Determinan Utama Produktivitas Nenas dalam Berbagai Keragaan Bahan Plinthite dan Fisik Tanah di Lampung
View/ Open
Date
2019Author
Sustama, Achmad Adi Surya
Sutandi, Atang
Hartono, Arief
Anwar, Syaiful
Metadata
Show full item recordAbstract
Nenas memiliki kebutuhan air yang lebih rendah daripada tanaman kebanyakan. Meskipun nanas mampu beradaptasi dalam kondisi kering, namun kuantitas dan kualitas terbesar diperoleh ketika pasokan air mencukupi. Berdasarkan data stasiun penakar hujan PT.GGPC, curah hujan pada 10 tahun terakhir (2008-2017) sebesar 1655.00 mm/tahun hingga 2902.00 mm/tahun dengan distribusi hujan yang bervariasi dengan indikasi jumlah bulan kering dalam setahun yang berkisar antara satu hingga tujuh bulan kering, serta evapotranspirasi potensial (Eto) sebesar 1394 mm/tahun hingga 1734.92 mm/tahun. Selain itu, keragaan produktivitas nenas di PT Great Giant Pineapple Company (GGPC) berada pada rentang 31.51 ton/ha hingga 71.62 ton/ha (2013), 38.31 ton/ha hingga 82.57 ton/ha (2014), 43.66 ton/ha hingga 76.58 ton/ha (2015). Suplai air yang memadai jika tidak mempertimbangkan keragaan tanah maka kuantitas dan kualitas nanas menjadi kurang optimal. Faktanya, jenis tanah pada lahan budidaya nenas di PT GGPC merupakan tanah Ultisols dan Inceptisols. Jenis tanah tersebut relatif sudah mengalami perkembangan lanjut dengan dijumpai adanya horizon akumulasi liat (argilik/kambik) dan plinthite yang berkembang dengan kedalaman yang cukup bervariasi. Selain itu, terdapat pengurangan jumlah dari pergerakan air melalui horizon yang mengandung plinthite karena pergerakan solut dan airnya terhambat.
Keberadaan material plinthite dan illuviasi liat diduga mempengaruhi keragaan produktivitas nenas.Sehingga perlu adanya kajian yang mendalam untuk menyoroti fenomena yang terjadi terkait dengan keragaan produktivitas nenas dalam tinjauan keragaan bahan plinthite dan fisik tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan determinan utama dari keragaan produktivitas nenas berdasarkan keragaan bahan plinthite dan fisik tanah. Penelitian ini menerapkan percobaan lapang yang menggunakan metode survei secara deskriptif eksploratif. Studi ini menunjukkan bahwa neraca air secara signifikan terjadi defisit pada storage secara kontinyu mulai bulan Juli hingga November. Distribusi hujan yang semakin rendah direspon oleh tanah dengan kedalaman plinthite yang bervariasi dengan respon berupa dual function terhadap keragaan produktivitas nenas, terdapat potensi menurunkan sekaligus meningkatkan produktivitas nenas. Peningkatan bulan kering pada kelas kedalaman plinthite dalam (r2 = 0,8766) lebih signifikan mempengaruhi peningkatan produktivitas nenas dibandingkan dengan penurunan produktivitas nenas (r2 = 0.9146). Sebaliknya, pada kelas kedalaman plinthite dangkal (r2 = 0.855) signifikan menurunkan produktivitas nenas.
Karakter pemutusan aliran air secara vertikal pada masing-masing kelas produktivitas nenas diikuti dengan variasi kedalaman bahan plinthite, dinamika distribusi pori makro (pori drainase cepat), kelas butir tanah (kadar liat dan kadar pasir (bahan kasar)).Peningkatan kadar pasir secara signifikan juga meningkatkan produktivitas nenas (r2=1), namun secara relatif menurun pada titik kritisnya
(r2=0.007), dimana makin tinggi pasir yang melebihi ambang kritisnya maka pori makro akan mendominasi sehingga air semakin berpotensi hilang melalui pori drainase secara cepat. Peningkatan kadar liat secara relatif meningkatkan produktivitas (r2=0.101), namun menurun pada titik kritisnya (r2=1), dimana semakin tinggi liat yang melebihi titik kritisnya maka pori mikro akan mendominasi. Peningkatan kadar debu secara relatif menurunkan produktivitas nenas (r2=0.394), meskipun demikian, penurunan produktivitas tidak terjadi secara signifikan. Peningkatan pori drainase cepat secara relatif meningkatkan produktivitas nenas (r2=0.168), namun menurun pada titik kritisnya (r2=1), dimana semakin tinggi pori drainase maka laju pengatusan air (drainase) akan berlangsung secara kontinyu dan simultan. Namun, bilamana pori drainase melebihi titik kritisnya maka secara signifikan akan menurunkan produktivitas nenas karena air habis teratuskan (drained). Determinan utama pada keragaan produktivitas nenas adalah terputusnya aliran air secara vertikal yang dipengaruhi oleh kedalaman bahan plinthite, kelas butir, dan distribusi pori makro dalam tubuh tanah.
Collections
- MT - Agriculture [3787]