Evaluasi Potensi Lanskap Kampung Batik Laweyan, Surakarta sebagai Wisata Budaya.
Abstract
Batik telah ditekuni masyarakat di Pulau Jawa, salah satunya masyarakat Kampung Laweyan. Sejak 2004, Kampung Laweyan telah ditetapkan sebagai destinasi wisata budaya, dan terus mengalami peningkatan intensitas wisata. Daya tarik yang dimiliki Kampung Batik Laweyan berupa kekayaan budaya baik budaya tangible (bendawi) maupun intangible (non bendawi). Berbagai potensi tersebut belum dikembangkan dan dikelola secara optimal sehingga memunculkan permasalahan yang dapat mengancam keberlanjutan Kampung Batik Laweyan sebagai wisata budaya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi potensi wisata budaya. Lokasi penelitian berada di Kampung Laweyan, Surakarta dengan luas 24,83 Ha. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari hingga September 2018. Metode yang digunakan adalah analisis potensi objek dan atraksi wisata budaya berdasarkan kriteria signifikansi budaya berdasarkan Burra Charter (ICOMOS 1999) dan Avenzora (2008), analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM), serta analisis persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis potensi lanskap Kampung Batik Laweyan. Berdasarkan hasil penilaian potensi wisata budaya, Dusun Setono, Sayangan Kulon, dan Sayangan Wetan termasuk ke dalam kategori sangat potensial, sedangkan Dusun Lor Pasar, Klaseman, Kidul Pasar, Kramat, dan Kwanggan termasuk ke dalam kategori potensial. Hasil PKM terhadap aspek ekologi (153), aspek sosial (318), dan aspek spiritual (300) menghasilkan nilai total skor (771) yang menunjukkan status keberlanjutan mencapai suatu awal yang baik sebagai ecovillage. Adapun hasil analisis persepsi preferensi masyarakat dan pengunjung menunjukkan penerimaan serta tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam pengembangan Kampung Laweyan sebagai kampung wisata budaya. Berdasarkan hasil analisis, diusulkan rekomendasi pelestarian kampung serta keberlanjutan masyarakat. Rekomendasi pelestarian berfokus pada pengembangan potensi wisata yang disusun berdasarkan zonasi wisata (zona wisata inti dan zona wisata pengembangan). Rekomendasi keberlanjutan masyarakat berfokus pada pengolahan limbah batik, pengembangan industri batik, pelestarian budaya, dan pensinergisan kepentingan.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]