Rantai Pasok dan Nilai Tambah Rumput Laut Olahan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan
View/ Open
Date
2019Author
Qalsum, Ummy
Adhi, Andriyono Kilat
Fariyanti, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial
untuk dikembangkan karena didukung oleh kondisi alam Indonesia yang cocok
untuk budidaya rumput laut. Volume ekspor rumput laut Indonesia tahun 2016
mencapai 188 298 ton dengan nilai sebesar US$ 161 801 974 (KKP 2016).
Kabupaten Takalar merupakan salah satu daerah pengembangan komoditas rumput
laut. Selama periode 2012-2016 terjadi peningkatan produksi setiap tahunnya di
Kabupaten Takalar. Pengembangan daerah sentra komoditas sebaiknya tidak hanya
fokus pada subsistem hulu yaitu peningkatan produksi tetapi sebaiknya ditunjang
dengan suatu sistem rantai pasok yang efisien dan aktivitas yang dapat meningkatkan
nilai tambah komoditi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai pasok dan nilai tambah
rumput laut di Kabupaten Takalar. Kajian meliputi gambaran mengenai kondisi
rantai pasok rumput laut di Kabupaten Takalar melalui pendekatan Food Supply
Chain Network (FSCN) untuk mengetahui sejauh mana optimalisasi rantai pasok
rumput laut Kabupaten Takalar dan upaya perbaikan yang dapat dilakukan.
Kerangka Food Supply Chain Network (FSCN) menguraikan secara deskriptif
aspek-aspek dalam FSCN rumput laut diantaranya adalah sasaran pemasaran,
anggota yang terlibat dalam pemasaran, proses bisnis, manajemen, sumberdaya,
dan terakhir mengukur kinerja pemasaran sehingga mampu memenuhi kepuasan
konsumen dan seluruh anggota yang berperan dalam pemasaran rumput laut.
Kinerja pemasaran diukur dengan pendekatan efisiensi pemasaran operasional
yang diukur dengan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan dan
biaya. Pada aspek nilai tambah dianalisis menggunakan metode Hayami.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2018 menggunakan data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan
kuesioner secara langsung dengan responden sebanyak 100 orang nelayan rumput
laut yang dipilih secara purposive sampling serta pedagang rumput laut sebanyak
43 orang dengan metode snowbal sampling.
Hasil penelitian menggunakan kerangka FSCN menunjukkan bahwa secara
umum rantai pasok rumput laut di Kabupaten Takalar sudah memiliki sasaran
pasar dengan target yang jelas namun terdapat permasalahan dalam sasaran
pengembangannya yaitu nelayan tidak ditunjang dengan pengetahuan mengenai
kualitas rumput laut yang baik sehingga masih perlu adanya pengembangan
peningkatan kualitas serta kuantitas rumput laut. Struktur hubungan antar lembaga
pemasaran terdiri dari nelayan, pedagang pengumpul, pedang besar, eksportir, dan
industri pengolahan. Hubungan antar pelaku pemasaran sudah terstruktur, namun
belum terkelola dengan baik ditinjau dari proses bisnis yang belum terintegrasi
jangka panjang. Penerapan manajemen pemasaran yang ditetapkan pada
dasarmya telah berjalan dengan baik namun belum optimal, terlihat dari
kesepakatan kontraktual antara lembaga pemasaran masih dalam bentuk informal
yaitu hanya melalui lisan dan belum dalam kontrak tertulis. Sedangkan pada
sumberdaya rantai pasok masih ditemukan kendala, tertama pada sumberdaya
modal dan sumberdaya fisik. Kendala modal hampir dirasakan oleh semua
nelayan rumput laut sehingga harus tergantung pada pedagang pengumpul desa.
Selain itu, kendala fisik masih dihadapi beberapa nelayan yaitu tidak memiliki
perahu dan juga tempat penjemuran yang berakibat pada kualitas hasil rumput
lautnya.
Pemasaran rumput laut di Kabupaten Takalar terdiri dari lima saluran. Jika
dilihat dari marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya,
maka saluran 4 relatif lebih efisien dibandingkan saluran lainnya dengan
perolehan margin terendah dan farmer’s share tertinggi masing-masing sebesar
29.31 peren dan 70.69 persen dengan rasio keuntungan terhadap biaya tersebar
merata yaitu total rasio keuntungan sebesar 5.50 persen. Hasil nilai tambah olahan
rumput laut menunjukkan bahwa tepung karagenan memiliki rasio nilai tambah
dan tingkat keuntungan lebih besar dibandingkan rumput laut kering yaitu sebesar
Rp 13 335.22 dengan rasio yang tergolong tinggi sebesar 44 persen.
Rekomendasi saran sebagai bahan pertimbangan dari hasil penelitian ini yaitu
diperlukan adanya perbaikan pada rantai pasok rumput laut dengan cara
pembentukan kelembagaan di tingkat pasca panen seperti koperasi yang dibentuk
dari insiatif nelayan. Kelembagaan dapat berperan dalam melakukan pemantauan
terhadap nilai dan standar mutu rumput laut, membantu dalam akses permodalan,
melakukan koordinasi antar seluruh lembaga pada rantai dan menyampaikan
informasi secara terbuka mengenai hal-hal yang terkait dengan pengembangan
rumput laut. Selain itu, dalam rangka meningkatkan nilai tambah rumput laut,
perlu upaya pemerintah untuk mengembangkan industri pengolahan rumput laut
khususnya industri karagenan.
Collections
- MT - Economic and Management [2975]