Status Keberlanjutan Pengelolaan Perkebunan Inti Rakyat Kelapa Sawit Berkelanjutan Di Trumon, Kabupaten Aceh Selatan
View/ Open
Date
2018Author
Al-Jaktsa, Nurul Lailan Najmi
Suharno
Fariyanti, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Di Indonesia ada tiga pilar perkebunan kelapa sawit yakni perkebunan rakyat, perkebunan besar milik negara dan perkebunan besar milik swasta. Meskipun memberikan kontribusi besar dalam pembangunan daerah dan perekonomian nasional, pembangunan agribisnis kelapa sawit harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan, sehingga menjamin kelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial masyarakat. Permasalahan pokok dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti hingga saat ini adalah masih bersifat sektoral dan belum didasarkan atas pertimbangan multi sektoral dan multi dimensi. Kondisi ini menimbulkan kerugian ganda berupa hilangnya pendapatan petani, kerusakan lingkungan dan masalah sosial. Secara umum tujuan penelitian ini adalah 1) Mengevaluasi status keberlanjutan pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit, 2) Menganalisis faktor-faktor penentu keberlanjutan terhadap pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan di Trumon Kabupaten Aceh Selatan, Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari- Mei 2018. Analisis keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti-plasma dilakukan dengan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan teknik Rap-Insus palm oil (Rapid Appraisal-Index Sustainability of plam oil Management). Responden kelompok pakar (stakeholders) dilakukan secara purpossive. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur padawawancara mendalam (indepth interview) terhadap stakeholders. Adapun jumlah responden stakeholders sebanyak 26 orang terdiri dari PEMDA (delapan orang), LSM (lima orang), Masyarakat (lima orang), Perusahaan (tiga orang) dan kantor desa (lima orang). Data sekunder diambil dari Kantor desa, Kantor Kecamatan dan Kabupaten.
Hasil analisis status keberlanjutan perkebunan kelapa sawit menunjukkan nilai indeks dari masing-masing dimensi yaitu dimensi ekologi 64.04, dimensi teknologi 53.26, dimensi ekonomi 48.83, dimensi kelembagaan 45.54, dan nilai indeks yang paling rendah adalah dimensi sosial yakni 35.92. Ada sembilan atribut utama atau faktor kunci yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti-plasma, yaitu: 1) penduduk yang bekerja disektor perkebunan, 2) waktu dan cara pemberian pupuk hingga panen, 3) Harga TBS di tingkat petani, 4) aksesibilitas kelompok tani ke perbankan, 5) mekanisme pengolahan tanah, 6) aksebilitas komunikasi Desa, 7) kelompok tani, 8) penggunaan teknologi konservasi lahan dan air, 9) Pengelolaan organisme Pengganggu tanaman (OPT).
Indeks keberlanjutan multidimensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit inti rakyat ini adalah 49.10 persen artinya status keberlanjutannya masih kurang berlanjut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengelolaan secara terpadu disamping sebagai kegiatan agribisnis, kurang adanya partisipasi petani untuk berkelompok tani dan ber KUD, karena peran lembaga tersebut untuk mengakses modal ke pihak perbankan tidak mampu serta rendahnya pendidikan formal, sehingga aksebilitas komunikasi petani dengan lembaga kurang memadai. Juga
tidak adanya upaya penyelamatan lingkungan, seperti dalam upaya mengurangi terjadinya degradasi lahan, tanah yang mudah rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain. Pada umumnya dampak yang ditimbulkan oleh usaha budidaya tanaman, berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan kualitas air, persebaran hama penyakit dan gulma. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami, antar lain: perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]