Peningkatan Performa Glass Eel Anguilla bicolor bicolor dalam Sistem Produksi Budidaya melalui Manajemen Aklimatisasi, Transportasi dan Pascatransportasi.
View/ Open
Date
2019Author
Taqwa, Ferdinand Hukama
Supriyono, Eddy
Budiardi, Tatag
Setiawati, Mia
Affandi, Ridwan
Metadata
Show full item recordAbstract
Teknologi budidaya ikan sidat secara global masih bergantung pada
ketersediaan benih hasil tangkapan alam, karena teknologi reproduksi hingga saat
ini belum dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas yang maksimal. Hal ini
berdampak pada peningkatan eksploitasi benih ikan sidat yang berpotensi terhadap
penurunan populasi benih ikan sidat secara drastis di berbagai daerah penangkapan.
Stadia glass eel A. bicolor bicolor merupakan fase paling kritis terkait berbagai
stressor selama proses penangkapan, penanganan, transportasi hingga periode
pendederan. Tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang masih rendah
pada stadia glass eel merupakan permasalahan utama yang masih perlu diatasi
untuk meningkatkan performa produksi budidaya ikan sidat.
Metode penanganan glass eel mulai dari pascapenangkapan, distribusi hingga
pendederan melibatkan berbagai pihak dengan klasifikasi pelaku sektor perikanan
yang beragam. Metode penanganan glass eel pascapenangkapan yang diterapkan
selama ini masih bervariasi sehingga kualitas glass eel yang dihasilkan juga
beragam. Oleh sebab itu perlu dirumuskan sistem penanganan, distribusi dan
pendederan glass eel melalui manajemen sistem produksi budidaya yang
terintegrasi pada bagian hulu. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian
untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait kualitas glass eel
pascapenangkapan, yang terdiri dari 3 tahap yaitu 1) optimasi kondisi fisiologis
glass eel pascapenangkapan melalui aklimatisasi salinitas dan suhu media, 2)
optimasi performa glass eel dengan berbagai densitas saat transportasi, dan 3)
peningkatan performa produksi budidaya glass eel dengan pemberian Artemia sp.
yang diperkaya dengan asam lemak esensial selama awal masa pendederan.
Penelitian tahap pertama bertujuan mengoptimalkan kondisi fisiologis glass
eel A. bicolor bicolor pascapenangkapan melalui aklimatisasi salinitas dan suhu
media sebelum ditransportasikan. Disain penelitian berupa rancangan acak lengkap
dengan dua tahap penelitian yaitu 1) aklimasi glass eel di media bersalinitas 0, 3,
6, 9, 12, dan 15 g L-1, dan 2) aklimasi glass eel di suhu media 16, 18, 20, 22, 24 dan
26 °C. Aklimatisasi salinitas dan suhu media dilakukan secara gradual dan kontinu
selama 24 jam. Hewan uji yang digunakan berupa glass eel hasil tangkapan nelayan
dari Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu dengan panjang 52.65±0.35 mm dan bobot
0.11±0.02 g. Hasil penelitian menunjukkan teknik aklimatisasi secara bertahap
selama 24 jam di media bersalinitas 6 g L-1 dengan suhu 20 °C menghasilkan
kondisi fisiologis glass eel terbaik dengan tetap menunjang tingkat kelangsungan
hidup yang maksimal (P>0.05), memperkecil gradien osmotik, kadar glukosa, dan
tingkat konsumsi oksigen secara signifikan (P<0.05). Status fisiologis tersebut
menyebabkan kondisi glass eel yang lebih prima untuk proses transportasi.
Peningkatan salinitas media aklimasi juga meningkatkan kandungan natrium,
klorida dan kadar air tubuh glass eel di akhir masa aklimasi (P<0.05). Nilai fisika
kimia media aklimatisasi masih dalam kisaran yang menunjang kelangsungan hidup
glass eel selama masa aklimatisasi 24 jam.
Penelitian tahap kedua bertujuan mengevaluasi metode transportasi glass eel
sistem tertutup dengan berbagai densitas terhadap kondisi fisiologis glass eel
hingga masa pemulihan. Disain penelitian berupa rancangan acak lengkap, dengan
perlakuan berupa transportasi sistem tertutup glass eel selama 24 jam pada berbagai
densitas di kemasan uji yaitu 71, 77, 83, dan 91 g L-1. Rasio bagian air dan oksigen
di kantong plastik sebesar 1:3. Pascatransportasi glass eel ditempatkan di media
recovery selama 3 hari. Glass eel yang digunakan dengan spesifikasi panjang ratarata
52.70±0.82 mm dan bobot 0.10±0.02 g, yang telah diaklimatisasi dengan
metode terbaik berdasarkan penelitian tahap 1. Hasil pengujian menunjukkan
tingkat kelangsungan hidup yang dihasilkan dalam kisaran yang tinggi hingga masa
pemulihan (P<0.05), namun menyebabkan kondisi fisiologis yang signifikan
berbeda sehingga dapat mempengaruhi performa produksi di tahap budidaya.
Densitas glass eel sebesar 77 g L-1 secara umum sudah dapat menekan tingkat stres
dan mengefisienkan energi metabolisme, sehingga dapat menunjang fungsi
fisiologis untuk mempertahankan kondisi homeostatis selama proses transportasi,
pascatransportasi dan pemulihan 3 hari. Tidak terjadi penurunan nilai fisika kimia
air secara drastis di kemasan transportasi sehingga dapat menekan tingkat
mortalitas.
Penelitian tahap ketiga bertujuan mengevaluasi performa produksi
pendederan glass eel melalui metode pemberian pakan alami Artemia sp. yang
diperkaya dengan asam lemak esensial selama 10 hari awal masa pendederan.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan berupa
pendederan glass eel melalui pemberian pakan Artemia sp. yang diperkaya dengan
berbagai dosis asam lemak esensial (A1 DHA Selco), yaitu 0.00, 0.25, 0.50, 0.75,
dan 1.00 mL L-1 media pengaya selama 6 jam. Glass eel pascapenangkapan
(panjang rata-rata 51.60±0.58 mm dan bobot rata-rata 0.13±0.01 g) selanjutnya
diaklimatisasi dan ditransportasikan berdasar hasil terbaik penelitian tahap pertama
dan kedua. Glass eel pascatransportasi ditempatkan di media pendederan
bersalinitas 6 g L-1 dengan padat tebar 2 g L-1. Sistem pendederan dilanjutkan
hingga 60 hari dengan rezim pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp.) pada H11-H20,
cacing darah beku (Chironomus sp.) pada H21-H30, dan pelet komersial dalam
bentuk pasta pada H31-H60. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan
Artemia sp. yang diperkaya asam lemak esensial dengan dosis 0.75 mL L-1 selama
10 hari memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan performa produksi
budidaya glass eel hingga akhir masa pendederan.
Simpulan dari penelitian ini adalah glass eel A. bicolor bicolor
pascapenangkapan yang telah diaklimatisasi di media bersalinitas 6 g L-1 dan suhu
20 °C secara gradual dan kontinu selama 24 jam, kemudian ditransportasikan
dengan densitas glass eel 77 g L-1 selama 24 jam dan diberi pakan Artemia sp. yang
diperkaya asam lemak esensial dengan dosis 0.75 mL L-1 selama 10 hari
menunjukkan performa produksi budidaya terbaik selama masa pendederan 60 hari.
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan glass eel yang lebih tinggi selama masa
pendederan berkorelasi dengan kualitas awal glass eel yang lebih prima, mulai dari
penanganan pascapenangkapan, transportasi dan pascatransportasi.
Collections
- DT - Fisheries [725]