Kriopreservasi Benih dan Tunas In Vitro Pepaya (Carica papaya L.) dengan Metode Vitrifikasi
View/ Open
Date
2019Author
Wardani, Fitri Fatma
Efendi, Darda
Dinarti, Diny
Witono, Joko Ridho
Metadata
Show full item recordAbstract
Kriopreservasi adalah metode penyimpanan plasma nutfah pada temperatur
yang sangat rendah (-196 0C) sehingga metabolisme terhenti dan karakter genotipe
dan fenotipe tidak berubah. Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB
memiliki beberapa koleksi kultivar unggul papaya, yaitu kultivar Caliso untuk
pepaya berukuran kecil (500-800 g), kultivar Callina untuk pepaya berukuran
sedang (800-1200 g) dan kultivar Sukma untuk pepaya berukuran besar (lebih dari
1200 g). Penyimpanan plasma nutfah ketiga kultivar pepaya tersebut perlu
dilakukan dengan metode kriopreservasi karena bahan genetik pepaya mudah
berubah saat ditanam di lapangan. Kriopreservasi pepaya dapat dilakukan dengan
menggunakan benih maupun tunas. Kriopreservasi tunas pucuk pepaya ini harus
didukung dengan kultur in vitro. Kultur in vitro adalah metode perbanyakan secara
aseptik dengan menggunakan komposisi media dan zat pengatur tumbuh sehingga
arah pertumbuhan dan perkembangan eksplan dapat ditentukan.
Tujuan umum dari penelitian adalah mendapatkan protokol kriopreservasi
yang paling tepat untuk pepaya kultivar Sukma, Callina, dan Caliso, sehingga
plasma nutfah kultivar pepaya tersebut dapat terpelihara. Penelitian terdiri dari tiga
rangkaian percobaan. Percobaan pertama adalah kriopreservasi benih pepaya
kultivar Sukma, Callina, dan Caliso dengan perlakuan loading dan lama
perendaman benih dalam plant vitrification solution 2 (PVS2). Percobaan kedua
adalah propagasi tunas pepaya kultivar Sukma secara in vitro dengan aplikasi NAA
dan BA. Percobaan ketiga adalah kriopreservasi tunas pepaya kultivar Sukma
dengan perlakuan prakultur, loading, serta dehidrasi dengan PVS2 dan modifikasi
PVS2.
Pada percobaan pertama, benih yang digunakan adalah benih kultivar Sukma,
Callina, dan Caliso. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah perlakuan loading
dengan dua taraf, yaitu dengan perlakuan loading dan tanpa perlakuan loading.
Faktor kedua adalah lama perendaman dalam PVS2 dengan 3 taraf, yaitu 15, 30,
dan 45 menit. Jumlah perlakuan dalam percobaan adalah 6 perlakuan dengan tiga
kali ulangan, sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Pada setiap satuan percobaan
digunakan 50 benih. Pengamatan dilakukan setiap hari, dari hari pertama setelah
semai hingga hari ke-21. Variabel yang diamati pada percobaan pertama adalah
daya berkecambah (DB, %), kecepatan tumbuh benih (KCT, %/etmal), indeks vigor
(IV, %), dan potensi tumbuh maksimal (PTM, %).
Pada percobaan kedua, propagasi tunas secara in vitro hanya dilakukan pada
pepaya kultivar Sukma. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan
acak kelompok dengan satu faktor, yaitu konsentrasi BA pada media MS yang telah
diperkaya dengan NAA 0.5 mg L-1. Jumlah perlakuan dalam percobaan adalah 6,
yaitu kontrol (MS tanpa tambahan ZPT), MS + NAA 0.5 mg L-1, MS + NAA 0.5
mg L-1 + BA 0.5 mg L-1, MS + NAA 0.5 mg L-1 + BA 1.0 mg L-1, MS + NAA 0.5
mg L-1 + BA 1.5 mg L-1, dan MS + NAA 0.5 mg L-1 + BA 2.0 mg L-1. Setiap
perlakuan diulang empat kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdiri dari 5 botol kultur. Setiap botol kultur berisi 4 eksplan tunas,
sehingga terdapat 480 eksplan di dalam 120 botol kultur. Pengamatan dilakukan
setiap minggu sekali selama 8 minggu setelah tanam untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Variabel yang diamati yaitu tinggi
eksplan, jumlah ruas eksplan, jumlah tunas, jumlah daun, persentase eksplan
membentuk akar, dan persentase eksplan membentuk kalus.
Pada percobaan ketiga, terdapat tiga subpercobaan, yaitu optimasi perlakuan
prakultur, optimasi perlakuan loading, serta optimasi dehidrasi dan kriopreservasi
tunas pepaya kultivar Sukma di dalam nitrogen cair. Rancangan pada optimasi
prakultur adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor, yaitu
konsentrasi sukrosa pada media MS (0.3 M dan 0.4 M) dan lama prakultur (1, 2,
dan 3 hari), sehingga terdapat 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan (18 satuan
percobaan). Rancangan pada optimasi perlakuan loading yaitu rancangan acak
lengkap dengan faktor lama perlakuan loading (0, 10, 20, dan 30 menit) sehingga
terdapat 4 taraf dengan 5 kali ulangan (20 satuan percobaan). Rancangan pada
optimasi dehidrasi dan kriopreservasi tunas adalah rancangan acak lengkap
faktorial dengan dua faktor yaitu jenis krioprotektan (PVS2 dan modifikasi PVS2)
dan lama perendaman dalam krioprotektan (5, 10, dan 15 menit) sehingga terdapat
6 perlakuan dengan 3 kali ulangan (18 satuan percobaan). Setiap satuan percobaan
terdiri dari 3 botol kultur yang berisi 5 eksplan tunas pucuk. Pengamatan dilakukan
seminggu sekali selama 4 minggu untuk mengetahui kemampuan eksplan untuk
tumbuh kembali. Variabel yang diamati pada setiap subpercobaan adalah
persentase daya hidup, jumlah tunas, jumlah daun, dan persentase eksplan berkalus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) benih pepaya kultivar Sukma tidak
memerlukan perlakuan loading dan perlu direndam dalam PVS2 selama 15 menit,
benih pepaya kultivar Callina masih memiliki viabilitas yang sangat rendah, dan
benih pepaya kultivar Caliso memerlukan perlakuan loading selama 20 menit dan
perendaman dalam PVS2 selama 30 menit agar viabilitasnya tetap baik setelah
kriopreservasi, 2) pada variabel jumlah tunas, media yang terbaik adalah MS
dengan NAA 0.5 mg L-1 dan BA 1.0 – 1.5 mg L-1. Pada variabel jumlah daun, media
yang terbaik adalah MS dengan NAA 0.5 mg L-1 dan BA 1.0 – 2.0 mg L-1. Pada
variabel jumlah ruas batang, media yang terbaik adalah media MS dengan ZPT.
Persentase eksplan berkalus tertinggi diperoleh pada media MS dengan NAA 0.5
mg L-1 dan BA 1.0 – 1.5 mg L-1. Persentase eksplan membentuk akar terbaik
diperoleh pada media MS dengan NAA 0.5 mg L-1 saja. Analisis regresi
menunjukkan bahwa konsentrasi optimum BA untuk mendapatkan jumlah tunas,
jumlah daun, dan persentase eksplan berakar tertinggi adalah 1.31, 1.35, dan 0.00
mg L-1 pada media MS yang telah diperkaya NAA 0.5 mg L-1, 3) Perlakuan
prakultur terbaik adalah mengkulturkan eksplan pada MS dengan konsentrasi
sukrosa 0.3 M selama 3 hari. Perlakuan loading terbaik adalah perendaman dalam
larutan loading (MS cair + sukrosa 1.2 M) selama 20 - 30 menit. Krioprotektan
terbaik adalah modifikasi PVS2 selama dengan perendaman 10 menit.
Kriopreservasi belum berhasil dilakukan karena eksplan belum mampu tumbuh
setelah disimpan secara kriopreservasi.
Collections
- MT - Agriculture [3781]