Pemodelan Spasial Distribusi Karang Keras (Scleractinia) di Indonesia
View/ Open
Date
2019Author
Yusri, Safran
Siregar, Vincentius P.
Suharsono
Metadata
Show full item recordAbstract
Karang keras (Scleractinia) merupakan pembangun terumbu karang, akan
tetapi distribusi marganya tidak tersedia. Oleh sebab itu, pengelolaan terumbu
karang cenderung tidak mempertimbangkan sebaran dan keanekaragaman karang.
Model distribusi marga karang keras dibuat menggunakan data yang tersedia secara
terbuka dan algoritma Maximum Entropy (Maxent). Data pengamatan lapangan
oleh Yayasan TERANGI sejak 2002, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sejak
1999, data spesimen dari GBIF dan sumber lainnya, digunakan sebagai data input
kehadiran. Variabel lingkungan diturunkan dari citra satelit dan model oseanografi,
seperti HYCOM, LANDSAT 8, MODIS AQUA, dan GEBCO. Data batimetri dari
GEBCO dipisahkan dari darat kemudian dibuat pemodelan medan untuk
menghasilkan aspek, kedalaman, kelengkungan, dan kelerengan. Data HYCOM
dan MODIS AQUA difilter secara spasial (Indonesia dan sekitarnya) dan temporal
(2002 – 2017), kemudian direduksi nilai maksimum, minimum, dan rata-rata.
Vektor kecepatan air diubah menjadi unit skalar. Untuk mengisi kekosongan pada
data, interpolasi kriging dilakukan dengan model Bayes. Data kehadiran dan
variabel lingkungan digunakan untuk pemodelan Maxent.
Hasil menunjukkan bahwa kedalaman laut di Indonesia berkisar antara 0 –
6827 m, dengan kelerengan antara 0 – 34.33°, aspek 0 – 359.99°, dan kelengkungan
0 – 0.94. Variabel yang mewakili kekuatan air adalah rata-rata ketinggian
permukaan air dari 0 – 0.85 m, dan kecepatan air dari 0 – 4 m/s. Variabel yang
mewakili kualitas air meliputi salinitas permukaan yang berkisar antara 20.09 –
35.32‰, karbon organik terlarut dari 25.31 – 953.47mg/m3, konsentrasi klorofil A
terlarut dari 0.05 – 13.63mg/m3. Hasil pemodelan menunjukkan dari 73 marga,
hanya 60 marga yang berhasil dibuatkan model yang berbeda nyata dibandingkan
model distribusi null. Model dapat dibuat dengan 7 + 1 cuplikan latih dengan
validasi silang, akan tetapi cuplikan sebaiknya minimal 33. Variabel lingkungan
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap model adalah tipe substrat (52.70%),
batimetri (10.94%), salinitas rata-rata (8.96%), konsentrasi klorofil A rata-rata
(6.30%), kelengkungan (5.09%), konsentrasi klorofil A minimum (2.55%), ratarata
suhu permukaan air (1.51%), dan minimum karbon organik terlarut (1.21%).
Nilai kekayaan marga terbesar dalam suatu titik adalah 58 marga dan dapat
ditemukan di bagian tengah Kepulauan Seribu, Sulawesi Utara, dan Raja Ampat.
Model yang tidak dapat dibangun disebabkan oleh kelangkaan dari marga tersebut
dan kesalahan-kesalahan pada data kehadiran. Marga tersebut membutuhkan survei
khusus dan metode pemodelan yang berbeda. Walaupun model yang telah dibuat
memiliki resolusi rendah, resolusi spasial dapat ditingkatkan dengan menggunakan
variabel lingkungan dengan resolusi lebih tinggi.
Collections
- MT - Professional Master [887]