Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100207
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorWidiatmaka-
dc.contributor.advisorArdiansyah, Muhammad-
dc.contributor.authorL. Subandi, Erwin-
dc.date.accessioned2019-12-11T01:44:17Z-
dc.date.available2019-12-11T01:44:17Z-
dc.date.issued2019-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100207-
dc.description.abstractKabupaten Gorontalo merupakan lumbung padi di Provinsi Gorontalo dengan produksi padi sebesar 147 299 ton (49%). Lahan sawah di Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu sumberdaya lahan pertanian yang dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Populasi penduduk setiap tahunnya mengalami pertumbuhan rata-rata 0.85% sejak tahun 2008-2017. Salah satu prioritas utama dalam upaya percepatan pembangunan daerah adalah pemenuhan infrastruktur wilayah sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Gorontalo tahun 2016-2021. Pertumbuhan penduduk dan percepatan pembangunan secara tidak langsung dapat menyebabkan konversi lahan sawah. Fenomena konversi lahan sawah menimbulkan beberapa kerugian seperti penurunan luas lahan sawah, hilangnya pendapatan usaha tani, berkurangnya produksi beras dan kerugian investasi pemerintah. Sementara itu konsumsi beras terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan/tutupan lahan tahun 2005, 2010 dan 2015, menganalisis ketersediaan dan kesesuaian lahan yang tersedia untuk padi sawah, menyusun model spasial lahan sawah tahun 2015, 2020, 2025, 2030 dan 2035, menghitung proyeksi kebutuhan luas lahan padi sawah dan ketersediaan beras tahun 2020, 2025, 2030,2035 dan menyusun arahan lahan padi sawah berkelanjutan di Kabupaten Gorontalo. Penggunaan lahan/tutupan lahan tahun 2005, 2010, 2015 dianalisis dari citra satelit Landsat melalui proses interpretasi dan klasifikasi citra serta pengujian akurasi menggunakan persamaan akurasi keseluruhan dan indekss kappa. Ketersediaan dan kesesuaian lahan yang tersedia untuk padi sawah dianalisis menggunakan sistem evaluasi lahan berdasarkan karakteristik dan kriteria persyaratan tumbuh tanaman dengan teknik overlay dan matching. Model spasial lahan sawah dimodelkan menggunakan metode Weighted Linear Combination (WLC) berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Cellular Automata (CA). WLC merupakan suatu model evaluasi multi kriteria yang digunakan untuk memperoleh peluang perubahan penggunaan lahan/tutupan lahan berdasarkan skenario melalui proses identifikasi himpunan kriteria, standarisasi nilai, pembobotan, skenario dan overlay. Skenario yang dibangun terdiri dari skenario 1, skenario 2 dan skenario 3. Skenario 1 diasumsikan bahwa tidak ada larangan konversi lahan sawah oleh pemerintah daerah. Skenario 2 diasumsikan bahwa ada batasan kebijakan terhadap konversi lahan sawah oleh pemerintah daerah. Skenario 3 diasumsikan bahwa ada kebijakan larangan konversi lahan sawah oleh pemerintah daerah berdasarkan RTRW Kabupaten Gorontalo. Cellular Automata (CA) digunakan untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan/tutupan lahan dengan mempertimbangkan sel (30 m x 30 m), kondisi sel (penggunaan lahan/tutupan lahan tahun 2010), ketetanggaan (3 x 3), aturan transisi (IF, THEN) dan waktu/tahun prediksi (2015, 2020, 2025, 2030, 2035). Proyeksi kebutuhan luas lahan sawah dan ketersediaan beras menggunakan persamaan matematis dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, produktivitas tanaman padi, konsumsi beras perkapita, resiko gagal panen dan indeks pertanaman (IP). Arahan lahan sawah berkelanjutan disusun atas dasar pemilihan skenario yang paling penting untuk keberlanjutan lahan sawah dalam hal pemenuhan kebutuhan beras di Kabupaten Gorontalo. Hasil uji penggunaan lahan/tutupan lahan diperoleh nilai overall accuracy sebesar 93% dan nilai kappa accuracy sebesar 91%, dengan demikian penggunaan lahan/tutupan lahan tahun 2005, 2010 dan 2015 dapat digunakan. Penggunaan lahan/tutupan lahan di Kabupaten Gorontalo yang cenderung mengalami konversi adalah hutan, sawah, semak belukar, sungai, tegalan/ladang dan danau. Periode tahun 2005-2010 hutan terkonversi sebesar 9 780 ha, sawah sebesar 1 666 ha, semak belukar sebesar 9 966 ha, sungai sebesar 151 ha, tegalan/ladang sebesar 10 865 ha dan danau terkonversi sebesar 742 ha. Periode tahun 2010-2015 hutan terkonversi sebesar 3 737 ha, sawah sebesar 542 ha, semak belukar sebesar 7 887 ha dan danau terkonversi sebesar 341 ha. Ketersediaan lahan untuk pengembangan padi sawah di Kabupaten Gorontalo sebesar 18 845 ha atau sebesar 8.6% dari total luas wilayah. Kesesuaian lahan yang tersedia untuk padi sawah berdasarkan tingkat sub kelas didominasi oleh kesesuaian lahan S3e,r (5 521 ha), S3,r (10 792 ha) dan S3w,r (567 ha) dengan faktor penghambat yang meliputi kemiringan lereng (e), curah hujan (w) dan drainase sedang, baik (r). Berdasarkan skenario 1, lahan sawah mengalami penurunan luasan yang sangat signifikan yaitu sebesar 3 706 ha pada tahun 2035 walaupun terjadi perkembangan luasan lahan sawah sebesar 764 ha, sehingga lahan pada tahun 2035 lahan sawah menjadi 8 882 ha. Intervensi kebijakan yang dibangun pada skenario 2, dapat menekan konversi lahan sawah tahun 2015-2035 sebesar 2 344 ha, namun luas lahan sawah masih mengalami penurunan sebesar 1 362 ha sehingga lahan sawah pada tahun 2035 menjadi 11 679 ha. Intervensi kebijakan yang dibangun pada skenario 3, dapat konversi lahan sawah tahun 2015-2035 sebesar 3 170 ha dan terjadi peningkatan pertumbuhan luas lahan sawah menjadi 12 740 ha. Proyeksi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2035 sebesar 436 257 jiwa, dengan besaran konsumsi beras mencapai 78 671 ton, sehingga luas lahan sawah yang dibutuhkan sebesar 9 652 ha. Berdasarkan hasil skenario 1, ketersediaan beras di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2035 mengalami kekurangan atau defisit beras sebesar 2 497 ton, Skenario 2 mengalami surplus beras sebesar 6 575 ton (8.4%) dan Skenario 3 mengalami surplus beras sebesar 10 016 ton (12.7%). Arahan kebijakan disusun untuk kebelanjutan lahan sawah untuk pemenuhan kebutuhan beras di Kabupaten Gorontalo sampai dengan tahun 2035. Pemerintah Kabupaten Gorontalo dapat menggunakan intervensi kebijakan skenario 2 dan skenario 3. Penerapan skenario 2 mempertimbangkan alokasi lahan untuk percepatan pembangunan di Kabupaten Gorontalo. Penerapan skenario 3 mempertimbangkan RTRW Kabupaten Gorontalo sebagaimana yang tergambarkan dalam peta rencana pola ruang yaitu kawasan pertanian lahan basah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcRegional planningid
dc.subject.ddcSustainabilityid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcGorontaloid
dc.titlePemodelan Spasial untuk Lahan Sawah Berkelanjutan di Kabupaten Gorontalo.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordCellular Automataid
dc.subject.keywordSistem Informasi Geografisid
dc.subject.keywordWeighted Linear Combinationid
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
2019els.pdf
  Restricted Access
35.98 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.