Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102878
Title: Sebaran dan Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Kandungan Minyak Akar Wangi (Chrysopogon zizanioides).
Authors: Triadiati
Falah, Syamsul
Sulistiyani, Ani
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Chrysopogon zizanioides (akar wangi) adalah komoditas unggulan di Kabupaten Garut yang menghasilkan minyak akar wangi (vetiver oil) terbesar kedua di dunia. Data sebaran perkebunan akar wangi di Garut tercatat terakhir pada tahun 2013. Selain itu, informasi yang berkaitan dengan faktor lingkungan yang mempengaruhi kandungan minyak akar wangi terbatas. Salah satu faktor lingkungan yang diduga mempengaruhi kandungan minyak akar wangi sebagai metabolit sekunder adalah kekeringan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menentukan sebaran akar wangi di Kabupaten Garut, menganalisis pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan, kandungan prolin, produksi minyak, dan untuk memilih aksesi terbaik. Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan sebaran perkebunan akar wangi adalah metode purposive samping dengan mengambil sampel aksesi akar wangi berdasarkan ketinggian tempat yang berbeda. Penelitian pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan kandungan minyak akar wangi menggunakan rancangan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial. Faktor pertama adalah aksesi tanaman yang terdiri atas 4 aksesi dan faktor kedua adalah durasi penyiraman yang terdiri dari 4 taraf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran perkebunan akar wangi di Kabupaten Garut pada tahun 2018 terdapat di Kecamatan Bayongbong, Cilawu, Leles, Samarang, Tarogong, dan Cikajang. Data sebaran akar wangi di Kabupaten Garut pada tahun 2013 terdapat di Kecamatan Bayongbong, Cilawu, Leles, Samarang, Tarogong, dan Pamengpeuk. Sebaran perkebunan akar wangi mengalami perubahan dalam 5 tahun terakhir. Berat kering akar dan berat kering tajuk secara signifikan dipengaruhi oleh interaksi antara durasi cekaman kekeringan dan jenis aksesi (p < 0.05) akar wangi. Berat kering akar cenderung menurun pada hari ke-4 cekaman kekeringan. Berat kering akar pada aksesi Kamojang berkurang paling banyak sebesar 25.4 % pada cekaman kekeringan hari ke-4, sedangkan aksesi Cilawu meningkat 5 %. Berat kering tajuk menurun sampai 8 hari cekaman kekeringan, kecuali varietas Verina yang sudah turun pada hari ke-4 kekeringan. Panjang akar dan panjang tajuk tidak dipengaruhi oleh perlakuan jenis aksesi maupun cekaman kekeringan (p > 0.05). Peningkatan kandungan prolin tertinggi adalah aksesi Cilawu sebesar 85.7 % pada cekaman kekeringan hari ke-12, sedangkan terendah adalah varietas Verina sebesar 6.67 % pada cekaman kekeringan hari ke-4. Produksi minyak dari aksesi Cilawu stabil dibandingkan dengan varietas Verina yang digunakan sebagai pembanding seiring dengan durasi cekaman kekeringan. Minyak akar wangi mengandung 53 jenis senyawa. Beberapa senyawa ditemukan dalam jumlah paling tinggi adalah khusimol, eugenol, dan benzodioxole methoxy. Pada penelitian ini didapatkan aksesi Cilawu merupakan aksesi terbaik berdasarkan parameter pertumbuhan, kandungan prolin, dan produksi minyak akibat cekaman kekeringan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102878
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2020asu1.pdf
  Restricted Access
13.56 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.