Hubungan antara Faktor Iklim dengan Titik Panas sebagai Indikator Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan
Abstract
Kebakaran hutan di Kalimantan disebabkan oleh berbagai faktor seperti
meningkatnya aktivitas pembukaan lahan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan
dan industri yang didukung oleh kondisi iklim. Indikasi kejadian kebakaran hutan
dan lahan di Indonesia dapat diketahui dari informasi titik panas atau hotspot
dengan memanfaatkan kanal yang berada pada satelit MODIS Aqua. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sebaran hotspot dengan faktor iklim
pada kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan. Jumlah titik panas di Kalimantan
dipengaruhi oleh faktor iklim berupa curah hujan dan suhu rata-rata. Sebaran titik
panas yang tinggi terjadi pada suhu > 31oC dan curah hujan < 150 mm per bulan.
Titik panas tidak menggambarkan sepenuhnya kebakaran lahan, tetapi dapat
menjadi gambaran umum bahwa luas kebakaran hutan dan lahan (ha) setara dengan
0.6 dari jumlah titik panas di Kalimantan. Fenomena meteorologi El Niño Southern
Oscilation (ENSO) berkorelasi nyata dengan luas kebakaran hutan dan lahan
maupun jumlah titik panas terutama pada pola musiman Agustus, September dan
Oktober (ASO). Rata-rata jumlah titik panas tertinggi terjadi di bulan Agustus
dimana pada bulan tersebut sedang mengalami puncak musim kemarau. Analisis
dengan jeda waktu pada variabel penduga (curah hujan dan suhu) belum dapat
digunakan untuk menjadi bahan acuan untuk menduga kejadian kebakaran hutan
pada 10-30 hari ke depan.