Pengembangan Sistem Terpadu Pengelolaan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS
View/ Open
Date
2019Author
Purnomo, Agus
Suprihatin
Romli, Muhammad
Hasanudin, Udin
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan negara produsen minyak kelapa sawit (CPO)
terbesar di dunia. Peningkatan industri kelapa sawit juga diikuti dengan
peningkatan limbah padat tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Berbagai upaya
pengelolaan limbah TKKS telah dilakukan dengan memanfaatkannya sebagai
bahan baku produksi bioethanol, pembuatan briket, pembuatan pupuk kompos,
pembuatan partikelboard, PLTU Biomasa, pembuatan pulp dan kertas, dan
produksi biogas. Selama ini pengelolaan TKKS tersebut dilakukan sendiri-sendiri
dan mempunyai dampak lingkungan, ekonomi dan sosial yang berbeda. Untuk itu
pada penelitian ini penulis mengembangkan sistem terpadu pengelolaan limbah
TKKS yang lebih ramah lingkungan, ekonomis dan memberikan dampak sosial
yang lebih baik kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi pengolahan
yang sudah ada.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi budidaya jamur
merang dengan media tanam TKKS dan produksi biogas, kompos dan pupuk
organik cair dari fermentasi tandan kosong kelapa sawit bekas media jamur
merang (TKKSBJM) yang dilakukan dengan konsep pengelolaan limbah TKKS
secara terpadu yang ramah lingkungan dan memberikan banyak manfaat untuk
masy arakat, sehingga mendukung industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan studi
literatur yang menghasilkan data pengamatan dalam bentuk tabel dan grafik yang
di analisis secara deskriptif. Penelitian dilaksanakan dalam 4 tahap dengan urutan:
a) Menganalisis perubahan fisika-kimia TKKS dan potensi jamur selama proses
budidaya jamur merang, b) Menentukan kondisi fermentasi (kering, semi kering
dan basah) yang menghasilkan biogas paling optimum, c) Menentukan potensi
produksi biogas dan produk ikutannya (kompos dan pupuk organik cair) pada saat
kondisi optimum fermentasi TKKSBJM menggunakan aktifator kotoran sapi yang
diencerkan, dan d) Menentukan konsep pengelolaan limbah TKKS, yang
dilakukan secara terpadu.
Penentuan kondisi optimum fermentasi campuran TKKSBJM dengan
inokulum kotoran sapi dilakukan dengan 3 perlakuan, yaitu fermentasi basah
(KA/TS > 5.7) atau TS campuran bahan < 10%, fermentasi semi kering (KA/TS =
3.6 s/d 5.7) atau TS campuran bahan 15 - 20% dan fermentasi kering (KA/TS =
1.5 s/d 3.5) atau TS campuran bahan 22 - 40%). Produksi biogas dilakukan
menggunakan digester dengan 2 perlakuan dan 2 kali ulangan, yaitu pada kondisi
optimum (fermentasi semi kering) dengan Rasio KA/TS = 4.0 dan sebagai
pembanding juga dilakukan pada kondisi fermentasi kering dengan Rasio KA/TS
= 3.2. Pada akhir penelitian dilakukan juga kajian aspek teknis, lingkungan,
ekonomi, dan sosial pengelolan limbah TKKS secara terpadu
Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan setiap satu ton tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) sebagai media budidaya jamur merang dapat menghasilkan
90 kg jamur merang dan pasca budidaya jamur merang (TKKSBJM) mengalami
perubahan fisik dari bentuk yang kompak dan kuat menjadi serat yang lentur dan
sedikit rapuh. Proses budidaya jamur merang selain menurunkan rasio C/N TKKS
dari 47.83 menjadi 17.09 (TKKSBJM ), juga merubah komposisi lignoselulosa,
ii
menurunkan kadar lignin sebesar 21.05%, sellulosa 17.14% dan hemiselulosa
22.22% dan meningkatkan 93.75% zat ektraktif.
Kondisi optimum produksi biogas menggunakan bahan baku TKKSBJM
berlangsun g pada fermentasi semi kering dengan rasio KA/TS = 4.0 dan rasio
TS/I = 0.4 atau 1:2.5 (b/v) dengan produksi biogas yang dihasilkan 18.60
m3/tonTKKSBJM dengan produktifitas biogas 380,18 liter/kg volatile solid
remove (VSr). Komposisi biogas 40.69% CH4, 49.96% CO2 dan 7.58% nitrogen.
Karbon yang dilepaskan sebagai biogas pada proses fermentasi semi kering untuk
setiap100 kg TKKSBJM adalah 23.42 kgC.
Secara ekonomi penerapan pengelolaan TKKS kapasitas 120 ton/tahun
budidaya jamur merang layak dilaksanakan dengan nilai kelayakan investasi
(NPV) sebesar Rp543 864 808; IRR sebesar 41%; rasio B/C sebesar 1.64 dan
waktu pengembalian modal (PBP) selama 2.27 tahun. Pengelolaan TKKSBJM
kapasitas 60 ton/tahun untuk produksi biogas, kompos dan pupuk organik cair
layak dilaksanakan dengan nilai kelayakan investasi (NPV) Rp653 265 297; IRR
sebesar 51%, rasio B/C sebesar 2.51 dan PBP selama 1.972 dan penerapan
Pengelolaan TKKS secara terpadu (produksi jamur, biogas, kompos dan pupuk
organik cair) memiliki kelayakan paling tinggi dengan nilai kelayakan investasi
sebesar Rp1 334 468 908; IRR sebesar 65%, rasio B/C sebesar 2.07 dan PBP
selama 1.5 tahun.
Pengelolaan setiap satu ton TKKS dengan konsep usaha terpadu dapat
menghasilkan 90 kg jamur merang, 11.14 m3 biogas, 73.5 kg pupuk kompos
kering, dan 1.0 m3 pupuk organik cair. Usaha terpadu juga ramah lingkungan
karena mampu mereduksi emisi gas rumah kaca sebesar 436.02 kg CO2e dengan
konsumsi energi 222.77 MJ (nilai ekonomi energi 1 MJ = Rp19 158) dan
memberikan nilai ekonomi TKKS sebesar Rp4 267 885. Sehingga konsep
pengelolaan limbah TKKS secara terpadu dapat dijadikan program unggulan
untuk kegiatan pertanggungjawaban perusahaan pabrik kelapa sawit terhadap
lingkungan sekitar (CSR).