Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102892
Title: Ekologi Kakatua-kecil Jambul-kuning Cacatua sulphurea abbotti di Masakambing Kepulauan Masalembu, Jawa Timur
Authors: Mulyani, Yeni Aryati
Prawiradilaga, Dewi Malia
Nandika, Dudi
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Cacatua sulphurea abbotti adalah anak jenis endemik Kepulauan Masalembu yang kini keberadaannya hanya berada di Masakambing. Sebaran yang sempit dan populasi yang kecil menjadikan anak jenis ini sangat penting untuk dilestarikan. Penelitian ini menggunakan data selama satu dekade untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan populasi C.s. abbotti selama 10 tahun terakhir (2008-2018), mengungkapkan sebaran dan karakteristik pohon sarang C.s. abbotti, dan mendeskripsikan ekologi perkembangbiakan C.s. abbotti. Ekologi perkembangbiakan tersebut meliputi musim berkembangbiak, jumlah telur, keberhasilan perkembangbiakan, dan perilaku perkembangbiakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian berasal dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh penulis sebagai personil Perkumpulan Konservasi Kakatua Indonesia (2008-2016) serta pengumpulan data di lapangan (Juni-November 2017 dan Januari 2018) dengan metode yang sama. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode direct roosting count untuk menghitung jumlah populasi, metode survei untuk mencari dan menandai pohon sarang dan penyebaran kakatua, metode scan animal sampling dan continuous sampling untuk mencatat dan mengamati perilaku kakatua, serta metode petak tunggal untuk analisis vegetasi. Populasi kakatua di Masakambing meningkat dari 10 ekor pada tahun 2008 menjadi 22 ekor pada awal tahun 2018, atau naik sekitar 42,9%, dalam 10 tahun terakhir. Rata-rata peningkatan populasi kakatua adalah 1,2 ekor/ tahun dan angka mortalitas 0,6 ekor/tahun. Area distribusi C.s. abbotti meliputi 71% dari luas pulau, yang terkonsentrasi di bagian barat laut pulau dengan kepadatan 1,56 ekor/km2 pada 2008 dan naik menjadi 3,44 ekor/km2 pada 2018. Sebaran pohon sarang di Masakambing terkonsentrasi di wilayah Ketapang. Berdasarkan habitatnya sarang kakatua lebih banyak di areal perkebunan dibandingkan dengan di hutan mangrove dengan perbandingan 4:1, dan indeks preferensi Neu yaitu 1,789 dengan indeks baku 0,829 untuk kebun dan 0,368 dengan indeks baku 0,171 untuk hutan mangrove. Jumlah pohon berukuran besar yang relatif sedikit di hutan mangrove merupakan salah satu faktor rendahnya perjumpaan sarang pada habitat mangrove. Kerapatan relatif pohon di sekitar empat pohon sarang ≤ 25%, sedangkan frekuensi relatifnya menunjukkan bahwa kondisi vegetasi di sekitar sarang bersifat heterogen. Tujuh jenis pohon tercatat di eempat plot, dengan INP yang tinggi berturut turut yaitu kayu kuda Lannea coromandelica (93,80), kelapa Cocos nucifera (77,52), randu Ceiba pentandra (69,33) dan galompe Lagerstroemia sp (54,05). Jumlah sarang yang berhasil dicatat dalam kurun waktu 2008-2017 adalah 21 sarang. Tinggi pohon sarang berkisar antara 9 - 25 m dengan diameter 28 - 160 cm dan lubang sarang berada pada batang atau cabang dengan ketinggian 9 - 15 m dari atas tanah dengan rata-rata 12,99 m (SD = 1,79 m, n = 21). Sarang rata-rata memiliki dbh 0,78 m (SD = 0,31 m, n = 21). Diameter penampang lubang sarang berbentuk bulat atau oval dengan diameter 12 - 23 cm dengan rata-rata 16,75 cm iii (SD = 3,63, n = 4), kedalaman sarang rata-rata 75,76 cm (SD = 3,27, n = 4) sudah termasuk alas tempat meletakan telur yang berasal dari serpihan kayu dibagian dasar dengan ketebalan 10 cm. Berdasarkan indeks preferensi kakatua di Masakambing lebih menyukai membuat sarang pada randu Ceiba pentandra, sukun Artocarpus communis, tanjang merah Bruguiera gymnorrhiza, kelapa Cocos nucifera dan asem Tamarindus indica. Musim perkembangbiakan yang ditandai oleh aktivitas kopulasi dan perbaikan sarang atau pembuatan sarang baru dimulai pada bulan Juni sampai bulan Oktober. Jumlah aktivitas bersarang yang berhasil dipantau adalah 49 kali pada 21 pohon sarang. Selain itu dijumpai satu sarang tidak aktif. Total tercatat 54 butir telur, tetapi jumlah telur yang berhasil dipantau keberhasilannya hanya 22 telur (40,74%). Lima belas butir (27,78%) diantaranya berhasil menetas dan anakan berhasil terbang, sedangkan tujuh telur lainnya gagal menghasilkan anak yang bisa lepas dari sarang, baik karena gagal menetas, anak mati di sarang, atau anak jatuh saat belajar terbang. Badai yang biasa terjadi pada puncak musim barat, yaitu bulan Januari dan Februari mengancam keberadaan kakatua di Masakambing karena dapat mengakibatkan pohon tumbang, dahan atau batang tempat bersarang patah dan juga dapat mengakibatkan anakan jatuh karena hujan dan ditambah angin yang kencang. Kakatua dalam masa berbiak sebelum masuk masa bertelur secara bersama-sama mempersiapkan sarang dengan persentase 42,81% dilakukan jantan, 21,49% betina dan 35,70% sisanya dilakukan secara bersama-sama. Berdasarkan penelitian jumlah telur kakatua di Masakambing hanya 1-2 butir. Telur berwarna putih kecoklatan, bentuknya lebar-oval, hampir bulat, ukurannya kurang lebih sebesar bola tenis meja. Perilaku mengerami telur atau masa inkubasi telur dilakukan oleh pasangan secara bergantian oleh induk jantan dan betina dengan persentase sebesar 66,15% - 86,76% untuk betina dan 13,24%-33,11% untuk jantan. Sesuai dengan aktivitas kawin atau kopulasi kakatua di Masakambing sering teramati antara pukul 15:00-16:00 sebanyak 56,67%, antara pukul 05:00-06:00 sebanyak 30% dan sisanya masing-masing 6,67% yaitu antara pukul 07:00-08:00 dan 11:00-12:00. Berdasarkan 8 kali catatan pertemuan, rata-rata kakatua membutuhkan waktu 1 menit 52 detik untuk aktivitas kopulasi. Aktivitas pemeliharaan anak kakatua hanya 6,59% dari seluruh aktivitas hariannya dengan proporsi 0,61 untuk betina dan 0,39 untuk jantan. Untuk aktivitas memberi makan anak sebesar 2,88%, dengan perbedaan proporsi yang tidak terlalu signifikan yaitu 0,51 untuk betina dan 0,49 untuk jantan dan aktivitas preening anak ini cukup rendah yaitu 3,71% dengan proporsi 0,69 untuk betina dan 0,31 untuk jantan. Aktivitas memelihara anak ini lebih banyak dilakukan pada pagi hari. Penurunan populasi kakatua di Kepulauan Masalembu umumnya dan Masakambing khususnya sangat besar sekali dipengaruhi oleh kecepatan angin, temperatur, kelembaban, intensitas cahaya dan aktivitas manusia. Sementara itu, kenaikan jumlah kakatua yang terjadi di Masakambing menjadi kekhawatiran tersendiri karena resiko terjadinya populasi leher botol dapat meningkatkan perkawinan sekerabat yang berakibat pada kecacatan dan kepunahan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102892
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File SizeFormat 
2020dna.pdf
  Restricted Access
25.66 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.