Pemberdayaan Anggota Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera DKI Jakarta Menuju Kemandirian Usaha
View/ Open
Date
2019Author
Rohmah, Lailatur
Muljono, Pudji
Purnaningsih, Ninuk
Hubeis, Aida Vitalaya
Metadata
Show full item recordAbstract
Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) adalah
sebuah gerakan yang mengusung kemandirian dan pemanfaatan sumber daya serta
potensi lokal masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. UPPKS
dibentuk karena ada kerisauan yang berkaitan dengan banyaknya jumlah keluarga
miskin di Indonesia. Oleh karena itu, pendirian program UPPKS adalah upaya
mewujudkan kesejahteraan umum sesuai cita-cita para pendiri bangsa yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 serta kemandirian bangsa. UPPKS digagas
oleh BKKBN sebagai program percepatan pemberdayaan masyarakat khususnya
keluarga miskin (pra sejahtera dan KS 1).
Keluarga miskin adalah keluarga dengan pendapatan ekonomi relatif
rendah. Rendahnya pendapatan ekonomi keluarga tersebut dikarenakan oleh
masih rendahnya atau belum dimilikinya keberdayaan keluarga (Baiti 2007).
Rendahnya keberdayaan keluarga ditandai oleh: (1) tingkat pengetahuan yang
rendah dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah, (2) sikap mental yang masih
tradisional tanpa disertai oleh keinginan untuk maju dan berkembang, dan (3)
keterampilan yang tidak memadai untuk dapat bersaing hidup.
Keberdayaan anggota UPPKS dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
karakteristik anggota UPPKS, proses pemberdayaan, peran kelompok dan
dukungan lingkungan sosial budaya. Penelitian bertujuan untuk: (1) menganalisis
tingkat keberdayaan anggota UPPKS dan faktor yang memengaruhi keberdayaan
anggota UPPKS, (2) menganalisis tingkat kemandirian usaha dan faktor yang
memengaruhi kemandirian usaha, dan (3) merumuskan strategi yang efektif dalam
pemberdayaan anggota kelompok UPPKS menuju kemandirian usaha.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data
kualitatif. Prosedur pengumpulan data dan informasi menggunakan metode survai
dari sejumlah responden dengan panduan kuisioner. Populasi penelitian adalah
anggota kelompok UPPKS yang merupakan anggota di bawah AKU (Asosiasi
Kelompok UPPKS), sebanyak 869 orang anggota yang tersebar di lima wilayah
DKI Jakarta. Besarnya sampel penelitian terdapat 32 indikator dan jumlah sampel
yang diambil sebesar 6 x 32 = 192 orang; Tahap kedua adalah menentukan
responden di setiap wilayah terpilih. Dari lima wilayah terpilih masing-masing
diambil anggota UPPKS yang telah mengikuti pertemuan rutin setiap bulan, tidak
ada ketentuan pada setiap kelompok diambil secara acak (random sampling) baik
pengurus atau anggota. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga
Mei 2017. Analisis data penelitian mencakup: (1) analisis deskriptif berupa
distribusi frekuensi dengan bantuan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS versi 21); (2) analisis inferensial mengunakan Structural Equation
Models (SEM) dengan program Partial Least Square (PLS) 3.0 (PLS – SEM).
Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, analisis karakteristik anggota
(tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman berusaha dan motivasi berusaha) di
taraf sedang. Pendapatan dan modal kategori rendah; Kedua, analisis proses
pemberdayaan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
identifikasi kelompok sasaran, pendidikan dan pelatihan timbal balik, mobilisasi
dan pemberian sumber daya secara seimbang, konsultasi manajemen dan
administrasi, pengembangan gerakan dan perluasan proses, dan evaluasi terus
menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik di lima wilayah
Kota. Artinya proses pemberdayaan hampir sama, kecuali proses pemberdayaan
pada penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatori dan pengembangan
jaringan dengan pihak ketiga; Ketiga, analisis peran kelompok secara keseluruhan
menunjukkan bahwa kondisi yang belum optimal dalam berperan (peran sebagai
kelas belajar mengajar dan peran sebagai wahana kerjasama) kategori sedang.
Namun peran kelompok sebagai unit produksi kategori tinggi, artinya dengan
adanya kelompok, maka unit produksi bisa disalurkan dan dipasarkan melalui
kelompok tersebut, dari sinilah peran kelompok sangat penting terutama berperan
sebagai unit produksi. Keempat, analisis dukungan lingkungan sosial budaya
(norma/nilai budaya, pengaruh tokoh formal dan informal, dan peran lembaga
pendukung) di kategori sedang, ini karena kurang maksimalnya dukungan
lembaga kepada anggota UPPKS; Kelima, tingkat keberdayaan anggota tergolong
sedang dalam kemampuan mengakses permodalan, informasi dan peluang pasar,
jaringan bisnis, dan sumber daya. Kemampuan mengakses teknologi masih
rendah, karena kurangnya pengetahuan teknologi informasi, belum mampu
mengakses teknologi. Sebagian besar masih memgandalkan teknologi
konvensional, hanya menjadi konsumen teknologi dan belum mampu
memanfaatkan untuk produktivitas usahanya. Faktor yang memengaruhi
keberdayaan adalah karakteristik anggota (tingkat pendidikan, pendapatan, modal
yang dimiliki, dan pengalaman berusaha), proses pemberdayaan (konsultasi
manajemen dan administrasi, pengembangan gerakan dan perluasan proses, dan
pengembangan jaringan dengan pihak ketiga), dan dukungan lingkungan sosial
budaya (pengaruh tokoh formal dan informal, peran lembaga pendukung). Peran
kelompok (peran sebagai kelas belajar mengajar, peran sebagai unit usaha, dan
peran sebagai wahana kerjasama) negatif yaitu semakin tinggi peran kelompok,
maka semakin rendah tingkat keberdayaan dalam hal mengakses permodalan dan
mengakses teknologi. Keenam, tingkat kemandirian usaha anggota tergolong
sedang (kemandirian intelektual, ekonomi, dan kemandirian wirausaha).
Kemandirian manajerial tergolong rendah karena masih rendahnya anggota dalam
mengatur manajemen usahanya, tidak mampu untuk mengelola adminitrasi usaha.
Faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian usaha adalah karakteristik anggota,
proses pembelajaran, peran kelompok, dukungan lingkungan sosial budaya, dan
tingkat keberdayaan anggota. Ketujuh, strategi peningkatan keberdayaan anggota
dilakukan dengan tiga strategi yaitu: (a) strategi proses pemberdayaan dengan
peningkatan konsultasi manajemen dan administrasi, pengembangan gerakan dan
perluasan proses, dan pengembangan jaringan dengan pihak ketiga; (b) penguatan
dukungan lingkungan sosial budaya dengan meningkatkan peran pendukung
lembaga dan peningkatan pengaruh tokoh formal dan informal; dan (c) penguatan
karakteristik anggota dengan peningkatan pengalaman berusaha, tingkat
pendidikan, modal yang dimiliki, dan peningkatan pendapatan.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]