Evaluasi Tingkat Kejeraan Tiga Spesies Tikus terhadap Rodentisida.
Abstract
Tikus merupakan salah satu hama yang sulit dikendalikan dibandingkan dengan hama lain. Daya adaptasi tikus terhadap lingkungan sangat baik, yaitu dapat memanfaatkan sumber makanan dari berbagai jenis (omnivora). Indera penciuman, pendengaran, perasa, dan peraba yang dimiliki tikus ditambah dengan penggunaan rodentisida sintetis yang berlebihan sangat berperan dalam menimbulkan jera umpan dan jera racun, karena sifat tikus yang mudah curiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menghitung tingkat kejeraan tikus pohon, sawah, dan rumah terhadap umpan dan rodentisida yang sering diaplikasikan di lapangan serta mengetahui faktor-faktor yang menyebabkannya. Penelitian dilakukan dengan menguji 284 tikus pohon, 357 tikus sawah, dan 45 tikus rumah, selain itu juga dilakukan wawancara kepada petani di tempat pengambilan tikus uji. Setelah dilakukan pengujian, dilakukan penghitungan persentase tingkat kejeraan tikus dengan skoring. Hasil persentase tingkat kejeraan masing-masing hewan uji digunakan untuk evaluasi tingkat kejeraan tikus pada tahun 2012. Hasil wawancara digunakan untuk mendukung pembahasan dalam mencari faktor penyebab tingkat kejeraan tikus tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tikus sawah dari Subang memiliki tingkat kejeraan tertinggi terhadap umpan dan rodentisida dibandingkan dengan tikus rumah dan pohon dari Bogor. Faktor penyebab tingkat kejeraan tersebut adalah aktivitas pengendalian tikus dengan menggunakan rodentisida sintetis yang masih intensif. Penurunan persentase kejeraan terhadap rodentisida brodifakum terjadi pada ketiga spesies tikus, terhadap rodentisida bromadiolon terjadi pada tikus pohon dan rumah, sedangkan terhadap rodentisida kummatetralil terjadi pada tikus sawah. Tingkat kejeraan tikus terhadap rodentisida dapat mengalami penurunan karena penggunaan rodentisida dilapangan yang semakin berkurang.
Collections
- UT - Plant Protection [2334]