Analisis Kerentanan Banjir di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.
View/ Open
Date
2018Author
Akbar, Sutannoor
Tjahjono, Boedi
Munibah, Khursatul
Metadata
Show full item recordAbstract
Kecamatan Baleendah merupakan salah satu dari tiga kecamatan yang
terkena dampak banjir hasil luapan Sungai Citarum Hulu. Secara morfologi
sebagian besar wilayah Kecamatan Baleendah berada di dasar Cekungan Bandung.
Kondisi ini menyebabkan Kecamatan Baleendah rentan terhadap banjir. Bencana
banjir dapat menimbulkan dampak fisik, ekonomi, sosial, maupun ekologis, seperti
kerusakan infrasturuktur, trauma bahkan korban jiwa. Oleh karena itu perlu adanya
mitigasi banjir dimana salah satu bentuk mitigasi banjir adalah menurunkan nilai
kerentanan banjir. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penutup/penggunaan
lahan menggunakan citra Google Earth serta melakukan analisis kerentanan banjir
di Kecamatan Baleendah. Kerentanan banjir dinilai berdasarkan tiga aspek, yaitu
aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pairwise Comparation untuk menentukan pembobotan masing-masing
parameter kerentanan dan Multi Criteria Evaluation untuk menghitung nilai
kerentanan. Berdasarkan hasil interpretasi, terdapat 8 kelas penggunaan lahan
(irigasi, jalan, sawah, permukiman, tegalan, kebun campuran, pabrik, dan lahan
terbuka) dan 3 kelas penutup lahan (danau, hutan, dan sungai) di Kecamatan
Baleendah. Permukiman menjadi penggunaan lahan terluas dengan luas berturutturut
1249,32 Ha atau 31,17% dan sawah dengan luas 1238,63 Ha atau 30,90% dari
luas total Kecamatan Baleendah. Hasil pembobotan menunjukkan bahwa
kerentanan sosial menjadi parameter terpenting dalam kerentanan banjir dengan
bobot 0,50 yang diikuti oleh parameter ekonomi sebesar 0,33 dan parameter fisik
sebesar 0,17. Kecamatan Baleendah didominasi oleh kelas kerentanan banjir rendah
seluas 1594,03 Ha atau 56,06% dari total luas daerah rawan banjir yang berada pada
penutup/penggunaan lahan sawah, kebun campuran, tegalan, pabrik, lahan terbuka,
dan hutan, sedangkan wilayah yang tergolong kelas kerentanan tinggi dengan luas
1249,32 Ha atau 43,94% dari total luas daerah rawan oleh banjir berupa
penggunaan lahan permukiman. Hal tersebut dikarenakan parameter kerentanan
sosial yang memiliki bobot paling tinggi hanya terdapat pada penggunaan lahan
permukiman. Secara keseluruhan, kerentanan sosial merupakan parameter yang
dianggap paling penting dalam perhitungan kerentanan banjir berdasarkan pendapat
para ahli yang diwawancarai. Oleh karena itu pengelolaan aspek sosial terutama
penguatan kapasitas mereka dalam menghadapi banjir perlu ditingkatkan sebagai
salah satu bentuk dari upaya-upaya mitigasi di daerah rawan bencana.