Analisis Rantai Pasok dan Nilai Tambah Komoditas Carica di Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Abstract
Kecamatan Kejajar merupakan penghasil carica terbesar di Kabupaten Wonosobo. Petani lebih memilih menanam carica secara tumpangsari karena fluktuasi harga yang sering terjadi. Dengan rata-rata hasil panen yang didapat membuat petani mendapatkan harga yang rendah tetapi harga pada konsumen akhir dinilai masih terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan margin pemasaran yang diterima oleh pedagang pengumpul. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) menganalisis pendapatan petani dengan pola tumpangsari dan monokultur per musim tanam, (2) menganalisis rantai pasok carica, (3) menganalisis tingkat efisiensi setiap saluran rantai pasok carica, (4) menganalisis nilai tambah carica menjadi manisan. Hasil analisis pendapatan, pendapatan atas biaya tunai untuk pola tanam tumpangsari sebesar Rp 34.118.258,04 dan untuk monokultur sebesar Rp 88.222.232,22, pendapatan atas biaya total untuk tumpangsari sebesar Rp 24.626.094,48 dan untuk monokultur sebesar Rp 82.808.343,22. R/C ratio atas biaya tunai untuk tumpangsari sebesar 1,63, untuk monokultur sebesar 6,08 dan R/C ratio atas biaya total untuk pola tumpangsari sebesar 1,39, untuk pola monokultur sebesar 4,63. Hasil penelitian menunjukan terdapat 6 pola saluran pemasaran yang masing-masing memiliki tingkatan pelaku rantai pasok yang berbda-beda. Saluran 1 merupakan saluran yang paling efisien untuk dilakukan karena memiliki marjin paling rendah dan farmer’s share paling tinggi. Hasil analisis nilai tambah menunjukkan bahwa pengolahan carica menjadi manisan memberikan keuntungan.