Strategi Pengembangan Susu Kambing di Bogor
View/ Open
Date
2018Author
Martha, Lalita Paraduhita
Sarma, Ma'mun
Najib, Mukhamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Konsumsi susu segar per kapita per tahun pada 2014 naik dari 0.104 liter
menjadi 0.156 liter dibandingkan tahun sebelumnya. Kebutuhan susu dalam negeri
yang terus meningkat masih dipenuhi dengan melakukan impor dalam jumlah besar.
Hal ini disebabkan karena jumlah produksi susu sapi nasional masih belum
mencukupi kebutuhan susu dalam negeri. Salah satu alternatif pemenuhannya yaitu
dengan menambah pasokan dari ternak lainnya seperti kambing perah. Bogor
merupakan daerah potensial untuk pengembangan usaha peternakan kambing perah.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengkaji sikap, perilaku dan pola konsumsi
masyarakat Bogor terhadap susu kambing; 2) menganalisis potensi usaha susu
kambing di Bogor dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternalnya; dan
3) menyusun strategi pengembangan usaha susu kambing di Bogor.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai November
2016 melalui wawancara menggunakan alat bantu kuesioner dengan pendekatan
Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) dan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Responden berjumlah 100 orang, 50 orang yang pernah
mengonsumsi susu kambing dan 50 lainnya yang belum pernah. Responden untuk
SWOT berjumlah 9 orang dan AHP sebanyak 7 orang. Responden tersebut terdiri
dari akademisi, peternak kambing perah di Kabupaten Bogor, agen/penjual susu
kambing di Bogor, serta dinas peternakan kota dan kabupaten.
Penelitian diawali dengan menganalisis sikap masyarakat Bogor terhadap susu
kambing, kemudian menganalisis faktor internal dan eksternal pada usaha susu
kambing menggunakan SWOT. Selanjutnya dilakukan AHP untuk memberikan
peringkat strategi pengembangan susu kambing di Kota dan Kabupaten Bogor.
Faktor internal usaha susu kambing di Kota dan Kabupaten Bogor memiliki total skor
sebesar 2.617, sedangkan faktor eksternal nya memiliki total skor sebesar 3.010.
Penggabungan kedua matriks tersebut menempatkan usaha susu kambing berada di
sel II, yaitu sel tumbuh dan membangun (grow and build).
Rekomendasi prioritas strategi pengembangan susu kambing berdasarkan hasil
AHP adalah menjadikan pengembangan susu kambing sebagai bagian dari road map
pemerintah dalam upaya mengoptimalkan potensi Kota dan Kabupaten Bogor (S6);
mendorong kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan menjaga kesehatan dengan
mengedukasi masyarakat luas tentang kebaikan mengonsumsi susu kambing, serta
komponen gizi yang terkandung dalam susu kambing dan manfaatnya (S2);
menggencarkan promosi kandungan nutrisi susu kambing beserta manfaat
mengonsumsinya dalam berbagai bentuk, seperti brosur dan iklan, baik melalui
media cetak (koran) maupun elektronik (TV, radio, iklan di internet) (S3); jaminan
keamanan usaha dari pemerintah untuk peternak agar tetap berproduksi tanpa takut
merugi (S5); meningkatkan peran asosiasi atau himpunan peternak kambing perah
guna meningkatkan posisi tawar peternak kambing perah (S7); dukungan pemerintah
bagi peternak dalam mendapatkan izin edar produk (S1); mendirikan GKSI
(Gabungan Koperasi Susu Indonesia) untuk menampung dan menyalurkan susu
kambing dari peternak (S4).
Collections
- MT - Economic and Management [2975]