Penyakit Kerdil pada Kentang di Jawa Tengah: Identifikasi dan Taksasi Kehilangan Hasilnya.
View/ Open
Date
2019Author
Fitriyati, Sofranita Syifa
Damayanti, Tri Asmira
Mutaqin, Kikin Hamzah
Metadata
Show full item recordAbstract
Kentang merupakan salah satu tanaman yang penting secara ekonomi di
Indonesia. Produksi kentang berfluktuasi dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya masalah penyakit. Dua tipe gejala kerdil pada sentra produksi kentang
di Jawa Tengah (Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara) baru-baru ini telah
ditemukan dengan insidensi penyakit berkisar 5-40%. Gejala penyakit ini diduga
disebabkan oleh virus dan atau fitoplasma. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeteksi dan mengidentifikasi penyebab gejala kerdil serta menaksir (taksasi)
kehilangan hasil akibat penyakit tersebut. Manfaat dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai penyebab penyakit kerdil pada kentang di
Jawa Tengah dan taksasi kehilangan hasilnya sehingga dapat dijadikan acuan
untuk melakukan langkah pengelolaan penyakit yang tepat sasaran.
Karakterisasi biologi patogen dilakukan dengan menularkan secara mekanis
dan melalui penyambungan. Gejala kerdil pada kentang dideteksi secara serologi
dengan metode Dot immunobinding assay (DIBA) menggunakan antiserum
Potato virus Y (PVY), Potato virus X (PVX), Potato virus S (PVS), Potato
leafroll virus (PLRV) dan Cucumber mosaic virus (CMV). Identifikasi patogen
dilakukan dengan teknik RT-PCR menggunakan primer universal Potyvirus dan
Potexvirus serta primer spesifik CMV; sedangkan deteksi fitoplasma dilakukan
dengan teknik nested-PCR menggunakan primer universal fitoplasma. DNA virus
dan fitoplasma selanjutnya dirunut dan dianalisis. Kehilangan hasil akibat
penyakit ditentukan berdasarkan pengamatan intensitas penyakit dan hasil panen
kentang pada lahan yang terinfeksi. Interaksi antara keparahan penyakit, Area
under disease progress curve (AUDPC) dengan hasil panen, tinggi tanaman,
jumlah umbi dan ukuran umbi dianalisis dengan uji chi-square, analisis korelasi
dan regresi.
Terdapat dua tipe gejala yang ditemukan di lapangan, yaitu pertama berupa
kerdil dengan daun keriting, klorosis dan malformasi daun; dan gejala kedua
adalah kerdil dengan rugosa, perubahan warna dan malformasi daun. Penularan
secara mekanis daun tanaman bergejala pada tanaman kentang sehat menunjukkan
gejala yang berbeda dengan gejala yang ditemukan di lapangan. Penularan melalui
penyambungan menggunakan inokulum tanaman bergejala tipe 1 menghasilkan
gejala klorosis, mosaik dan keriting; sedangkan penyambungan menggunakan
inokulum tanaman bergejala kerdil tipe 2 menghasilkan gejala rugosa.
Hasil DIBA terhadap 120 sampel tanaman bergejala kerdil tipe 1 dan 2
bereaksi positif terhadap antiserum Potato virus Y dengan frekuensi 86.25% dan
70%, Potato virus X sebesar 43.75% dan 0% dan Cucumber mosaic virus sebesar
56.25% dan 45%. Reaksi serologi positif CMV dengan intensitas warna ungu
lemah diduga karena adanya reaksi non spesifik antiserum. Pada sampel tanaman
sakit juga terdeteksi adanya PVY dan PVX dengan RT-PCR, serta Sweet potato
little leaf phytoplasma (SPLL) terdeteksi dengan nested PCR berturut-turut
menggunakan pasangan primer P1/P7 dan fU5/rU5. Analisis nukleotida dengan
menggunakan primer universal virus berhasil mengonfirmasi bahwa penyakit
kerdil tipe 1 berasosiasi dengan infeksi ganda PVY strain O dan PVX.
Amplifikasi dan analisis nukleotida dengan menggunakan primer universal 16S
rRNA fitoplasma dapat mengidentifikasi SPLL pada gejala kerdil 2; sedangkan
CMV tidak teramplifikasi dengan primer spesifik. Hal ini menunjukkan bahwa
penyakit kerdil tipe 1 pada kentang berasosiasi dengan infeksi ganda antara PVY
dan PVX; sedangkan penyakit kerdil tipe 2 berasosiasi dengan infeksi ganda
PVY dan SPLL.
Kehilangan hasil panen kentang akibat penyakit kerdil di lapangan per
individu tanaman mencapai 64.42%. Penyakit ini juga menurunkan kualitas umbi.
Umbi yang berasal dari tanaman bergejala kerdil memperlihatkan perubahan
ukuran, bentuk dan warna. Kehilangan hasil tanaman kentang per petak
pengamatan di lapangan pada tingkat intensitas penyakit yang berbeda berkisar
antara 10.35-26.43%. Konversi kehilangan hasil ke nilai rupiah per ha berkisar
antara Rp 692 000 hingga Rp 4 870 400. Analisis regresi antara tingkat AUDPC
berdasarkan keparahan penyakit dan tingkat kehilangan hasil menunjukkan nilai R
square yang tinggi yaitu 88.6% dan menunjukkan korelasi sebesar 94.14%. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara keparahan penyakit
kerdil dan kehilangan hasil.
Collections
- MT - Agriculture [3677]