Distribusi dan Preferensi Habitat Spons Kelas Demospongiae di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta
Abstract
Spons kelas Demospongiae adalah spons yang paling dominan diantara jenis-jenis spons lainnya serta merupakan biota laut yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena mengandung senyawa aktif yang bersifat biofarmakologik, seperti anti jamur, anti bakteri dan anti mikroba. Faktor-faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologis seperti suhu, salinitas, arus dan padatan tersuspensi telah diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi spons. Dalam penelitian ini dipelajari distribusi dan preferensi habitat spons kelas Demospongiae pada berbagai kedalaman dan zonasi habitat (terumbu karang dan padang lamun) di Pulau Lancang Besar, Pulau Pari dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Distribusi dan preferensi habitat spons diuji dengan menggunakan analisis cluster berdasarkan indeks similaritas Bray Curtis dan indeks similaritas Sorensen, analisis nodul serta analisis fidelitas. Spons kelas Demospongiae menyebar tidak sempurna (patchy) pada habitat padang lamun di rataan terumbu hingga habitat terumbu karang pada kedalaman 7 meter dan 15 meter. Beberapa anggota kelompok spesies spons menyukai kondisi yang terekspose di rataan terumbu, sedangkan anggota kelompok lainnya ternyata lebih menyukai kondisi dengan penutupan lamun yang tinggi. Pada habitat terumbu karang spons lebih banyak dijumpai pada kedalaman 15 meter (25 spesies) dibandingkan dengan kedalaman 7 meter (21 spesies). Pola penyebaran yang demikian memberikan indikasi bahwa ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu telah mengalami degradasi akibat polusi dan sedimentasi secara terus menerus. Selain itu pola tersebut juga dapat menggambarkan tingkat kompetisi yang tinggi antar biota terumbu karang. Selanjutnya dari hasil pengujian karakteristik fisika dan kimiawi perairan baik pada habitat terumbu karang maupun padang lamun, secara umum masih berada dalam kisaran yang dapat mendukung kehidupan biota laut kecuali untuk nilai nitrat dan fosfat. Nilai kekeruhan dan padatan total tersuspensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun-stasiun lainnya dihasilkan oleh sampel air yang berasal dari stasiun barat Pulau Pari akibat kondisi substrat yang berlumpur.
Collections
- MT - Fisheries [3011]