Respon Fisiologi, Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Terhadap Tipe Budidaya dan Genangan Sesaat di Lahan Pasang Surut.
View/ Open
Date
2019Author
Maulana, Arlingga Ichwan
Ghulamahdi, Munif
Lubis, Iskandar
Metadata
Show full item recordAbstract
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang penting di Indonesia.
Peningkatan produktivtas jagung bisa didapatkan melalui ekstensifikasi,
contohnya penggunaan lahan pasang surut. Penggunaan budidaya konvesional
masih belum sesuai digunakan di lahan tersebut. Budidaya Jenuh Air adalah suatu
teknologi pemberian irigasi terus-menerus di saluran dan dapat mencegah oksidasi
pirit dan genangan, serta meningkatkan produktivitas jagung. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui respon fisiologi, pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas yang tahan terhadap kondisi genangan sesaat, budidaya jenuh
air, dan budidaya kering di lahan pasang surut serta mendapatkan varietas terbaik
untuk dibudidayakan di lahan pasang surut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2018 di
Desa Karyabakti, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Provinsi Jambi. Percobaan 1 menggunakan rancangan split plot dengan rancangan
lingkungan acak kelompok dan 3 ulangan. Petak utama merupakan kondisi
genangan, terdiri dari 2 taraf yaitu budidaya jenuh air (BJA) hingga panen, dan
genangan sesaat. Anak petak merupakan varietas yang terdiri dari 4 taraf yaitu
Sukmaraga, Bisma, Pioneer 27 dan Bima 20. Anak petak berukuran 2 m x 2 m
dan dikelilingi oleh saluran air dengan lebar 30 cm dan kedalaman 50 cm.
Percobaan 2 menggunakan rancangan petak tersarang dengan rancangan
lingkungan acak kelompok dan 3 ulangan. Petak utama adalah tipe budidaya yang
terdiri dari budidaya jenuh air (BJA) dan budidaya kering (BK). Anak petak
adalah varietas yang terdiri dari varietas Sukmaraga, Bisma, Pioneer 27 dan Bima
20. Anak petak berukuran 4 m x 3 m pada BJA dan BK. BJA dikelilingi oleh
saluran air dengan lebar 30 cm dan kedalaman 50 cm sedangkan budidaya kering
dilakukan tanpa saluran air. Pengamatan penelitian ini terdiri dari respon
pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun,
indeks luas daun, volume akar, panjang akar, bobot kering daun, bobot kering
batang, bobot kering akar, dan total bobot kering. Respon fisiologi terdiri dari
kehijauan daun, kerapatan stomata, laju pertumbuhan tanaman (LPT), dan laju
asimilasi bersih (LAB). Respon hasil terdiri dari umur berbunga jantan dan betina,
panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji
per baris, jumlah biji per tongkol, bobot 100 biji, bobot biji kering per tongkol,
produktivitas, dan indeks sensitivitas.
Hasil percobaan pertama menunjukan terdapatnya perbedaan respon antar
kondisi genangan dan antar varietas. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada
BJA lebih baik dibandingkan pada kondisi genangan sesaat. LPT didapatkan
paling tinggi pada perlakuan BJA sedangkan LAB 6 – 8 MST pada perlakuan
genangan sesaat. Varietas Pioneer 27 memiliki nilai LPT yang paling tinggi pada
4 – 6 MST dan Bima 20 memiliki nilai LPT yang paling tinggi pada 6 – 8 MST.
Pengaruh perlakuan varietas Pioneer 27 memiliki nilai yang paling tinggi pada
respon peubah komponen hasil. Pengaruh terbaik pada peubah produktivitas
didapatkan pada kombinasi BJA dan Pioneer 27 yang menghasilkan produktivitas
9.33 ton ha-1. Kombinasi genangan sesaat dan Bima 20 menghasilkan
produktivitas terendah dengan nilai 5.27 ton ha-1. Varietas Pioneer 27 dan Bima
20 termasuk ke dalam varietas peka terhadap genangan sesaat, sedangkan varietas
Sukmaraga dan Bisma merupakan varietas toleran sedang terhadap genangan
sesaat.
Hasil percobaan kedua menunjukan terdapat perbedaan respon antar tipe
budidaya dan antar varietas. Respon pertumbuhan menunjukan bahwa budidaya
kering dapat meningkatkan tinggi tanaman, akan tetapi memperkecil diameter
batang dan volume akar, sedangkan BJA menekan pertumbuhan awal, namun
tanaman dapat beradapatasi dengan baik terhadap budidaya tersebut dibandingkan
dengan budidaya kering. Pengaruh kombinasi budidaya kering dan Bisma
memiliki nilai LPT yang paling tinggi pada 4-6 MST, namun pada 6 – 8 MST,
nilai LPT yang paling tinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan BJA dan
Pioneer 27. Umur berbunga jantan dan betina pada budidaya kering lebih cepat
dibandingkan dengan BJA. Perlakuan BJA memiliki nilai yang lebih tinggi pada
peubah panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji per baris
dibandingkan dengan budidaya kering, sedangkan perlakuan varietas Pioneer 27
memiliki nilai terbaik pada peubah yang sama dibandingkan varietas lain.
Pengaruh kombinasi tipe budidaya BJA dan varietas Pioneer 27 menghasilkan
produktivitas tertinggi yaitu 8.42 ton ha-1 sedangkan pengaruh kombinasi
budidaya kering dan varietas Sukmaraga, Bima 20 menghasilkan produktivitas
terendah yaitu 5.16 dan 5.54 ton ha-1 berturut-turut.
Collections
- MT - Agriculture [3778]