vPercepatan Pelapukan Batang Kelapa Sawit Pasca Replanting Serta Dampaknya Terhadap Tanaman Belum Menghasilkan 1 Kelapa Sawit
Abstract
Kebutuhan minyak kelapa sawit terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dunia. Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit perlu dilakukan kegiatan revitalisasi, salah satu aspek yang cukup penting yakni peremajaan atau replanting. Tanaman yang di replanting adalah tanaman yang berumur 25 tahun karena produktivitasnya turun dan sulit dalam proses pemanenan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dekomposer indigenous pada batang kelapa sawit pasca replanting, mengkaji pengaruh perlakuan percepatan pelapukan batang kelapa sawit pasca replanting yang diberikan terhadap tanaman belum menghasilkan (TBM 1) kelapa sawit, mengkaji cara yang efektif untuk percepatan pelapukan batang kelapa sawit pasca replanting, dan mengkaji respon dekomposisi batang kelapa sawit terhadap perlakuan yang diberikan.
Dekomposer yang digunakan adalah cendawan selulotik indigenous hasil isolasi dari rumpukan batang kelapa sawit hasil replanting. Dekomposer cendawan selulolitik indigenous dipersiapkan dengan metode isolasi dan pemurnian. Teknik identifikasi cendawan menggunakan metode Riddle untuk pengamatan morfologi. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga terdapat 12 satuan percobaan dan setiap satuan percobaan terdapat 4 tanaman sehingga jumlah tanaman yang diamati sebanyak 48 tanaman belum menghasilkan 1 kelapa sawit dengan jarak tanam 9.2.m × 9.2 m × 9.2 m dengan populasi 136 pohon ha-1. Satu perlakuan terdiri dari 4 batang kelapa sawit hasil replanting dengan panjang 6 m setiap batangnya, kemudian dilakukan pemotongan dengan chainshow menjadi ukuran 20 cm sehingga ada 30 potongan dan dilakukan pencacahan dengan kampak sehingga menjadi 17 cacahan batang kelapa sawit. Perlakuan P0 adalah batang kelapa sawit yang dibiarkan saja setelah ditumbang dan dikumpulkan, P1 adalah batang kelapa sawit yang dibiarkan saja setelah ditumbang dan dikumpulkan kemudian dilakukan pemberian dekomposer dengan dosis 2 liter, P2 adalah rumpukan batang kelapa sawit yang dicincang dengan ukuran ± 20 cm dengan menggunakan chainsaw, dan P3 adalah rumpukan batang kelapa sawit yang dicincang dengan ukuran ± 20 cm kemudian dilakukan pemberian dekomposer dengan dosis 2 liter.
Hasil penelitian diperoleh hasil identifikasinya yaitu Trichoderma harzianum dengan jumlah penghitungan 4×106 cfu g-1. Perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman belum menghasilkan 1 kelapa sawit dari variabel pengamatan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah pelepah, dan luas kanopi. Perlakuan pencincangan+dekomposer dapat mempercepat pelapukan batang kelapa sawit pasca replanting serta memberikan respon dekomposisi dengan pengaruh nyata antar perlakuan yang telah memenuhi persyaratan kematangan kompos dengan memiliki warna coklat kehitaman, tekstur seperti tanah, bau tanah, dan rasio C/N 16.11 pada saat 3 bulan setelah perlakuan.
Collections
- MT - Agriculture [3778]