Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) di Indonesia Berdasarkan Marka Morfologi, Metabolomik dan Molekuler.
View/ Open
Date
2018Author
Pratiwi, Erviana Eka
Dinarti, Diny
Maharijaya, Awang
Metadata
Show full item recordAbstract
Bawang merah (Allium cepa var aggregatum) di Indonesia termasuk salah
satu tanaman Allium yang penting dan telah lama diusahakan oleh petani di
Indonesia secara intensif. Penggunaan bawang merah telah banyak diketahui
sebagai perasa dalam makanan ataupun digunakan sebagai bahan obat-obat herbal.
Permintaan bawang merah terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan
pertambahan penduduk. Sehingga komoditi bawang merah terus dikembangkan di
Indonesia. Bawang merah yang ditemukan di Indonesia memiliki bentuk morfologi
yang beragam. Disetiap daerah memiliki genotipe lokal, genotipe tersebut
berkembang mengikuti keinginan dari selera konsumen. Keragaman bentuk
bawang merah yang ada di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan marka
morfologi, metabolomik dan marka molekuler.
Pengetahuan keragaman genetik sangat penting dalam program pemuliaan,
karena hal ini merupakan dasar dalam pengembangan tanaman selanjutnya.
Eksplorasi dan identifikasi merupakan kegiatan utama dalam program pemuliaan
dengan cara mengumpulkan dan mengoleksi semua sumber keragaman genetik
yang tersedia. Kegiatan dilanjutkan dengan karakterisasi semua sifat yang dimiliki
pada sumber keragaman genetik yang dapat dijadikan sebagai informasi dasar
untuk melanjutkan program pemuliaan.
Empat puluh genotipe bawang merah yang dikoleksi oleh Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT) dari berbagai daerah di Indonesia merupakan materi
genetik yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa beberapa genotipe bawang merah (Allium cepa var. aggregatum)
berdasarkan penanda morfologi, kandungan senyawa metabolit dan penanda
molekuler RAPD.
Keragaman karakter morfologi pada tanaman terlihat dari perbedaan fenotipe
tajuk dan umbi. Analisis keragaman morfologi bawang merah berdasarkan 21
karakter morfologi menunjukkan koefisien ketidakmiripan sebesar 0.59 sehingga
membagi 40 genotipe bawang merah menjadi 2 kelompok utama. Subkelompok Ia
terdiri dari BM72 dan BM14. Subkelompok Ib terdiri BM07, BM09, BM63, BM18,
BM68, BM06, BM12, BM28, BM77, BM21, BM62, BM76, BM58, BM25, BM59,
BM45, BM24, BM22B, BM67, BM56, BM75, BM65, BM60, BM29, BM20,
BM74, BM64, BM03. Subkelompok Ic terdiri dari BM19, BM10, BM05, BM57,
BM47, BM26, BM66, BM02. Kelompok II terdiri genotipe BM78 dan BM01.
Analisis morfologi berdasarkan 14 karakter morfologi umbi menunjukkan koefisien
ketidakmiripan sebesar 0.48 dan membagi 40 genotipe bawang merah kedalam 2
kelompok utama. Subkelompok Ia terdiri dari BM07, BM72, BM14, BM09, BM58,
BM66, BM18, BM68, BM63, BM06. Subkelompok Ib terdiri dari BM77, BM28,
BM59, BM10, BM75, BM67, BM57, BM47, BM26, BM05, BM22B, BM62,
BM56, BM21, BM25, BM60, BM29, BM45, BM24, BM20, BM76, BM65, BM03,
BM74, BM64, BM02 dan kelompok II terdiri dari BM19, BM12, BM78, BM01.
Tiga belas karakter yang dapat dijadikan karakter penciri pada 40 genotipe
bawang merah yaitu melunaknya tajuk, kelengkungan tajuk, jumlah daun batang
semu, diameter daun, ukuran umbi, tingkat membelah bagian umbi, diameter umbi,
posisi umbi pada diameter terluas, lebar leher umbi, bentuk umbi membujur, bentuk
umbi pada ujung batang, warna dasar kulit umbi kering dan intensitas warna kulit
umbi kering.
Senyawa dari turunan sulfur yang dihasilkan sejumlah genotipe berbeda-beda
seperti farnesyl acetate (BM07), methylsulfanyl-4,5,6,7-tetrahydrobenzo[
c]thiophene (BM26), nonadecane (BM29), allyl-dimethylcyclopropane
(BM45), lanosterol (BM47), stearic acid (BM60), propyl alcohol (BM21), palmitic
acid dihasilkan oleh sebagian besar genotipe. Senyawa lain yang juga ditemukan
pada 40 genotipe bawang merah triterpenoid, karotenoid, volatile, senyawa
aromatik, gliserida, alkane, vitamin D3.
Keragaman genetik ditunjukkan pita amplifikasi polimorfik sebesar 100%
dari 229 total pita yang dihasilkan. Analisis kluster yang ditampilkan pada
dendrogram menunjukkan koefisien ketidakmiripan sebesar 0.41 sehingga
membagi 40 genotipe bawang merah kedalam dua kelompok utama. Kelompok I
terdiri dari BM12, BM09 dan BM07. Subkelompok IIa terdiri dari BM74, BM72,
BM68, BM67, BM77, BM78, BM76, BM75, BM66 dan BM65. Subkelompok IIb
terdiri dari BM21, BM22B, BM19, BM20, BM18, BM14, BM10, BM06, BM05,
BM02, BM03 dan BM01. Subkelompok IIc terdiri dari BM64, BM63, BM62,
BM60, BM59, BM58, BM57, BM56, BM47, BM45, BM29, BM28, BM26, BM25
dan BM24.
Genotipe BM01 dan BM07 potensial dikembangkan dalam program
pemuliaan tanaman. Genotipe tersebut memiliki perbedaan pada karakter tajuk dan
umbi serta memiliki senyawa spesifik pada kelompok sulfur.
Collections
- MT - Agriculture [3683]