Pertumbuhan, Produksi dan Mutu Benih Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.) melalui Rekayasa Arsitektur Tanaman, Ruang Tumbuh, Agroinput dan Pemberian Probiotik
View/ Open
Date
2019Author
Sarijan, Abdullah
Surahman, Memen
Setiawan, Asep
Giyanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Kacang koro pedang (Canavalia ensiformis L) berasal dari Amerika Selatan dan
telah terintroduksi serta menyebar luas di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanaman
ini merupakan tanaman indegenous yang belum banyak dikembangkan atau dilakukan
kajian secara ilmiah. Kandungan nutrisinya cukup lengkap dan dapat diolah menjadi
beranekaragam pangan olahan. Kacang koro dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
kombinasi atau subtitusi kedelai.
Percobaan ini bertujuan untuk mengatasi gugur polong sehingga diharapkan
polong panen meningkat dan memberikan pengaruh terhadap produksi benih.
Dilaksanakan empat percobaan di lapangan dan satu percobaan di laboratorium
dengan tujuan umum untuk mendapatkan informasi pertumbuhan, produksi dan mutu
benih kacang koro pedang (Canavalia ensiformis L) melalui rekayasa arsitektur
tanaman, ruang tumbuh, agroinput dan pemberian probiotik. Berdasarkan beberapa
kajian terdahulu dilaporkan bila tanaman kacang koro memiliki jumlah infloresen
yang banyak dan dalam satu rangkaian infloresen dapat menghasilkan 6-16 bakal
bunga namun bunga yang berkembang menjadi polong hingga dipanen berkisar antara
0 hingga 3 polong.
Pemangkasan batang dan cabang pada penelitian pertama dilakukan pada
beberapa tingkatan (tidak dipangkas, pemangkasan pada ruas cabang ke lima,
pemangkasan pada ruas cabang ke enam, pemangkasan pada ruas batang ke sepuluh,
pemangkasan pada ruas batang ke 11 dan kombinasinya) sedangkan pada penelitian
kedua dilakukan kombinasi perlakuan dalam bentuk pemangkasan dan jarak tanam.
Pengaturan jarak tanam sekaligus menggambarkan pola tanam yang digunakan.
Pengaturan jarak tanam meliputi 50 cm x 50 cm, 70 cm x 70 cm, 100 cm x 100 cm
(square spacing) dan 50 cm x 50 cm x 100 cm (double row) serta pemangkasan dan
tanpa pemangkasan. Hasil penelitian menunjukkan tanaman yang dipangkas maupun
yang tidak dipangkas cenderung menghasilkan pertumbuhan, produksi dan mutu
benih yang relatif sama sehingga pemangkasan pada tanaman kacang koro pedang
tidak perlu untuk dilakukan. Kombinasi pemangkasan dengan jarak tanam juga
menunjukkan bila pemangkasan cenderung tidak berbeda dan sebaliknya jarak tanam
cenderung memberikan hasil yang berbeda. Jarak tanam berkaitan dengan populasi
tanaman, pada jarak tanam yang rapat populasi tanaman menjadi tinggi dan berakitat
terjadinya persaingan antar tanaman terhadap faktor tumbuh tanaman. Penanaman
dengan pola double row lebih efektif dibandingkan dengan pola square spacing,
produksi tertinggi dihasilkan dari perlakuan pemangkasan dengan pola double row.
Pada percobaan pertama bobot seribu butir benihnya antara 1 273.3 g hingga 1 291.7
g dengan rata-rata daya berkecambah benih 77.2 % sedangkan pada percobaan kedua
bobot seribu butir benihnya antara 1 270.3 g hingga 1 293.1 g dengan rata-rata daya
berkecambah benih 73.3%
Percobaan ke tiga berupa aplikasai pupuk NPK (Urea, SP36 dan KCl) dengan
tiga taraf dosis pupuk yang berbeda, yaitu (1). 0 kg Urea, 0 kg SP36 dan 0 kg KCL
(ha-1), (2). 25kg Urea, 50 kg SP36 dan 56.25 kg KCL kg (ha-1), (3). 50 kg Urea, 100
kg SP36 dan 112.5 kg KCL kg (ha-1) disertai pemberian pupuk organik cair (dua
taraf) yaitu : (1) (tanpa pemberian POC, dan (2) pemberian POC 2 mL L-l air. Pupuk
organik cair yang digunakan mengandung pupuk makro NPK, pupuk mikro Boron
dan Zink serta hormon tumbuh giberelin, asam indol asetik, kinetin dan zeatin
Pemberian pupuk anorganik dilakukan dua kali yaitu pada minggu kedua setelah
tanam (dosis 40%) dan dua bulan setelah tanam (dosis 60%), sedangkan pupuk
organik cair disemprotkan pada permukaan tanaman hingga air jenuh pada permukaan
daun dengan konsentrasi 2 mL L-1 air sebanyak delapan kali aplikasi (selang setiap 15
hari). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara pupuk anorganik
dan pupuk organik cair namun secara tunggal pupuk anorganik maupun pupuk
organik cair berpengaruh terhadap beberapa variabel pengamatan. Pupuk anorganik
lebih efektif dibandingkan pupuk organik cair. Tidak efektifnya pupuk organik cair
diduga berkaitan dengan curah hujan yang tinggi selama penelitian menyebabkan
pencucian hara yang disemprotkan. Produksi tertinggi dihasilkan dari perlakuan
pupuk Urea 50 kg, SP36 100 kg dan KCl 112,5 kg (ha-1) dengan hasil 4.1 ton ha-1.
Bobot seribu butir benih yang dihasilkan tergolong sedang hingga tinggi (1 289.3 g –
1 414.5 g) dengan rata-rata daya berkecambah benih 88%.
Penelitian ke empat uji fitotoksisitas bakteri probiotik pada benih kacang koro
pedang. Enam kombinasi probiotik berasal dari empat jenis bakteri dari beberapa
isolat (Actinomycetes sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp serta Bacillus sp) ditambah
satu perlakuan standar (kontro/ menggunakan air). Hasil penelitian memperlihatkan
terdapat tiga pasang probiotik yang hasilnya tidak berbeda dibandingkan kontrol. Tiga
pasang probiotik ini selanjutnya dipilih untuk pembuatan Bio-organik yaitu
Actinomycetes sp isolat Cikabayan-20 dengan bakteri Pseudomonas sp 24 (AcCKB20
- P24), Actinomycetes sp isolat Cikabayan-4 dengan bakteri Bacillus sp 28 (AcCKB4
- B28), serta Actinomycetes sp isolat Cikarawang-5 dengan bakteri Pseudomonas sp
24 (AcCKW5 - P24).
Percobaan ke lima menggunakan Bio-organik dari tiga pasang probiotik terpilih
pada penelitian ke empat. Dua liter larutan probiotik terpilih diinkubasi pada 600 kg
pupuk kandang sapi selama 14 hari dan selanjutnya digunakan sebagai pupuk Bioorganik.
Pada penelitian ini diterapkan sembilan perlakuan yaitu 1) tanpa pemupukan,
2) 100% pupuk anorganik (hasil terbaik dari penelitian ke tiga), 3) pemberian pupuk
kandang 24 g/tanaman (setara 600 kg ha-1), 4) pemberian pupuk kandang serta bioorganik
(tiga perlakuan), 5) pemberian pupuk kandang, bio-organik serta penyiraman
larutan probiotik (tiga perlakuan). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan analisis pertumbuhan tanaman
namun berpengaruh pada beberapa peubah pertumbuhan generatif, komponen hasil,
produksi dan mutu benih. Perlakuan berpengaruh terhadap berat akar, jumlah bintil
akar, berat bintil akar, waktu panen, jumlah polong, jumlah polong yang dipanen,
polong gugur, polong hampa dan busuk, panjang polong, jumlah biji per polong,
produksi, bobot seribu butir benih dan kandungan lignin. Bio-organik juga
menyebabkan perubahan tekstur tanah, meningkatkan kandungan kimia tanah serta
meningkatkan jumlah bakteri di dalam tanah. Secara umum penggunaan bio-organik
memberikan ptoduksi yang relatif sama dengan pupuk anorganik. Produksi tertinggi
dihasilkan dari perlakuan pupuk anorganik dengan produksi 3.51 ton ha-1, namun
hasilnya tidak berbeda dengan perlakuan pupuk kandang, bio-organik AcCKB20-P24
disertai penyiraman 5 mL larutan probiotik AcCKB20-P24 dengan produksi 3.49 ton
ha-1.
Collections
- DT - Agriculture [752]