Kinerja Pertumbuhan dan Respons Imun Ikan Lele Clarias sp. yang Diberi Bacillus sp. ND2 dan Madu serta Diinfeksi Aeromonas hydrophila
View/ Open
Date
2019Author
Sumartini, Iis
Widanarni, Widanarni
Yuhana, Munti
Metadata
Show full item recordAbstract
Penerapan sistem budidaya intensif pada budidaya ikan lele sering mengalami
beberapa kendala seperti menurunnya kinerja pertumbuhan dan meningkatnya
serangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah motil
aeromonad septicaemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas
hydrophila. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik sudah sangat dibatasi
bahkan dilarang karena memberikan beberapa efek negatif seperti efek residu pada
ikan dan resistensi bakteri. Penggunaan probiotik dan prebiotik terbukti dapat
menstimulasi respons imun ikan sehingga dapat digunakan sebagai alternatif
pencegahan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penambahan
probiotik Bacillus sp. ND2 dan prebiotik madu terhadap kinerja pertumbuhan,
respons imun dan resistensi terhadap infeksi A. hydrophila pada ikan lele
(Clarias sp.).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan penelitian terdiri dari
kontrol (+) yaitu pakan tanpa penambahan Bacillus sp. ND2 dan madu dan diinfeksi
A. hydrophila, kontrol (-) yaitu pakan tanpa penambahan Bacillus sp. ND2 dan
madu namun tidak diinfeksi A. hydrophila, pakan probiotik ditambahkan Bacillus
sp. ND2 1% dan diinfeksi A. hydrophila, pakan prebiotik ditambahkan madu 0.5%
dan diinfeksi A. hydrophila, serta pakan sinbiotik ditambahkan Bacillus sp. ND2
1% dan madu 0.5% dan diinfeksi A. hydrophila. Ikan lele dengan bobot awal
20.94±1.13 g dipelihara selama 45 hari dengan pemberian pakan perlakuan secara
at satiation tiga kali sehari. Uji tantang dengan A. hydrophila dilakukan setelah
masa pemeliharaan 45 hari dengan pengamatan mortalitas selama 7 hari. Parameter
uji pada penelitian ini yaitu kinerja pertumbuhan yang meliputi laju pertumbuhan
harian (LPH) dan rasio konversi pakan (RKP), tingkat kelangsungan hidup (TKH),
populasi bakteri di usus, serta parameter imunologis yang terdiri dari aktivitas
lisozim, aktivitas respiratory burst (RB) dan ekspresi gen imun IL-1β.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TKH pada semua perlakuan tidak
menunjukkan perbedaan (100±0.00%). Nilai LPH pada perlakuan sinbiotik lebih
tinggi (3.00±0.04%) dan berbeda nyata dibandingkan semua perlakuan, diikuti LPH
pada perlakuan prebiotik dan probiotik yang juga lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kontrol. Nilai RKP terbaik terdapat pada perlakuan sinbiotik (1.00±0,01)
diikuti prebiotik, probiotik, dan kontrol (P<0.05). Perlakuan probiotik, prebiotik
dan sinbiotik memiliki kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan
kontrol. Penambahan Bacillus sp. ND2 diduga mampu meningkatkan daya cerna
ikan lele karena Bacillus sp. ND2 merupakan bakteri yang bersifat proteolitik,
amilolitik, dan lipolitik. Madu berfungsi sebagai sumber nutrien bagi bakteri
probiotik sehingga aktivitas enzim pencernaan meningkat yang berdampak pada
peningkatan daya cerna ikan. Kombinasi Bacillus sp. ND2 dan madu memberikan
sinergi yang positif bagi kinerja pertumbuhan ikan lele. Populasi total bakteri usus
meningkat pada perlakuan prebiotik dan sinbiotik dibandingkan dengan kontrol.
Total Bacillus sp. ND2 pada perlakuan probiotik dan sinbiotik menunjukkan bahwa
Bacillus sp. ND2 mampu memodifikasi dan mendominasi populasi bakteri usus
ikan lele. Aktivitas lisozim menunjukkan peningkatan pada perlakuan probiotik
(47.41±3.39 UI mL-1menit-1), prebiotik (43.70±2.57 UI mL-1menit-1) dan sinbiotik
(52.59±2.57 UI mL-1menit-1) pada akhir masa pemeliharaan. Peningkatan ini
diduga karena adanya interaksi antara sel imun dengan sel fagosit yang akan
memicu respons imun. Penurunan aktivitas lisozim terlihat pada akhir masa uji
tantang dan tidak menunjukkan adanya perbedaan antara perlakuan kontrol,
probiotik, prebiotik, dan sinbiotik (P<0.05). Pada tahap ini ikan diduga sudah
memasuki tahap pemulihan pascainfeksi dan kembali ke kondisi seimbang. Data
aktivitas RB menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas RB pada akhir masa
pemeliharaan pada perlakuan probiotik (0.41±0.05), prebiotik (0.47±0.02) dan
sinbiotik (0.61±0.05) dibandingkan dengan kontrol (+) (0.25±0.05) dan kontrol (–)
(0.26±0.07). Peningkatan respons imun diduga karena efek imunomodulatory
probiotik dan prebiotik yang diberikan. Hasil pengamatan aktivitas RB setelah masa
uji tantang menunjukkan telah terjadi penurunan aktivitas bila dibandingkan dengan
sebelum uji tantang. Nilai aktivitas RB yang lebih tinggi terdapat pada perlakuan
sinbiotik (0.32±0.05) dan probiotik (0.32±0.04) (P<0.05). Hal ini diduga karena
aktivitas RB sudah berhasil memusnahkan bakteri yang menyebabkan infeksi.
Ekspresi gen IL-1β di akhir masa pemeliharaan meningkat pada perlakuan prebiotik
(1.25±0.10) bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Tidak ada peningkatan
ekspresi gen IL-1β pada perlakuan probiotik dan sinbiotik. Ekspresi gen IL-1β
meningkat pada semua perlakuan tujuh hari pascauji tantang dengan ekpresi
tertinggi pada perlakuan sinbiotik (5.50±2.77) bila dibandingkan dengan pra uji
tantang. TKH ikan lele setelah uji tantang dengan A. hydrophila menunjukkan
bahwa perlakuan sinbiotik memberikan TKH tertinggi (86.67±5.77%) (P<0.05).
Perlakuan probiotik (76.67±5.77%) dan prebiotik (73.33±5.77%) juga
menunjukkan TKH yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kontrol (+)
(56.67±5.77%). Penambahan Bacillus sp. ND2 dan madu mampu meningkatkan
respons imun ikan lele sehingga ikan lebih tahan terhadap infeksi A. hydrophila.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan probiotik
Bacillus sp. ND2 1% dan prebiotik madu 0.5% mampu meningkatkan kinerja
pertumbuhan, respons imun dan resistensi terhadap infeksi A. hydrophila pada ikan
lele (Clarias sp.) dengan hasil terbaik pada perlakuan sinbiotik.
Collections
- MT - Fisheries [2935]