Show simple item record

dc.contributor.advisorDamayanti, Tri Asmira
dc.contributor.advisorMutaqin, Kikin Hamzah
dc.contributor.authorFitriyati, Sofranita Syifa
dc.date.accessioned2019-05-02T03:17:01Z
dc.date.available2019-05-02T03:17:01Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97154
dc.description.abstractKentang merupakan salah satu tanaman yang penting secara ekonomi di Indonesia. Produksi kentang berfluktuasi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya masalah penyakit. Dua tipe gejala kerdil pada sentra produksi kentang di Jawa Tengah (Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara) baru-baru ini telah ditemukan dengan insidensi penyakit berkisar 5-40%. Gejala penyakit ini diduga disebabkan oleh virus dan atau fitoplasma. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi penyebab gejala kerdil serta menaksir (taksasi) kehilangan hasil akibat penyakit tersebut. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyebab penyakit kerdil pada kentang di Jawa Tengah dan taksasi kehilangan hasilnya sehingga dapat dijadikan acuan untuk melakukan langkah pengelolaan penyakit yang tepat sasaran. Karakterisasi biologi patogen dilakukan dengan menularkan secara mekanis dan melalui penyambungan. Gejala kerdil pada kentang dideteksi secara serologi dengan metode Dot immunobinding assay (DIBA) menggunakan antiserum Potato virus Y (PVY), Potato virus X (PVX), Potato virus S (PVS), Potato leafroll virus (PLRV) dan Cucumber mosaic virus (CMV). Identifikasi patogen dilakukan dengan teknik RT-PCR menggunakan primer universal Potyvirus dan Potexvirus serta primer spesifik CMV; sedangkan deteksi fitoplasma dilakukan dengan teknik nested-PCR menggunakan primer universal fitoplasma. DNA virus dan fitoplasma selanjutnya dirunut dan dianalisis. Kehilangan hasil akibat penyakit ditentukan berdasarkan pengamatan intensitas penyakit dan hasil panen kentang pada lahan yang terinfeksi. Interaksi antara keparahan penyakit, Area under disease progress curve (AUDPC) dengan hasil panen, tinggi tanaman, jumlah umbi dan ukuran umbi dianalisis dengan uji chi-square, analisis korelasi dan regresi. Terdapat dua tipe gejala yang ditemukan di lapangan, yaitu pertama berupa kerdil dengan daun keriting, klorosis dan malformasi daun; dan gejala kedua adalah kerdil dengan rugosa, perubahan warna dan malformasi daun. Penularan secara mekanis daun tanaman bergejala pada tanaman kentang sehat menunjukkan gejala yang berbeda dengan gejala yang ditemukan di lapangan. Penularan melalui penyambungan menggunakan inokulum tanaman bergejala tipe 1 menghasilkan gejala klorosis, mosaik dan keriting; sedangkan penyambungan menggunakan inokulum tanaman bergejala kerdil tipe 2 menghasilkan gejala rugosa. Hasil DIBA terhadap 120 sampel tanaman bergejala kerdil tipe 1 dan 2 bereaksi positif terhadap antiserum Potato virus Y dengan frekuensi 86.25% dan 70%, Potato virus X sebesar 43.75% dan 0% dan Cucumber mosaic virus sebesar 56.25% dan 45%. Reaksi serologi positif CMV dengan intensitas warna ungu lemah diduga karena adanya reaksi non spesifik antiserum. Pada sampel tanaman sakit juga terdeteksi adanya PVY dan PVX dengan RT-PCR, serta Sweet potato little leaf phytoplasma (SPLL) terdeteksi dengan nested PCR berturut-turut menggunakan pasangan primer P1/P7 dan fU5/rU5. Analisis nukleotida dengan menggunakan primer universal virus berhasil mengonfirmasi bahwa penyakit kerdil tipe 1 berasosiasi dengan infeksi ganda PVY strain O dan PVX. Amplifikasi dan analisis nukleotida dengan menggunakan primer universal 16S rRNA fitoplasma dapat mengidentifikasi SPLL pada gejala kerdil 2; sedangkan CMV tidak teramplifikasi dengan primer spesifik. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kerdil tipe 1 pada kentang berasosiasi dengan infeksi ganda antara PVY dan PVX; sedangkan penyakit kerdil tipe 2 berasosiasi dengan infeksi ganda PVY dan SPLL. Kehilangan hasil panen kentang akibat penyakit kerdil di lapangan per individu tanaman mencapai 64.42%. Penyakit ini juga menurunkan kualitas umbi. Umbi yang berasal dari tanaman bergejala kerdil memperlihatkan perubahan ukuran, bentuk dan warna. Kehilangan hasil tanaman kentang per petak pengamatan di lapangan pada tingkat intensitas penyakit yang berbeda berkisar antara 10.35-26.43%. Konversi kehilangan hasil ke nilai rupiah per ha berkisar antara Rp 692 000 hingga Rp 4 870 400. Analisis regresi antara tingkat AUDPC berdasarkan keparahan penyakit dan tingkat kehilangan hasil menunjukkan nilai R square yang tinggi yaitu 88.6% dan menunjukkan korelasi sebesar 94.14%. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara keparahan penyakit kerdil dan kehilangan hasil.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcPhythoatologyid
dc.subject.ddcDWARF Diseasesid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBanjarnegara-Jawa Tengahid
dc.titlePenyakit Kerdil pada Kentang di Jawa Tengah: Identifikasi dan Taksasi Kehilangan Hasilnya.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAUDPCid
dc.subject.keywordKerdil kentangid
dc.subject.keywordPVXid
dc.subject.keywordPVYid
dc.subject.keywordSPLLid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record