Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100717
Title: Integritas Diri, Interaksi Suami Istri, Fungsi Keluarga, dan Kualitas Hidup Lansia di Pedesaan dan Perkotaan
Authors: Krisnatuti, Diah
Puspitawati, Herien
Putri, Dwi Kurniati
Issue Date: 2019
Publisher: IPB University
Abstract: Pada dekade ini jumlah penduduk lansia mengalami peningkatan yang cukup mencolok. Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2017), yakni menjadi 8.97 % (23 juta). Selain itu, lansia Indonesia didominasi oleh kelompok umur 60-69 tahun (lansia muda) yang persentasenya mencapai 5.65 % dari penduduk Indonesia dan tinggal di pedesaan. Hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2035, jumlah penduduk lansia di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 4,16 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2021 jumlah penduduk lansia di Jawa Barat diperkirakan sebanyak 5,07 juta jiwa atau sebesar 10,04 persen dari penduduk total Jawa Barat. Kondisi ini menunjukkan bahwa Jawa Barat sudah memasuki ageing population (BPS Provinsi Jawa Barat 2017). Baernholdt et al. (2012) menyebutkan bahwa kepuasaan hidup lansia di pedesaan lebih rendah dibandingkan lansia perkotaan dikarenakan minimnya layanan kesehatan, tidak adanya program-program sosial yang menunjang kualitas hidup lansia, dan fungsi sosial rendah yang menunjukkan lansia di pedesaan secara sosial terisolasi, serta ketersediaan fasilias layanan keagamaan kurang memadai. Wilayah tempat tinggal merupakan salah satu faktor pembeda kualitas hidup lansia (Dong dan Simon 2010; Li et al. 2013). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dan pengaruh karakteristik lansia dan keluarga, integritas diri, interaksi suami istri, dan fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia di pedesaan dan perkotaan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian dipilih secara purposive. Responden penelitian adalah lansia perempuan berusia 60 tahun ke atas, tinggal di Kecamatan Nanggung dan Kecamatan Bogor Barat, berstatus menikah, mempunyai tempat tinggal pribadi atau tidak menumpang dengan anak, dan bersedia untuk dijadikan contoh. Dari setiap kecamatan terpilih masing-masing dua desa/kelurahan yaitu Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung (N=46 keluarga), Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung (N=52 keluarga), Kelurahan Cilendek Barat, Kecamatan Bogor Barat (N=68 keluarga), dan Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat (N=51 keluarga). Selanjutnya, responden akan dipilih secara acak (simple random sampling) dan jumlah keseluruhan responden sebanyak 120 lansia perempuan. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu jumlah penduduk lansia di Kecamatan Nanggung dan Kecamatan Bogor Barat, karakteristik wilayah penelitian, dan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan topik penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner, meliputi : karakteristik lansia (usia istri, lama pendidikan istri, dan jumlah keluhan penyakit), karakteristik keluarga (usia suami, lama pendidikan suami, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan per kapita), integritas diri, interaksi suami istri, fungsi keluarga, dan kualitas hidup. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, v cleaning, dan analisis data. Nilai skor integritas diri, interaksi suami istri, fungsi keluarga, dan kualitas hidup ditransformasikan dalam bentuk indeks. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS). Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif, uji beda t-test, uji korelasi pearson, dan uji regresi linear berganda. Rata-rata usia lansia berada pada kategori lansia muda (63.8 tahun). Lama pendidikan istri dan suami lansia di perkotaan lebih tinggi (setara kelas 2 SMP atau sederajat) dibandingkan lansia di pedesaan (setara kelas 2 SD) dengan ratarata jumlah anggota keluarga lansia sebanyak 4 orang. Jumlah keluhan penyakit lansia di pedesaan (satu keluhan) lebih sedikit dibandingkan lansia di perkotaan (dua keluhan) dengan rata-rata pendapatan lansia di perkotaan (Rp 796.000,00) lebih banyak dibandingkan lansia di pedesaan (Rp 268.000,00). Secara keseluruhan, lebih dari separuh lansia mempunyai indeks integritas diri, interaksi suami, fungsi keluarga, dan kualitas hidup terkategori sedang. Hasil uji beda menunjukkan bahwa fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia di perkotaan lebih baik dibandingkan lansia di pedesaan. Usia lansia berhubungan negatif dengan integritas diri, interaksi suami istri, fungsi keluarga, dan kualitas hidup. Usia suami lansia berhubungan negatif dengan integritas diri. Jumlah keluhan penyakit berhubungan negatif dengan integritas diri, interaksi suami istri, dan fungsi keluarga. Lama pendidikan lansia juga berhubungan positif dengan integritas diri, fungsi keluarga, dan kualitas hidup. Selanjutnya, lama pendidikan suami lansia berhubungan positif dengan fungsi keluarga dan kualitas hidup. Pendapatan per kapita berhubungan positif dengan integritas diri, interaksi suami istri, fungsi keluarga, dan kualitas hidup. Integritas diri, interaksi suami istri, dan fungsi keluarga berhubungan positif dengan kualitas hidup. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa wilayah tempat tinggal (desa) dan jumlah keluhan penyakit berpengaruh negatif dengan kualitas hidup. Lama pendidikan istri, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan per kapita memiliki pengaruh positif signifkan terhadap kualitas hidup. Interaksi suami istri berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hidup. Selanjutnya, terdapat empat dimensi fungsi keluarga yang berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hidup yaitu fungsi agama, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, dan fungsi ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, keluarga sebagai unit terkecil masyarakat dapat menjaga, merawat, dan mendukung perkembangan lansia, khusunya keluarga lansia pedesaan dapat mengoptimalkan fungsi keluarga agar meningkatkan kualitas hidup secara signifikan. Pemanfaatan posyandu lansia diharapkan berperan dalam mewujudkan lansia yang sehat jasmani dan rohani serta membantu mewujudkan kemandirian finansial lansia, misalnya pemanfaatan sumber daya lokal menjadi produk yang layak jual. Pemerintah diharapkan dapat lebih memperhatikan lansia khususnya lansia di pedesaan terutama memfasilitasi akan kebutuhan pendidikan, kemandirian finansial, dan layanan kesehatan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100717
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File SizeFormat 
2019dku1.pdf
  Restricted Access
24.07 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.