Komunitas burung pada beberapa ketinggian di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
View/ Open
Date
2019Author
Hardina, Kanthi
Mulyani, Yeni Aryati
Mardiastuti, Ani
Metadata
Show full item recordAbstract
Burung merupakan satwa yang memiliki peran untuk menjaga kesehatan
lingkungan dengan melakukan pengendalian hama, penyebaran biji dan
penyerbukan tanaman. Kumpulan individu dari berbagai jenis burung yang berada
di suatu habitat dalam waktu dan ruang yang sama disebut dengan komunitas
burung. Pola komunitas burung dapat berbeda pada setiap habitat karena adanya
faktor lingkungan pada masing-masing habitat. Perubahan lingkungan juga
mempengaruhi kesehatan dan kondisi tubuh burung. Gradien ketinggian berupa
wilayah pegunungan merupakan habitat yang memiliki perubahan lingkungan
dengan rentang jarak yang minim. Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS) merupakan kawasan konservasi yang memiliki topografi pegunungan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis komunitas burung meliputi keanekaragaman
jenis, kekayaan jenis, kesamaan jenis dan guild pada tujuh ketinggian,
membandingkan bobot tubuh burung dan keberadaan salah lintang pada burung
pada ketinggian 900 m dpl dan 1700 m dpl di TNGHS, serta mengidentifikasi
hubungan antara jumlah jenis burung pada berbagai ketinggian dengan jumlah jenis
tumbuhan, tutupan tajuk (LAI), suhu, dan intensitas cahaya.
Penelitian ini dilaksanakan di Resort Gunung Koneng, Cimantaja, Gunung
Kencana dan Cikaniki, TNGHS pada bulan September-Oktober 2017 dan Februari
2018. Pengambilan data dilakukan dengan titik hitung (21 titik hitung pada tujuh
ketinggian) dan metode jala kabut (total 5728.53 jam jala). Data burung dianalisis
menggunakan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener, uji-t
keanekaragaman, indeks kekayaan jenis Margalef, dan indeks kesamaan komunitas
Bray-Curtis. Jenis burung yang teramati dan tertangkap kemudian dikelompokkan
kedalam guild berdasarkan jenis pakan utama yaitu karnivora, frugivora, omnivora,
granivora, insektivora terestrial/arboreal dan insektivora aerial. Jenis burung yang
tertangkap dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Data habitat dianalisis
menggunakan perhitungan dominansi jenis dan profil vegetasi. Data burung dan
faktor lingkungan selanjutnya dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman.
Penelitian mendapatkan 90 jenis burung dari 31 suku yang teramati dan
tertangkap. Keanekaragaman jenis burung bervariasi di setiap ketinggian
(2.22<H’<3.05). Keanekaragaman dan kekayaan jenis burung tertinggi berada pada
ketinggian 1100 m dpl (H’=3.05, DMg=6.62). Keanekaragaman dan kekayaan jenis
burung yang tinggi pada ketinggian 1100 m.dpl mengindikasikan bahwa habitat
pada ketinggian tersebut memiliki ketersediaan sumberdaya yang melimpah untuk
mendukung kehidupan burung. Keanekaragaman dan kekayaan jenis burung lebih
rendah pada ketinggian yang rendah. Hal ini karena adanya gangguan habitat pada
ketinggian yang lebih rendah. Uji-t keanekaragaman menunjukkan adanya
perbedaan keanekaragaman antar 13 pasang ketinggian (t>1.96, P<0.05). Hal ini
membuktikan bahwa kondisi habitat berbeda pada 13 pasang ketinggian tersebut.
Kesamaan komunitas burung tertinggi yakni antara ketinggian 500 m dan 700 m
dpl (IS=52%).
Enam tipe guild ditemukan pada tujuh ketinggian. Guild yang dominan yaitu
insektivora terestrial/arboreal. Tipe guild insektivora terestrial/arboreal yang
dominan menunjukkan bahwa kondisi habitat pada setiap ketinggian memiliki
sumberdaya pakan berupa serangga yang melimpah. Uji Mann-Whitney mendapati
bahwa tidak ada perbedaan antara bobot tubuh burung (z=-1.74, P>0.05) dan
jumlah salah lintang (z=-1.62, P>0.05) antara ketinggian 900 m dan 700 m dpl.
Namun demikian, bobot tubuh burung pada kelompok burung sangat kecil lebih
besar dan jumlah salah lintang lebih sedikit pada ketinggian 900 m dpl. Pada
ketinggian 1700 m dpl rata-rata bobot tubuh lebih kecil dan jumlah salah lintang
lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan tubuh burung lebih
baik pada ketinggian 900 m dpl. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa hanya
suhu yang berkorelasi terhadap jumlah jenis burung, sedangkan jumlah jenis
tumbuhan, tutupan tajuk (LAI), suhu dan intensitas cahaya tidak. Jumlah jenis
burung memiliki korelasi negatif yang bermakna jumlah jenis burung akan
meningkat seiring dengan menurunnya suhu.
Hasil penelitian mendapatkan adanya indikasi perubahan tren yakni jumlah
jenis burung meningkat seiring dengan bertambahnya ketinggian. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan adanya indikasi
perubahan tren tersebut. Selain itu, perlu dilakukan pengamanan yang lebih intensif
pada habitat hutan di ketinggian yang lebih rendah. Hal ini karena habitat hutan di
ketinggian yang lebih rendah memiliki gangguan habitat yang lebih intensif
Collections
- MT - Forestry [1411]