butir FIES berkorelasi positif dengan peubah X2 (jumlah anggota rumah tangga berusia 0-4 tahun). Butir FIES berkorelasi negatif dengan peubah X5 (penerima Kartu Perlindungan Sosial), X6 (BPJS-Penerima Bantuan Iuran), X7 (penerima raskin), X10 (pengeluaran perkapita) dan X11 (rumah tangga penerima transfer). Skor mentah FIES menunjukkan korelasi cukup baik antara skor mentah rumah tangga dengan rata-rata skor mentah rumah tangga dalam satu desa. Hal ini diperkuat dengan uji autokorelasi spasial yang bernilai positif. Dengan demikian, instrument FIES cukup baik digunakan untuk pengukuran kerawanan pangan di suatu wilayah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcApplied Statisticsid
dc.subject.ddcCorrelationid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleKajian Validitas Instrumen Pengukuran Skala Pengalaman Kerawanan Pangan di Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordFIESid
dc.subject.keywordkalibrasiid
dc.subject.keywordkerawanan panganid
dc.subject.keywordkorelasiid
dc.subject.keywordrasch modelid
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2020her.pdf
  Restricted Access
17.51 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.