Konsep Ecodesign Lanskap Jalan Arteri Kota Palangka Raya Berbasis Kearifan Lokal Budaya Suku Dayak Ngaju.
View/ Open
Date
2019Author
Librawan, Roma
Gunawan, Andi
Mugnisjah, Wahju Qamara
Metadata
Show full item recordAbstract
Lanskap jalan merupakan bagian terpenting dari ruang terbuka hijau (RTH)
dalam upaya memenuhi fungsi ekologis, sosial, dan estetika kota. Urbanisasi yang
begitu cepat perlu diimbangi dengan ketersediaan lanskap jalan yang mampu
memberikan rasa aman dan nyaman, baik bagi pengguna jalan maupun masyarakat
sekitarnya. Selain itu, lanskap jalan juga berpotensi sebagai habitat dan koridor
ekologis bagi satwa sehingga tercipta ekosistem yang seimbang dan keberlanjutan.
Suku Dayak Ngaju adalah suku yang sangat menghargai alam dan lingkungan
sehingga memiliki kearifan lokal yang berpotensi menjadi inspirasi konsep untuk
diterapkan pada lanskap jalan dan memenuhi prinsip-prinsip ecological design.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi kearifan lokal
budaya suku Dayak Ngaju terkait ecodesign lanskap jalan, mengidentifikasi dan
menganalisis elemen-elemen pembentuk lanskap jalan RTA Milono, Kota Palangka
Raya, dan menyusun rekomendasi konsep ecodesign lanskap jalan berbasis kearifan
lokal budaya suku Dayak Ngaju.
Metode penelitian menggunakan metode deskritif dengan analysis content
untuk mengidentifikasi potensi kearifan lokal budaya suku Dayak Ngaju, serta
mengidentifikasi dan menganalisis elemen-elemen pembentuk lanskap jalan RTA
Milono, Kota Palangka Raya. Untuk penyusunan rekomendasi konsep ecodesign
lanskap jalan digunakan pendekatan proses desain. Pengumpulan data terdiri dari
beberapa tahap, yaitu studi pustaka, wawancara narasumber, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal budaya suku Dayak
Ngaju memiliki beragam potensi yang dapat dijadikan sebagai inspirasi konsep
yang dapat diterapkan pada lanskap jalan dan memenuhi prinsip-prinsip ecological
design. Kearifan lokal tersebut berbentuk nyata (tangible) dan berbentuk tidak
nyata (intangible). Kearifan lokal yang berbentuk tangible, meliputi bentukan
arsitektural dan nilai sejarah huma betang; jenis tanaman lanskap huma betang;
sistem tata air tabat, beje, dan handil; pola tanam pamatang; konsepsi konservasi
suku Dayak Ngaju (tajahan, kaleka, sepan, pukung pahewan); balanga (guci);
kalang; telawang; dan lawang sakepeng. Kearifan lokal yang berbentuk intangible
meliputi nilai filosofi batang garing, nilai filosofi dan sejarah huma betang, filosofi
sungai, dan filosofi orientasi. Secara umum kondisi elemen-elemen pembentuk
lanskap masih belum maksimal memenuhi fungsinya untuk meningkatkan kualitas
dan karakter lanskap sehingga potensi yang ada pada tapak akan dikembangkan dan
kendala yang ada dicari alternatif solusi penyelesaiannya termasuk meningkatkan
sosialisasi dan penegakan dari aspek legal. Landform yang datar dan vegetasi yang
tidak sesuai dengan kaidah tata hijau dianggap sebagai kendala.
Konsep yang dikembangkan adalah eco-cultural streetscape restoration.
Konsep pengembangan terdiri dari konsep tata ruang, dibagi dalan dua kawasan,
yaitu kawasan bundaran Panatau Tatu Hiang sebagai welcome area dan kawasan
lanskap Jalan RTA Milono sebagai main road yang terinspirasi dari filosofis sungai.
Konsep tata air (drainase) terinspirasi dari prinsip pola pertanian handil, beje, dan
tabat ditambah dengan saluran tertutup berupa gorong-gorong, bioswale, dan
biofilter air buangan dari bangunan sekitarnya. Stormwater management penting
untuk mengendalikan kondisi runoff dan infiltrasi pada saat musim hujan, yaitu
berupa konstruksi green street terutama pada area pedestrian, drainase resapan pada
saluran tepi, serta bioswale dan rain garden pada bagian median jalan. Selain itu,
konsep tata air diharapkan dapat berfungsi sebagai koridor ekologis bagi jenis ikan
lokal dan satwa air lainnya. Konsep tata hijau (vegetasi) lebih ditekankan kepada
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan, menambah nilai estetika
tapak, serta memfungsikannya sebagai koridor ekologis bagi burung. Konsep
fasilitas dan utilitas berupa kawasan Bundaran Panatau Tatu Hiang, pedestrian dan
perabot jalur pedestrian (halte, kursi taman, bak sampah, komposter, ramp, dan
zebra cross), JPO (jembatan penyeberangan orang), dan utilitas (utilitas lampu dan
utilitas air terjun).
Collections
- MT - Agriculture [3677]