Performa Produksi Ikan Koi Cyprinus carpio dengan Kepadatan Berbeda pada Sistem Resirkulasi Menggunakan Micro Bubble
View/ Open
Date
2019Author
Saputra, Henry Kasmanhadi
Nirmala, Kukuh
Supriyono, Eddy
Rochman, Nurul Taufiqu
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan koi dipilih karena memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap nitrit di air
(Kroupova et al. 2006). Penggunaan ikan koi untuk mengimbangi harga alat micro
bubble yang cukup mahal. Ditinjau dari ekonomi, permintaan ikan koi (Cyprinus
carpio) ini mengalami kenaikan produksi terbukti pada tahun 2013 ke tahun 2014
naik 10.42% dan dari tahun 2014 ke tahun 2015 naik 59.25%. Ikan koi
menyumbang 26.80% dari total produksi ikan hias nasional (KKP 2015). Isu
konversi lahan perikanan, tekanan sosial dan ekonomi yang berbenturan dengan
usaha penghematan air menjadikan budidaya ikan sistem resirkulasi sebagai salah
satu solusi (Martins et al. 2010). Agar tercapai prinsip akuakultur yang lestari
(Wang dan Lu 2015), maka adaptasi teknologi untuk kegiatan akuakultur mulai
diterapkan dengan maksud mempertahankan kualitas air budidaya agar optimal
berkelanjutan (Crab et al. 2012). Teknologi akuakultur yang dimaksud adalah
teknologi yang diadopsi dari teknologi eco bubble (Tsuge 2015) yang dimulai
sejak 1950 (Alheshibri et al. 2016). Micro atau nano bubble merupakan bagian
partikel eco bubble yang dihasilkan dari suatu bubble generator dari satu ruang
maupun lebih ruang input air dalam suatu nozzle (Tsuge 2015). Jenis bubble
generator yang digunakan di penelitian ini berjenis rotational flow of the water,
merupakan jenis nozzle yang umumnya digunakan pada micro bubble generator
(Tsuge 2015).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kepadatan terbaik pada
budidaya ikan koi sistem intensif dengan menggunakan micro bubble. Waktu dan
tempat penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2017 di FPIK. Hewan
uji yang digunakan adalah ikan koi dengan panjang 7.49±0.29 cm dan bobot
11.43±1.92 g ekor-1 sebanyak 270 ekor dipelihara dalam sistem resirkulasi dengan
wadah bak kontainer plastik volume 60 L. Pengelolaan kualitas air dilakukan
dengan pergantian air 30% seminggu dua kali. Pakan komersil PF 1000 digunakan
dalam penelitian dengan pemberian pakan tiga kali sehari secara ad satiation.
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu RAL satu faktor yang terdiri dari tiga
perlakuan dengan tiga ulangan yakni perlakuan 15 ekor ikan koi 60 L-1, 30 ekor
ikan koi 60 L-1, dan 45 ekor ikan koi 60 L-1.
Parameter uji yakni kualitas air, respons fisiologis dan respons kinerja
produksi. Analisis data SPSS versi 24 dengan one-way ANOVA pada selang
kepercayaan (SK) 90%, analisis lainnya yakni analisis deskripsi kuantitatif
termasuk dari sisi ekonomi. Berdasarkan hasil uji tipe alat aerasi (Lutor vertikal,
Lutor horizontal dan batu aerasi) terkait kecepatan oksigen terlarut terbaik yang
mencapai nilai 8.00 mg L-1 adalah tipe aerasi Lutor vertikal dalam waktu dua jam.
Penambahan oksigen terlarut dalam 20 menit di awal yang terbesar berdasarkan
hasil uji alat aerasi adalah Lutor vertikal (37.39%) disusul Lutor horizontal
(31.64% ) dan terakhir batu aerasi (13.16%).
Parameter uji kualitas air terdiri dari suhu air, pH air, oksigen terlarut, TAN
dan nitrit. Kisaran suhu air selama penelitian yakni antara 26.77ºC - 27.71ºC. Nilai
v
pH air secara umum cenderung turun di akhir pemeliharaan dengan nilai tertinggi
selama pemeliharaan yaitu perlakuan 45 ekor ikan koi 60 L-1 (hari 14) yakni
6.39±0.30 dan terendah 15 ekor ikan koi 60 L-1 (hari 42) yakni 5.72±0.20. Pada
parameter oksigen terlarut yang cenderung fluktiatif akibat ukuran gelembung
yang tidak stabil nilai oksigen terlarut rata rata selama penelitian tertinggi pada
perlakuan 15 ekor ikan koi 60 L-1 yakni 4.02 mg L-1. Nilai TAN secara umum di
akhir pemeliharaan dengan nilai tertinggi selama pemeliharaan yaitu perlakuan 15
ekor (hari 14) yakni 0.25±0.03 mg L-1 dan terendah 45 ekor (hari 42) yakni
0.08±0.01 mg L-1. Sedangkan nilai nitrit secara umum cenderung turun di akhir
pemeliharaan dengan nilai tertinggi selama pemeliharaan yaitu perlakuan 45 ekor
ikan koi 60 L-1 (hari 14) yakni 2.26±0.07 mg L-1dan terendah 30 ekor ikan koi 60
L-1 (hari 42) yakni 0.25±0.04 mg L-1.
Parameter respons fisiologis yang diamati adalah TKO (Tingkat Konsumsi
Oksigen), hemoglobin, glukosa dan pH darah. Nilai parameter TKO tertinggi
adalah perlakuan 15 ekor ikan koi 60 L-1 (0.13±0.01 mgO2 g-1 jam-1). Nilai
parameter hemoglobin tertinggi adalah perlakuan 30 ekor ikan koi 60 L-1
(6.20±0.04 g dL-1). Nilai parameter glukosa tertinggi adalah perlakuan 15 ekor
ikan koi 60 L-1 (64.67±0.58 μ mol L-1). Parameter lainnya adalah pH darah
dengan nilai tertinggi adalah perlakuan 15 ekor ikan koi 60 L-1 (7.27±0.12).
Parameter yang diamati selanjutnya adalah parameter produksi terdiri dari
tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian bobot, panjang mutlak, rasio
konversi pakan dan biomassa akhir. Pada nilai hasil analisis ragam tingkat
kelangsungan hidup diketahui bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
tingkat kelangsungan hidup ikan koi (P>0.10). Nilai tertinggi tingkat
kelangsungan di akhir pemeliharaan adalah perlakuan 15 ekor ikan koi 60 L-1
(62.22±5.09 %). Nilai hasil analisis ragam parameter laju pertumbuhan harian
bobot diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan
bobot harian ikan koi (P<0.10). Nilai tertinggi laju pertumbuhan harian bobot di
akhir pemeliharaan adalah perlakuan 15 ekor ikan koi 60 L-1 (2.35±0.14 %).
Nilai hasil analisis ragam dari panjang mutlak diketahui bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap panjang mutlak ikan koi (P<0.10). Nilai tertinggi
panjang mutlak di akhir pemeliharaan adalah perlakuan 15 ekor ikan koi 60 L-1
(0.52±0.03 cm). Nilai hasil analisis ragam dari rasio konversi pakan diketahui
bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap rasio konversi pakan ikan koi
(P<0.10). Nilai terendah rasio konversi pakan di akhir pemeliharaan adalah pada
perlakuan 45 ekor ikan koi 60 L-1 (1.29±0.13). Nilai rasio konversi pakan
perlakuan 30 ekor berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0.10). Nilai hasil
analisis ragam perlakuan terhadap biomassa ikan pemeliharaan tidak berpengaruh
nyata (P>0.10). Nilai tertinggi rata biomassa pemeliharaan adalah perlakuan 15
ekor ikan koi 60 L-1 (13.67±0.33 g).
Berdasarkan hasil parameter respons fisiologi, kinerja produksi dan ekonomi
di atas dapat diketahui bahwa perlakuan yang terbaik untuk menunjang kinerja
produksi ikan koi sistem resirkulasi menggunakan micro bubble adalah perlakuan
15 ekor 60 L-1 atau 7 kali lipat dibandingkan SNI (melebihi standar SNI) dan
micro bubble belum mampu mendukung kinerja produksi pada kepadatan ikan
lebih dari 30 ekor 60 L-1.
Collections
- MT - Fisheries [3016]