Keberfungsian Agama di Keluarga, Ancaman Teman Sebaya, Interaksi Teman Sebaya, dan Religiusitas Remaja
View/ Open
Date
2019Author
Siroj, Eko Yuliarti
Sunarti, Euis
Krisnatuti, Diah
Metadata
Show full item recordAbstract
Religiusitas remaja adalah kepercayaan dan pengetahuan remaja terhadap
Tuhan, kitab suci dan ajaran agamanya yang terlihat dalam sikap menjalankan
ajaran dan kewajiban-kewajibannya.Penelitian ini bertujuan menganalisis
karakteristik remaja, karakteristik orang tua, keberfungsian agama di keluarga,
ancaman teman sebaya, interaksi dengan teman sebaya dan religiusitas remaja,
menganalisis perbedaan semua variabel berdasarkan jenis kelamin, jenis dan
status sekolah, menganalisis hubungan dan pengaruh antar variabel.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di empat
sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan (negeri
dan swasta) di kota Bogor yang dipilih secara purposive. Waktu pengambilan data
dari bulan Pebruari - April 2018. Contoh adalah remaja kelas X dan responden
terdiri dari 240 ibu dan 240 siswa. Kerangka sampling adalah remaja dari keluarga
utuh dan tinggal bersama kedua orang tuanya. Dari setiap sekolah diambil
responden masing-masing 60 ibu dan anak secara acak disproposional
(disproposional classifiedrandom sampling) dengan unit analisisnya keluarga.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang dikumpulkan secara
langsung melalui “self report” oleh ibu dan anak dengan bantuan kuesioner
terstruktur. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2018 sampai Maret 2018.
Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik orang tua yaitu usia
dan pendidikan ayah, usia dan pendidikan ibu, karakteristik remaja yaitu usia,
jenis kelamin, urutan kelahiran, dan pendidikan remaja. Keberfungsian agama
diukur dengan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dan dikembangkan oleh
Sunarti (2017) terdiri dari lima dimensi, yaitu: keimanan, pengetahuan,
pengalaman, ritual, dan konsekuensi sosial dengan jumlah pernyataan 24 item.
Pengukuran menggunakan skala likert, yaitu mulai skor 0 (tidak pernah) sampai
skor 3 (selalu), dengan nilai cronbach's alpha 0.850. Ancaman teman sebaya
diukur menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Sunarti (2015) terdiri
dari 13 item pernyataan. Skala pengukuran skor 1 (ya) dan skor 0 (tidak), dengan
nilai cronbach's alpha 0.616. Interaksi teman sebaya diukur menggunakan
instrumen yang dikembangkan dari the friendship quality during pre and early
adolescence (Bukowski 1994) terdiri dari 5 dimensi yaitu persahabatan, konflik,
bantuan, kedekatan dan rasa aman. Pernyataan berjumlah 23 dengan pengukuran
menggunakan skala likert, yaitu mulai skor 0 (tidak pernah) sampai skor 3
(selalu), dengan nilai cronbach's alpha 0.787. Religiusitas remaja diukur dengan
menggunakan instrumen yang dimodifikasi dari scale religiositas Glock & Stark
(1968) yang terdiri dari lima dimensi yaitu keyakinan, ritual, pengalaman,
konsekuensi dan pengetahuan agama. Pernyataan berjumlah 28 dengan
pengukuran menggunakan skala likert, yaitu mulai skor 0 (tidak pernah) sampai
skor 3 (selalu), dengan nilai cronbach's alpha 0.704.
Usia remaja dalam penelitian ini berkisar antara 15-18 tahun, rata-rata
berusia 16 tahun dan 41.7% dari keseluruhan merupakan anak pertama. Rata-rata
usia ayah adalah 48.57 tahun dan rata-rata pendidikan ayah adalah 14.16 tahun
atau setara lulusan perguruan tinggi. Rata-rata usia ibu adalah 44.5 tahun dan ratarata
pendidikan ibu adalah 11.87 tahun atau setara lulusan SMA.
Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa remaja laki-laki menghadapi
ancaman yang lebih tinggi daripada remaja perempuan (p<0.1) dan religiusitas
remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja perempuan (p<0.05). Remaja lakilaki
lebih sering dipaksa merokok, diajak minum minuman keras, dipaksa tawuran
dan dijauhi teman. Remaja laki-laki lebih percaya bahwa kematian merupakan
takdir Tuhan, menerima jika ada keluarga yang mengingatkan untuk beribadah
dan suka untuk mengikuti kegiatan keagamaan.
Berdasarkan jenis sekolah siswa SMK memiliki keberfungsian lebih tinggi
daripada siswa SMA (p<0.05) dan religiusitas remaja siswa SMK lebih tinggi
daripada siswa SMA (p<0.05). Remaja siswa SMK lebih terbiasa membaca buku
tentang sikap jujur, turut serta dalam bersedekah dan turut menghadiri undangan
tetangga. Remaja siswa SMK lebih percaya bahwa kitab suci diturunkan Tuhan,
lebih suka mengikuti kegiatan keagamaan dan lebih percaya akan pertolongan
Tuhan. Berdasarkan status sekolah siswa sekolah swasta melakukan interaksi
dengan teman sebaya yang lebih baik daripada siswa sekolah negeri (p<0.05) dan
siswa sekolah swasta memiliki religiusitas yang lebih tinggi daripada siswa
sekolah negeri (p<0.05). Remaja siswa sekolah swasta lebih sering melakukan
ibadah bersama, lebih sering saling memberi hadiah dan mendoákan teman.
Uji hubungan yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa usia
remaja, keberfungsian agama di keluarga dan interaksi dengan teman sebaya,
berhubungan positif dengan religiusitasnya. Pendidikan ayah berhubungan negatif
dengan ancaman. Semakin tinggi pendidikan ayah semakin rendah ancaman yang
dihadapi remaja. Sementara ancaman teman sebaya berhubungan negatif dengan
interaksi teman sebaya, semakin tinggi ancaman teman sebaya akan menurunkan
interaksi remaja dengan teman sebayanya.
Analisis uji regresi pada penelitian ini menggunakan empat model.
Berdasarkan variabel utama menunjukkan bahwa interaksi teman sebaya
berpengaruh positif signifikan terhadap religiusitas remaja dan berdasarkan
dimensi setiap variabel menunjukkan bahwa dimensi interaksi teman sebaya
(persahabatan dan kedekatan) berpengaruh positif signifikan terhadap religiusitas
remaja. Pengaruh karakteristik keluarga menunjukkan bahwa usia anak, jenis
kelamin, dan status sekolah berpengaruh positif signifikan terhadap religiusitas
remaja. Keempat model secara konsisten menunjukkan bahwa interaksi teman
sebaya merupakan variabel paling berpengaruh terhadap religiusitas remaja.
Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada remaja untuk dapat
meningkatkan aktivitas keagamaannya. Orang tua diharapkan dapat meningkatkan
keberfungsian agama dengan melakukan pembiasaan, memberikan contoh dan
menyediakan sarana yang dibutuhkan remaja untuk menjalankan aktivitas
religiusitasnya. Pihak sekolah diharapkan dapat membantu remaja dari
keterpaparan ancaman teman sebaya. Pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat diharapkan dapat bekerja sama memperkuat implemantasi kurikulum
kegamaan agar pencapaian religiusitas remaja lebih terukur dan terstruktur.
Collections
- MT - Human Ecology [2241]