Perbedaan Status Gizi dan Kebiasaan Makan Siswa SD serta Lingkungan terkait Pangan antara Wilayah Kota dan Desa di Bogor.
View/ Open
Date
2019Author
Insani, Putri Novia Choiri
Rimbawan
Palupi, Eny
Metadata
Show full item recordAbstract
Berdasarakan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, Indonesia menghadapi double burden malnutrition yang dialami oleh anak usia sekolah. Anak dengan gizi lebih atau gizi kurang berisiko untuk memiliki kebugaran fisik dan kemampuan kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan anak dengan status gizi normal. Saat dewasa, mereka juga berisiko untuk menderita penyakit tidak menular. Anak sekolah masih berada pada usia yang rentan mengalami malnutrisi. Lingkungan anak terkait pangan menjadi salah satu penyebab dari terjadinya malnutrisi pada anak. Perbedaan wilayah perkotaan dan pedesaan turut berperan dalam perbedaan status gizi dan lingkungan terkait pangan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan status gizi, kebiasaan makan, dan lingkungan terkait pangan pada siswa sekolah dasar antara wilayah perkotaan dan pedesaan di Bogor. Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Pamijahan menjadi lokasi penelitian yang mewakili wilayah perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini menggunakan data primer dengan desain studi cross-sectional. Subjek penelitian adalah siswa SD kelas 4 dan kelas 5 dari sekolah terpilih di masing-masing wilayah. Selain itu, orang tua siswa, guru, dan pedagang juga berpartisipasi dalam penelitian.
Data yang diperoleh dari siswa adalah status gizi (indikator Z-Score indeks massa tubuh, tinggi badan, dan persen lemak tubuh menurut umur), kebiasaan makan, dan asupan zat gizi. Data kebiasaan makan didapatkan dengan wawancara dan data asupan zat gizi diperoleh dengan wawancara food recall 3x24 jam. Kebiasaan makan siswa yang termasuk dalam penelitian adalah kebiasaan sarapan, jajan, membawa bekal, dan konsumsi kelompok pangan. Pada subjek orang tua, guru, dan pedagang, data yang diambil adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang gizi dan kesehatan yang diperoleh melalui kuesioner
Hasil dari penelitian menunjukkan perbedaan lingkungan terkait pangan pada domain pengetahuan, sikap, dan perilaku pada orang tua, yaitu orang tua di perkotaan memiliki skor yang lebih tinggi dibanding di perdesaan. Wilayah perkotaan menunjukkan lebih padatnya penjaja makanan di lingkungan rumah maupun di sekolah. Terdapat sebanyak lima belas pedagang di sekolah perkotaan, sedangkan di perdesaan hanya terdapat lima.
Studi ini menunjukkan bahwa anak perkotaan memiliki kebiasaan makan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan lebih banyaknya anak di perkotaan yang terbiasa sarapan dan jarang jajan. Hanya 58.5% anak di desa yang terbiasa sarapan, sedangkan di perkotaan jumlahnya mencapai 88.3%. Pada asupan total, anak di perkotaan juga menunjukkan kecukupan yang lebih tinggi. Anak di perkotaan menunjukkan lebih banyak anak (35.1%) dengan keragaman tinggi dibanding anak di perdesaan (7.7%). Selain itu, terdapat lebih banyak anak yang mengonsumsi pangan hewani seperti daging dan susu serta buah di perkotaan.
Terdapat double burden malnutrition pada subjek penelitian. Masing-masing wilayah menunjukkan masalah gizi, yaitu anak di perkotaan memiliki risiko lebih besar 18.9 kali mengalami overweight, sedangkan anak di perdesaan
berisiko lebih besar 5.3 kali mengalami stunting. Berdasarkan persen lemak tubuh, anak di kedua wilayah sama-sama menunjukkan presentase yang tinggi pada kejadian overfat/obese, yaitu sebesar 38.0% di perkotaan dan 33.9% di perdesaan.
Di wilayah perkotaan, anak yang sering sarapan dan jarang jajan di rumah memiliki orang tua dengan skor pengetahuan (76.0±11.9) dan sikap (82.0±9.0) yang lebih tinggi. Berdasarkan status gizi, anak yang stunting memiliki orang tua dengan perilaku yang lebih rendah. Anak yang overweight dan overfat memiliki orang tua dengan pengetahuan yang lebih baik, tapi perbedaan ini tidak ditunjukkan pada domain sikap dan perilaku
Collections
- MT - Human Ecology [2236]