Pengelolaan Sumberdaya Air DAS Babak Nusa Tenggara Barat.
View/ Open
Date
2019Author
Muhdin, Muhamad
darmaD, Tarigan Suria
Dwi, Wahjunie Enni
Metadata
Show full item recordAbstract
Air merupakan sumberdaya alam esensial yang sangat dibutuhkan oleh
manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketersediaan air pada dasarnya berasal dari
air hujan. Air bertransformasi melalui daur hidrologi. Hujan yang jatuh akan
menguap kembali sesuai dengan proses daur ulangnya, sebagian akan mengalir
melalui permukaan dan bawah permukaan, sungai atau danau dan sebagian akan
meresap ke tanah tanah. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu iklim, geologi, dan geomorofologi, hidrologi, vegetasi serta penggunaan
lahan. Penggunaan lahan mengontrol proses-proses terkait dengan intersepsi
curah hujan dan evapotranspirasi berpengaruh terhadap penyimpanan dan aliran
air. Perubahan peggunaan lahan akan merubah proses hidrologi dan berdampak
pada berkurangnya suplai air. Perencanaan pengelolaan sumberdaya air dapat
dipelajari dan direncanakan secara sistematik melalui Daerah Aliran Sungai
(DAS) sebagai unit (satuan) hidrologi dengan melakukan pemodelan hidrologi.
Pemodelan akan memberikan gambaran sederhana suatu sistem hidrologi, dan
dapat digunakan untuk mempelajari fungsi dan respon DAS terhadap berbagai
masukan. Model hidrologi dapat digunakan untuk mempelajari kejadian, serta
memprediksi kejadian hidrologi. Salah satu model hidrologi yang biasa digunakan
dalam mengelola sumberdaya air di DAS adalah Soil and Water Assessment Tool
(SWAT). Model hidrologi SWAT menggunakan input data yang
berkesinambungan, dan memprediksi perubahan proses hidrologi terhadap
berbagai perubahan masukan.
Neraca air merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat kondisi
keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air di suatu wilayah.
Ketersediaan air pada dasarnya berasal dari air hujan, aliran permukaan, air tanah
dan mata air. Sedangkan kebutuhan air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jumlah industri, populasi penduduk serta populasi ternak. Neraca air di DAS
Babak perlu diketahui untuk melihat apakah terjadi surplus atau defisit air.
Apabila terjadi surplus maka kualitas DAS perlu dipertahankan, jika terjadi defisit
perlu dilakukakan pengelolaan untuk meningkatkan ketersediaan air. Model
hidrologi SWAT digunakan untuk melihat respon hidrologi terhadap berbagai
skenario pengelolaan sumberdaya air yang diterapkan pada DAS Babak.
Penelitian telah dilaksanakan mulai bulan November 2018 hingga Mei
2019. Penelitian dimulai dengan pengumpulan literatur serta data sekunder dan
pengambilan data lapangan yang dilakukan di DAS Babak. Lokasi penelitian
terletak di DAS Babak provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian meliputi
analisis neraca air dan melakukan simulasi pengelolaan sumberdaya air. Neraca
air dihasilkan dari membandingkan ketersedian dan kebutuhan air. Ketersedian air
di hasilkan dari menghitung debit rata-rata dari sungai Babak. Kebutuhan air
dihasilkan dari menghitung kebutuhan air untuk domestik, sawah irigasi,
peternakan dan perikanan. Simulasi pengelolaan sumberdaya air DAS Babak
menggunakan 3 skenario. Skenario 1 yaitu dengan menambah luasan kawasan
hutan dan skenario 2 dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air berupa
agroforestry serta skenario 3 yang merupakan gabungan dari skenario 1 dan
skenario 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi surplus air pada tahun 2013
dan pada tahun 2014 serta 2015 DAS Babak mengalami defisit air. Pada tahun
2016 dan 2017 mengalami surplus air. Neraca air hasil perhitungan berdasarkan
ketersedian air rata-rata tahun 2013 sampai tahun 2017 menghasilkan jumlah air
sebesar 373 262 358 m3, sedangkan untuk kebutuhan air di DAS Babak pada
tahun 2017 mencapai 364 606 298 m3. Berdasarkan perbandingan ketersediaan
dan kebutuhan air. Neraca air tahunan di DAS Babak menunjukkan terjadi surplus
air sebesar 8 656 060 m3.
Model hidrologi SWAT menghasilkan nilai Nash-Sutcliffe Efficency
(NSE) kalibrasi 0.63 dan validasi 0.54 berdasarkan tingkat performa dapat
dikategorikan bahwa model tersebut memuaskan sehingga dapat digunakan untuk
melakukan simulasi pengelolaan sumberdaya air. Hasil skenario menunjukkan
bahwa skenario 3 yang merupakan gabungan dari penambahan luasan kawasan
hutan dan penerapan sistem agroforestry merupakan skenario terbaik dalam
meningkatkan ketersediaan air di DAS Babak, NTB.
Collections
- MT - Agriculture [3772]