Pengaruh Iklim Terhadap Habitat Larva dan Kepadatan Nyamuk Anopheles spp. Serta Kaitannya dengan Kasus Malaria di Kota Jayapura
Date
2018Author
Tulak, Noper
Handoko
Hidayati, Rini
Hadi, Upik Kesumawati
Hakim, Lukman
Metadata
Show full item recordAbstract
Malaria disebabkan olah parasit Plasmodium sp. yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles spp. betina. Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang serius dibeberapa wilayah di Indonesia khususnya di
Provinsi Papua dan Papua Barat. Malaria di Provinsi Papua tersebar pada hampir
semua wilayah dengan kategori high case incidence. Peningkatan penularan
malaria dipengaruhi kondisi lokal diantaranya iklim, ketersediaan habitat, perilaku
manusia dan populasi nyamuk sebagai vektor.
Kajian mengenai malaria telah banyak dilakukan pada berbagai aspek, baik
dalam bidang biologi, medik, parasit, entomologi maupun ekologi yang
berhubungan dengan iklim. Namun, hingga saat ini kasus malaria masih tinggi
dibeberapa wilayah di bagian Timur Indonesia. Penularan malaria sangat spesifik
di suatu wilayah, sehingga hasil kajian yang telah dilakukan di tempat lain tidak
efektif apabila diterapkan pada wilayah lainnya. Disamping itu, sebagian besar
penelitian malaria yang terkait dengan iklim di Indonesia sifatnya parsial, yaitu
mengkaji kasus secara terpisah pada wilayah yang berbeda atau hanya melihat
kasus tertentu. Misalnya, di wilayah yang satu hanya mengkaji kaitan iklim
dengan kasus malaria tanpa mengkaji pengaruh iklim terhadap vektor penularnya,
sedangkan di wilayah lainnya hanya mengkaji hubungan iklim dengan nyamuk
dewasa tanpa memperhatikan nyamuk pradewasa. Akibatnya informasi pengaruh
iklim terhadap vektor dan malaria yang diberikan tidak lengkap.
Kajian dalam penelitian ini lebih komprehensif karena berkesinambungan
dan simultan mengkaji pengaruh iklim dan non iklim terhadap vektor dan malaria
pada wilayah yang sama. Penelitian sejenis belum pernah dilakukan di Provinsi
Papua khususnya di Kota Jayapura. Oleh karena itu, selain komprehensif,
penelitian ini memberikan kebaruan informasi tentang kaitan iklim maupun non
iklim terhadap vektor dan penyakit malaria di Kota Jayapura sebagai salah satu
daerah endemis malaria. Informasi tersebut menyangkut nilai ambang batas unsur
iklim yang patut diwaspadai karena dapat meningkatkan kepadatan vektor dan
peningkatan kasus malaria.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara komprehensif
hubungan antara faktor iklim dan non iklim terhadap kepadatan larva, kepadatan
vektor dan kejadian penyakit malaria serta mendapatkan informasi sebaran habitat
larva dan jenis nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria di Kota Jayapura.
Penelitian dilakukan secara cross section dan longitudinal untuk mengukur data
primer yang terdiri dari data iklim, karakteristik habitat larva, sebaran habitat
larva, kepadatan larva dan kepadatan vektor. Penelitian ini terdiri dari empat
kajian yang dilakukan selama 1 tahun mulai dari bulan Juni 2014-Juni 2015 di
Kota Jayapura. Tahap pertama mengkaji sebaran habitat larva, jenis habitat larva,
jenis larva dan karakteristik habitat larva nyamuk Anopheles spp. Hasil kajian
menunjukkan bahwa habitat larva nyamuk Anopheles spp. di Kota Jayapura
tersebar pada berbagai jenis penutupan lahan yaitu permukiman, lahan budidaya
ikan, kebun, lahan kosong, rawa-rawa dan pantai. Ada 10 jenis habitat positif
larva yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. yaitu
kolam, kobakan, kubangan, lagun, parit, kali, bekas tapak ban, bekas tambak,
rawa-rawa dan sumur. Luas habitat larva bervariasi antara 0.04-150 m2 dengan
kedalaman air antara 5-120 cm. Adapun nilai pH air habitat larva berkisar antara
6.4-7.7 dengan salinitas air hingga 17 ‰. Suhu air habitat larva berkisar antara
26.6-31.8 oC. Vegetasi air yang terdapat pada habitat larva didominasi oleh
tanaman kangkung dan rumput air dengan kerapatan jarang hingga rapat. Larva
nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria yang ditemukan ada 3 jenis yaitu
An. koliensis, An. punctulatus dan An. farauti.
Tahap kedua dari penelitian ini mengkaji hubungan unsur iklim dan non
iklim (karakteristik habitat larva) terhadap kepadatan larva nyamuk Anopheles spp.
Hasil kajian menunjukkan, kepadatan larva nyamuk Anopheles spp. dipengaruhi
oleh unsur iklim yaitu curah hujan dan karakteristik habitat larva yaitu suhu air,
kerapatan vegetasi dan salinitas. Pengaruh unsur iklim dan karakteristik habitat
terhadap kepadatan larva nyamuk berkisar antara 37% hingga 68%. Secara umum,
kepadatan larva nyamuk Anopheles spp. pada habitat kolam akan meningkat
ketika curah hujan rataan bergerak 7 harian sebesar 9 mm/hari dan pada habitat
lagun sebesar 12.6 mm/hari. Nilai ini merupakan ambang batas (threshold)
maksimum curah hujan yang dapat meningkatkan kepadatan larva. Adapun nilai
threshold suhu air yang menjadi penciri kepadatan larva pada semua habitat yang
diamati sebesar 28 ºC, sedangkan nilai threshold salinitas air sebesar 6.5 ‰.
Tahap ketiga dari penelitian ini menganalisis pengaruh iklim terhadap
kepadatan nyamuk Anopheles spp. dan perilaku nyamuk Anopheles spp. mengisap
darah di dalam rumah dan di luar rumah. Hasil analisis menunjukkan, aktivitas
nyamuk Anopheles spp. mengisap darah di luar rumah berlangsung dari pukul
18.00 hingga pukul 05.00 dini hari, sedangkan di dalam rumah berlangsung mulai
dari pukul 19.00 hinga pukul 06.00. Waktu mengisap darah dipengaruhi oleh suhu
udara dan kelembaban udara relatif sebesar 37% hingga 83%. Nyamuk Anopheles
spp. yang tertangkap di luar rumah mengalami peningkatan pada saat suhu udara
berkisar antara 25.8-28 ºC dan kelembaban udara lebih rendah dari 87 % dengan
suhu udara dan kelembaban relatif optimum sebesar 27 ºC dan 83%. Adapun
kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap di dalam rumah mengalami
peningkatan pada saat suhu udara berkisar antara 26.8-28.2 ºC dan kelembaban
udara antara 80-86% dengan suhu udara dan kelembaban relatif optimum masingmasing
sebesar 27.7 ºC dan 82%. Selanjutnya, kepadatan nyamuk Anopheles spp.
yang tertangkap per orang per malam dipengaruhi oleh curah hujan mingguan lag
3 minggu sebelum penangkapan nyamuk sebesar 34% dan curah hujan bulanan
lag 1 bulan sebesar 81%. Curah Hujan optimum yang dapat meningkatkan
kepadatan nyamuk mengisap darah per bulan sebesar 150 mm/bulan.
Kajian keempat dari penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
iklim, kepadatan larva dan kepadatan vektor terhadap kasus malaria. Hasil kajian
menunjukkan, unsur iklim, kepadatan larva dan kepadatan nyamuk Anopheles
spp. mempunyai hubungan bermakna dengan kasus malaria 2 hingga 6 minggu
berikutnya. Ada 2 unsur iklim yang berpengaruh nyata yaitu curah hujan dan suhu
udara.