Analisis Usaha Perikanan Tambak Polikultur Bandeng Udang Windu Sistem Silvofishery dan Non Silvofishery di Kabupaten Subang Jawa Barat
Abstract
Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya yang sangat tinggi,
menyandang sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua didunia setelah
Kanada, salah satu faktor penyebab tingginya produksi perikanan budidaya di
Indonesia adalah karena pembukaan hutan mangrove di wilayah pesisir. Oleh
karena itu untuk tetap menjaga kelestarian hutan mangrove namun penduduk pesisir
tetap memiliki pendapatan dari sektor perikanan budidaya maka sistem tambak
silvofishery perlu dikembangkan. Usaha perikanan di Desa Langensari terdiri dari
sistem silvofishery dan sistem non silvofishery. Tujuan penelitian ini yaitu
menganalisis pendapatan usaha tambak silvofishery dan non silvofishery. Hasil
analisis menunjukkan pendapatan usaha tambak silvofishery lebih besar daripada
non silvofishery. Pendapatan pada sistem silvofishery sebesar Rp 40.875.702,5/
hektar/tahun sedangkan pendapatan pada sistem non silvofishery sebesar
Rp. 25.964.624,5/hektar/tahun. Hal ini dikarenakan pada sistem tambak
silvofishery memiliki manfaat ekonomi tambahan dari udang api-api, kepiting, kayu
bakar, dan penghematan pakan. Namun apabila hanya menghitung hasil budidaya
bandeng-udang windu saja pendapatan silvofishery (Rp 23.341.997,8/hektar/tahun)
lebih kecil dari non silvofishery (Rp 25.964.624,5/hektar/tahun).