Efek Intervensi Minuman Rosela Ungu terhadap Kadar Superoksida Dismutae dan Malondialdehid Serum Laki-laki Dewasa Gemuk
Abstract
Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit
degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, dan kanker.
Peningkatan risiko penyakit degeneratif karena kelebihan akumulasi lemak dalam
jaringan adiposa sehingga memicu terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif
menggambarkan ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan
antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh. Kondisi tersebut ditandai dengan
peningkatan kadar malondialdehid dan penurunan antioksidan enzim, salah satunya
adalah superoksida dismutase.
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman yang telah
lazim dikonsumsi oleh masyarakat baik sebagai minuman seduhan maupun
dimanfaatkan untuk kesehatan karena kandungan antioksidan yang tinggi, salah
satunya adalah antosianin. Manfaat kesehatan dari rosela, diantaranya memperbaiki
status oksidatif dengan menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas
antioksidan enzim dalam tubuh. Pembuatan minuman rosela diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan konsumen sehingga dapat menjadi alternatif pilihan
produk pangan fungsional dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh intervensi
minuman rosela ungu terhadap kadar superoksida dismutase dan malondialdehid
serum laki-laki dewasa gemuk. Penelitian ini menggunakan desain kuasi
eksperimental dengan rancangan pre-post test. Skrining tahap pertama berdasarkan
persepsi pegawai UKK terhadap satpam yang mengalami kegemukan. Ditemukan
sebanyak 82 satpam dengan nilai IMT dalam kategori overweight dan obesitasitas.
subjek tersebut diwawancara untuk mendapatkan data karakteristik sosial ekonomi,
status gizi berdasarkan antropometri, tingkat pengetahuan gizi, gaya hidup, dan pola
konsumsi. Skrining kedua berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi ditemukan
sebanya 30 subjek gemuk yang selanjutnya dikelompokkan menjadi kelompok
kontrol (n=15) dan kelompok intervensi (n=15). Kelompok intervensi diberikan
minuman dari ekstrak rosela ungu yang dibuat dengan mencampurkan 10 g ekstrak
rosela, 0.05 g sukralosa, dan 0.2 g garam dengan 229.75 mL air serta mengandung
40.58 mg/240 mL antosianin. Sementara, kelompok kontrol diberikan minuman
plasebo, dibuat dengan menggunakan sirup yang memiliki warna serupa dengan
produk intervensi namun tidak mengandung ekstrak rosela. Seluruh subjek
mendapatkan minuman plasebo/intervensi sebanyak 480 mL/hari selama 6 minggu.
Jumlah subjek yang mengikuti penelitian hingga akhir sebanyak 18 orang.
Data yang dikumpulkan meliputi data karaktersitik sosial ekonomi
menggunakan kuesioner, data antropometri yaitu tinggi badan menggunakan
microtoice, berat badan, persen lemak dan lemak viseral menggunakan
Bioelectrical impedance analysis (BIA), dan lingkar pinggang menggunakan pita
ukur. Data pola konsumsi menggunakan food frequency questionnaire (FFQ) dan
food recall 2x24h. Data gaya hidup meliputi tingkat aktivitas fisik menggunakan
form recall aktivitas selama 1x24 jam dan kebiasaan merokok. Data parameter
biokimia menggunakan sampel darah vena. Analisis data menggunakan SPSS,
Microsoft excel, dan nutrisurvey. Data dianalisis secara deskriptif untuk
mendapatkan gambaran umum subjek. Uji beda menggunakan paired t-test untuk
mengetahui perubahan sebelum dan setelah intervensi serta independent t-test untuk
mengetahui perbedaan perubahan antar kelompok intervensi dan kontrol.
Karakeristik satpam yang mengalami kegemukan menunjukkan, sebesar
77.8% subjek berada pada kategori dewasa madya, 96.3% subjek lulus
SMA/sederajat dan 59.3% memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori sedang.
Sebanyak 75.3% memiliki ukuran keluarga kecil dan 45.7% memiliki pendapatan
1 500 000 – 2 500 000/bulan. Gaya hidup satpam dilihat berdasarkan kebiasaan
tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan merokok. Sebanyak 85.4% subjek memiliki
tingakt aktivitas fisik ringan dengan nilai 1.40≤PAL≤1.69. Sementara, 82.7%
subjek memiliki kebiasaan merokok dan 44.8% merokok dengan jumlah ≥ 21
batang/hari. Berdasakan IMT, dari 81 subjek yang mengalami kegemukan,
sebanyak 86.4% satpam tergolong obesitasitas dan 13.6% overweight. Persen
lemak tubuh menunjukkan 79.0% tergolong sangat tinggi dan 67.9% lemak viseral
dalam kategori tinggi. Sementara itu, tingkat kecukupan energi dan zat gizi
sebagian besar tergolong defisit.
Karakteristik subjek yang mengikuti tahap intervensi menujukkan tidak ada
perbedaan secara statistik (p > 0.05) sebelum intervensi. Asupan energi dan zat gizi
makro subjek pada kedua kelompok masih di bawah angka kecukupan gizi, namun
nilai asupan lebih tinggi pada kelompok kontrol. Begitupun untuk asupan vitamin
dan mineral lebih tinggi pada kelompok kontrol. Pemberian intervensi minuman
rosela ungu selama 6 minggu signifikan meningkatkan kadar SOD (0.89 U/mL)
pada kelompok intervensi. Namun tidak menunjukkan penurunan pada kadar MDA.
Di akhir intervensi menunjukkan adanya perubahan nilai antropometri pada kedua
kelompok. Penurunan berat badan (1.08 kg), IMT (0.39 kg/m2), lingkar pinggang
(2.88 cm) dan lemak viseral (0.58%) pada kelompok intervensi. Sementara,
kelompok kontrol mengalami penurunan berat badan (0.14 kg), IMT (0.06 kg/m2),
lingkar pinggang (1.77 cm), dan lemak viseral (0.07%). Rata-rata persen lemak
tubuh di kedua kelompok cenderung mengalami penurunan meskipun tidak
signifikan secara statistik (p>0.05). Perubahan asupan energi, protein, lemak,
karbohidrat, tembaga, seng, vitamin A, C, dan E tidak berbeda signifikan antar
kelompok selama intervensi (p>0.05).
Collections
- MT - Human Ecology [2236]